12

14.4K 995 52
                                    

ʃ (x + 3) 2 dx = ʃ (x 2 + 6x + 9) dx = x 3 + 3x 2 + 9x + c

Aku sedang menyelesaikan soal integral yang diberikan Mr. Stephard. Mataku berkunang kunang melihat angka. padahal ini hanya soal integral biasa. Dari sekian banyak soal, 25, aku baru menyelesaikan tiga soal. Aku menyandarkan tubuhku di kursi belajar lalu memijit pangkal hidung , mencoba merilekskan kepalaku, namun tak berhasil juga. Apa ini masih efek jambakan tadi??

Mataku tidak sengaja menangkap rok biru yang menjadi penyelamatku beberapa hari lalu. Sudah bersih, harum dan terlipat rapi. Aku masih bertanya-tanya siapa pemiliknya. Kukeluarkan dari tasku, berpikir bahwa untung saja aku belum meletakkannya di loker tadi. Kalau tidak, rok ini pasti sudah tak berbentuk. Dan aku tidak akan pernah bisa mengembalikannya. Setidaknya mengucapkan terima kasih pada penolongku dari rasa malu yang lebih lagi.

Ku elus lembut rok biru itu, senyum kecil terbit di wajahku. Mungkin aku bisa menganggapnya teman? Berhubung aku tak punya lagi teman. Satu pun. Orang-orang yang dulu mau mengobrol denganku, pergi ke kantin, serta makan bersamaku sudah tidak ada lagi. Mereka pergi. Bahkan sebagian besar ikut membully diriku. Aku meringis mengingatnya. Perlakuan mereka yang di luar ambang batas. Pikirkan? Apa masalah mereka denganku? Jika aku bermasalah dengan the Royals, kenapa pula mereka ikut-ikutan? Kenapa mereka semua jadi memusuhiku? Agrrhhh!!! Aku mengacak rambutku kesal.

Lily...

Bahkan Lily pun tidak membantuku sama sekali. Lily yang kuanggap teman yang baik. Dia pun diam saja. Padahal aku merasakan kedekatan dengannya. Tapi, sepertinya dia tidak merasakan hal yang sama. Mungkin baginya aku hanya Ruby si murid pindahan yang harus ditemani, lalu ketika aku menjadi musuh the Royals, ia pun tak peduli lagi padaku.

Aku tidak butuh teman yang begitu kan?

Setidaknya dia tidak ikut-ikutan membully. Hatiku berbisik.

Tapi dia diam saja. Apa bedanya?

Kalau aku tidak membantu Patricia, mungkin saat ini aku tidak akan begini. Pikiran seperti itu kadang muncul di benakku. Hanya saja, apa aku bisa melakukannya? Bisakah aku diam saja? Hati kecilku sudah tahu jawabannya. Tidak! Aku tidak akan bisa. Itu pertanyaan konyol. Aku pasti mengecewakan ayahku bila tidak menolong Patricia kala itu. Seburuk apa pun dia, perlakuan seperti itu tidak pantas diterima anak senior high school.
Apa yang dilakukannya? Oh ya, she was badmouthing Zanaya. Apa tidak bisa mereka juga hanya mengucapkan hal buruk tentang Patricia? Mereka membalasnya dengan lebih parah. Satu sekolah pun memdukung mereka. Satu kata yang muncul di kepalaku. The Royals adalah kumpulan anak-anak pengecut!

Aku tidak tahu sebelum tragedi di "ruang penyiksaan" dan foto-foto tak senonoh di mading, apalagi yang sudah dialaminya. Mungkin sama sepertiku? Atau mungkin lebih buruk lagi. Bagaimana keadaannya sekarang? Apa dia bisa melupakan semua yang terjadi dan menjalankan kehidupannya seperti semula? Apakah dia baik-baik saja saat ini? Hal-hal seperti ini mungkin tidak terlintas di kepala mereka. Yang mereka tahu bagaimana mendapatkan kesenangan dari kepedihan dan rasa malu orang lain. Korban mereka.

Dan aku pun tidak tahu, sampai kapan aku mampu mengatasi hal ini. Sampai kapan aku sanggup diperlakukan begini. Dan sampai kapan aku bisa bertahan.
.
.
.
Tbc

Bullying! (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang