"Kau ingin mom mengantarmu?" Tanya mama ketika aku mengikat tali sepatu ketsku. Bicara soal sepatu, bagaimana sepatu olahraga kesayanganku? Kemarin setelah merasa sedikit baikan, aku diizinkan untuk langsung pulang. Aku menghela nafad berat, yang mengakibatkan mama menaikkan alisnya tinggi.
"Tidak usah Ma, But can I drive Justin?" Tanyaku penuh harap. Aku benar-benar tidak ingin memberi kesempatan kepada siswa/i gila di sekolahku untuk mengerjai diriku lebih banyak lagi. Satu bus dengan mereka? Habislah aku.
"Tentu, dia milikmu sekarang. Mom akan naik taxi". Perasaan menyesal menggelayut di rongga dadaku. Dan sepertinya mamaku menyadarinya.
Seraya tersenyum dia berkata, "Bawalah dia sampai kita membeli mobil baru buatmu, Bagaimana dengan hari minggu?"
"You don't have to..."
"Sssh! Lagipula kau sudah cukup dewasa untuk mempunyai kendaraan sendiri dan untuk apa lisence yang telah kau miliki itu?"
Perasaan tidak enak masih menggelayut di benakku. Mamaku tak perlu mengeluarkan uang berlebih untuk hal tersier seperti ini. Pengeluaran sudah cukup besar tanpa harus ditambah lagi. Ini salahku.
"Tapi jangan yang mahal-mahal ya" mama mengedipkan matanya sambil tertawa kecil. Tak pela membuatku tersenyum juga.
That's my momma ...
.
.
.
.
.Lirikan sinis memantau diriku. Kali ini aku bersikap lebih waspada. Tak ingin hal yang tidak 'menyenangkan' seperti kemarin terulang kembali. Aku harus lebih berhati-hati. Aku duduk dengan awas di kursi belakang, pojok kanan kelas. Posisi paling aman, tidak akan ada yang dapat mengerjaiku dari sini karena aku bisa memperhatikan mereka dengan baik dari sini.
Pluk! Seseorang menjatuhkan sesuatu ke atas mejaku.
Mataku melebar menatap tak percaya sepatu olahraga putih - dulunya- yang bentuknya sudah tak jelas. Penuh coretan pilox dan beberapa sobekan-sobekan kecil. Sepatuku.
"Milikmu" aku menaikkan pandangan menatap manik hijau jernih yang memikat.
"Kau..." ucapanku tertahan. Lelaki ini sering sekali muncul tiba-tiba. Atmosfer tak enak menyelimutiku. Hampir seluruh murid memperhatikan kami. Pandangan memuja jatuh padanya dan pandangan menusuk penuh kebencian terpusat padaku. Kepala mereka pasti dipenuhi pertanyaan kenapa pangeran the Royals berbaik hati mengembalikan sepatu rusak milikku. Rasa penasaran terlihat cukup jelas di wajah mereka.
"Sudah rusak parah" ucapnya sambil mengedikkan dagunya ke arah sepatuku, mengembalikan perhatianku padanya.
"Karena kau" desisku, merangkul sepatu rusakku. Syukurlah dia tidak hilang.
"Kalau tidak karenaku, mungkin sepatu busukmu sudah di tong sampah". Ucapnya seraya mengeluarkan sebuah lolipop rasa cerry dari kantong jeansnya. Kemudian membuka bungkusnya dan memasukkan lolipop itu ke dalam mulutnya yang sexy. Perlakuannya terhadap permennya luar biasa menggoda.
Plak! Aku menampar diriku sendiri di dalam benakku. Heh! Ruby!! He's demon!!! Jangan memikirkan dirinya dengan cara seperti itu. Berkali -kali aku menampar benakku. Membuatku menghilangkan pikiran aneh yang selalu datang ketika aku bersamanya.
Dia terkekeh kecil, dengan lolipop yang masih diemut.
Aku menaikkan alisku, bertanya tak langsung. Apa yang lucu?
"Wajahmu tolol sekali". Ucapnya menyebalkan.
"Baiklah terimakasih" tuturku ogah-ogahan.
"Terima kasih karena wajahmu tolol?"
Aku tahu dia mengerti maksud kata terimakasihku. Namun, karena memang dia itu titisan iblis pasti dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan meledekku.
"Ya karena itu". Sungutku kesal.
"Baiklah". Lanjutnya kemudian berlalu.
What? What does it mean!?
Masa bodoh lah, sepatu ku kembali. Walau dalam keadaan rusak parah. Tak apa. Yang penting aku masih dapat melihat dan menyentuhnya.
"Aku punya penawaran untukmu" ucapnya yang entah kapan masuk kembali ke kelas dan berdiri di hadapanku. Lagi. AKu menatapnya bingung. Penawaran apa?
"Kalau kau penasaran, temui aku di basecamp the Royals sore ini tepat pukul tiga". Tak lupa dia melemparkan senyuman, lebih tepatnya seringai andalannya. Kemudian pergi.
Penawaran apa?? Mau tak mau aku pun memikirkannya penuh rasa penasaran.
Aku mengalihkan pandanganku ke pintu, kali ini dia tidak berbalik kembali.
Penawaran?
.
.
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying! (ONGOING)
Ficción GeneralNamaku Ruby dan satu sekolah mengenalku. Tapi itu bukan hal yg patut dibanggakan. Aku bahkan ingin seperti invisible womam yang dpt tak terlihat. Hanya karena satu hal aku harus berurusan dengan pangeran iblis itu! si tampan yang menjanjikan kesengs...