Oh My God! Ya Tuhaaan. Apa lagi ini? Aku menarik nafas dalam. Mencoba menenangkan diri. Ini gila! Mereka keterlaluan! Sudah cukup! Lokerku sudah tidak berbentuk lagi. Pintu lokerku dicoret oleh pilox berwarna merah darah dengan tulisan "BITCH! WHORE!! SLUT!!!" Keadaan isi lokerku? Jangan ditanya lagi. Di dalamnya sudah masuk berbagai jenis sampah. Bahkan ada kondom bekas. Baju olahragaku dikoyak, buku-buku yang sengaja kutinggalkan juga dikoyak dan diremas-remas. Mereka bahkan menempelkan foto-foto tak senonoh di dinding dalam lokerku. Dan yang terparah dari segalanya, sepatu olahragaku, pemberian terakhir mendiang ayahku juga dirusak.
Aku memegang sepatu kesayanganku sedih. Rasanya aku ingin menangis. Ini kenangan terakhirku dengannya. Hadiah terakhir dari ayahku sebelum akhirnya ia dipanggil yang kuasa. Aku membalikkan tubuhku, menatap ke sekeliling, melihat siswa/i yang masih berdiri balik menatapku dengan penuh benci dan mungkin dendam. Sebagian dari mereka dipastikan akan mengulang pelajaran sejarah.
Aku marah! Jangan harap aku akan diam saja. Aku tidak peduli bila mereka membenciku. Mereka memang anak-anak jahat. Tapi mereka telah merusak peninggalan ayahku.
"Siapa yang melakukannya?!" Tanyaku dengan suara cukup keras yang bisa didengar seluruh siswa di koridor loker ini. Tanganku mengangkat tinggi sepatuku yang sudah rusak.
"SIAPAA?!" teriakku. Nafasku menderu kencang. Rasanya dadaku sesak. Sangat sesak. Ingatan tentang ayahku kembali datang, berlarian di dalam kepalaku.
Tak ada yang menjawab. Mereka hanya diam, terkekeh geli. Berbisik. Aku memutar tubuhku. Menatap seluruh pasang mata yang ada. Aku sungguh tidak tahu ini ulah siapa. Namun aku tahu harus kemana.
Aku berjalan cepat menuju salah satu siswi entahlah aku tidak tahu namanya. Dia menggunakan rok denim super pendek. Rambut ikal pirangnya yang tergerai ke depan tidak mampu menutupi dada besarnya yang seolah ingin keluar dari tank topnya yang sangat ketat.
"Dimana mereka?" Tanyaku dengan suara mendesis.Perempuan entah siapa namanya itu menatapku pongah, tangannya bersedekap di dada, dagunya dinaikkan tinggi. Sungguh alu benci sekali dengan orang-orang di hadapanku ini.
"Siapa yang kau maksud bitch?!" Ejeknya, bibirnya yang dipoles lipstik pink dan lipgloss menjijikan menunjukkan senyuman aneh.
"Kau tahu maksud ku siapa! Dimana anak-anak the Royals?!"
"Berani sekali kau menyebut the Royals dengan mulut murahanmu" teman di sebelah gadis itu yang berambut pirang juga mendorong bahuku keras. Aku terhuyung ke belakang karena tidak siap.
"Perempuan tidak tahu diri ini harus diberi pelajaran!" Teriak si pirang satu.
Ada empat orang siswi yang ikut mengerubungiku. Sedangkan siswa/i lain hanya menatapi ku sambil tertawa. Mereka anggap ini sebagai tontonan menarik. Aku meneguk ludahku susah. Aku tak pernah berkelahi tapi aku tahu apa tang akan dilakukan perempuan-perempuan gila ini terhadapku.
"Aghrr!" Desisku ketika salah satu dari mereka menarik rambutku kencang. Sebagian helaiannya pasti tertinggal di tangan perempuan barbar itu. Ku dengarkan tawa yang menggema. Aku tidak boleh menangis. Ucapku dalam hati. Jambakan lain terasa. Kepalaku berputar, pusing. Mataku berkunang-kunang. Sebuah tamparan terasa di pipiku. Ada yang mengalir di atas kepaku. Cairan berbau amis. Aku tidak tahu apa lagi yang mereka lakukan padaku. Tubuhku rasanya remuk.
Jangan menangis! Jangan menangis!! Mantra itu kuucap berkali -kali sambil mencoba melepaskan jambakan dari rambutku. Menghalau tangan-tangan yang menyakitiku.
"Aghrrr!! Lepaskan!!!" Teriakku. Dengan asal aku menarik rambut siapapun dari penyerangku. Bila tidak bisa menghentikan mereka semua, setidaknya aku bisa sedikit memberikan perlawanan.
Tepuk tangan riuh tersengar, senda gurau dan gelak tawa serta siutan membahana.
Plak!! Pukulan kuat mendarat di pipiku, dekat telinga.
Ngiiiingg....
Telingaku berdenging, tanganku luruh dari rambut entah siapa. Aku ingin pingsan. Tubuhku langsung lemas, namun mereka tidak menghentikan siksaan mereka. Malah semakin menjadi. Kepalaku rasanya mau kulepas saja. Sakitnya tak terkira.
"Hentikan!" Sebuah suara yang sudah mulai kukenal terdengar. Lalu semuanya gelap.
.
.
.
.
.
TbcDikit aja dulu yaaa . Kiss
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying! (ONGOING)
General FictionNamaku Ruby dan satu sekolah mengenalku. Tapi itu bukan hal yg patut dibanggakan. Aku bahkan ingin seperti invisible womam yang dpt tak terlihat. Hanya karena satu hal aku harus berurusan dengan pangeran iblis itu! si tampan yang menjanjikan kesengs...