"You were born to be destroyed... by me."
Aku menarik nafasku panjang, menenangkan degub jantungku yang berdentum kuat. Bulu kudukku berdiri sempurna. Aku takut tapi aku jauh lebih marah. Aku tak habis pikir dengan apa yang diinginkan olehnya. Apa katanya? Aku ditakdirkan hancur olehnya? Lelaki gila arogan tak punya perasaan.
"Cat got your tounge?" Celanya karena aku tak kunjung berbicara, sambil menatapku dengan cengiran khasnya.
" Cukup. Hentikan saja semua ini." Pintaku, sungguh aku sudah tidak tahan dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini di hidupku. Aku muak menjadi korban bully. Jika harus memohon aku mungkin akan melakukannya. MUNGKIN.
Dia menatapku lama, seolah menilai.
"Pergilah..." Aku mengernyitkan keningku. Dia memintaku pergi? Yang benar saja...
Dia menoleh ke teman-temannya, menatap mereka sebentar seolah berkomunikasi tanpa bicara, lalu mereka semua -barbie cantik harus diseret sedikit oleh salah satu temannya- berlalu meninggalkan kami berdua di ruangan ini. Oh ternyata dia meminta temannya untuk pergi. Sadar akan hanya ada diriku dan dia di sini membuatku mendadak berkeringat dingin, punggungku sudah basah.
"Kenapa kau tidak datang?"
"Eh?"
"Penawaranku. Kenapa kau tidak datang?"
Aku diam tidak tahu menjawab apa. Otakku yang lambat sedang merangkai kata untuk menjawabnya saat kurasakan ketukan pelan di keningku. Jarakku dan dia sungguh dekat. Dia senang sekali mempermainkan aku dengan membuatku terkejut akan gerakannya yang tak terduga dan jarak yang tipis.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku tercekat. Seolah nafasku tertarik semua oleh kedekatan yang dipaksakan ini.
"Menghilangkan kerutan di dahimu." Ucapnya datar.
Ya Tuhan!
Dia menurunkan jemarinya, melangkah mundur selangkah lalu kembali bersedekap.
"Aku tak merasa perlu menerima tawaranmu. Untuk apa aku berkompromi dengan orang yang menjadi dalang keonaran dalam hidupku." Jemariku menunjuk dadanya. Keberanian datang dalam diriku entahlah... Aku bahkan terkadang tidak mengerti dengan diriku sendiri. Aku ketakutan di dalam namun apa yang aku tampilkan di luar adalah kebalikannya.
"Lalu kenapa kau kemari?" Tanyanya yang lebih terdengar seperti cemoohan.
"Aku minta kau hentikan semua ini!"
"Apa untungnya bagiku?"
Apa?!"Apa untungnya bagimu melakukan ini semua?"
"Hiburan" ugh! Aku ingin mencakar wajahnya yang pongah.
"Menyiksa orang adalah hiburan bagimu? Kau benar-benar psikopat sejati."
"Aku tidak menyiksamu. Mereka yang melakukannya." Ia mengedikkan bahunya tak peduli.
"Ini semua karena dirimu dan teman-temanmu itu! Kau.. kau yang menjadikanku sasaran bully!!" Kesabaranku sudah di ujung tanduk. Aku bagaikan perempuan labil yang tak bisa menahan emosi. Jemariku lagi-lagi menujuk dadanya yang bidang itu.
"Kalian.. anak-anak orang kaya tak berperasaan. Kau.. apa masalahku denganmu? Kau merasa tersinggung karena aku menyela tindakan tercela kalian kepada Patricia? Kau jelas-jelas tahu bahwa yang kalian lakukan itu keterlaluan. Bagaimana bisa kalian memperlakukan seseorang seperti itu? Apa aku salah kalau aku hanya melerai? Kenapa kau lakukan ini padaku?" Ucapku dengan deru nafas yang memburu, intonasi suaraku naik. Emosi ku tak bisa kubendung. Kurasakan panas di kedua mataku.
Aku ingin berteriak kencang. Aku ingin menangis. Justin rusak ... apa yang harus kulakukan terhadapnya?? Mom... apa yang harus kukatakan kepadanya?
"Kau sudah tahu jawabannya. Aku sudah mengingatkanmu untuk tidak ikut campur dan kau mengabaikannya. Jalang itu memang pantas mendapatkannya. Bahkan ia pantas mendapatkan yang lebih buruk." Ia mengeraskan rahangnya.
"Dia menghina temanmu dan kalian mempermalukan ia. Aku tak melihat ada perbedaan diantara kalian."
"Kau datang kesini untuk dirimu atau kau ingin menyulut amarahku?" Kurasakan aura yang semakin menggelap. Ia menipiskan bibirnya, tatapan matanya mamaku diriku tajam.
Aku menarik nafas... Aku tak ingin berurusan lagi denganmu!!
"Aku... lelah" bisikku. Keterkejutan muncul sesaat di wajahnya.
"Aku tidak akan melepasmu dengan mudah. Membela musuh kami berarti kau adalah musuh kami. Jangan bertindak heroik bila kau tak mampu menanggungnya sampai akhir. Apa yang kau alami saat ini adalah akibat dari kesombongamu.Kau hanya punya dua pilihan. Keluar dari Royals atau tunduk sepenuhnya kepadaku."
.
.
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying! (ONGOING)
General FictionNamaku Ruby dan satu sekolah mengenalku. Tapi itu bukan hal yg patut dibanggakan. Aku bahkan ingin seperti invisible womam yang dpt tak terlihat. Hanya karena satu hal aku harus berurusan dengan pangeran iblis itu! si tampan yang menjanjikan kesengs...