"Ruby... Ruby...sweetheart..." panggil mamaku. Aku masih bergelung di balik selimut. Aku tidak mau pergi ke sekolah. No! Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku hari ini. Kemarin aku dijauhi, siapa yang tahu apa yang akan kuterima nanti.
Langkah kaki mamaku terdengar menaiki tangga, aku semakin melilitkan selimut ke tubuhku.
"Honey..." sapa mamaku ketika tubuhnya terlihat menghalangi pintu yang saat ini telah terbuka.
Aku mengerang pelan, melongokkan kepalaku, menatapnya dengan pandangan enggan.
"Kau sakit sweetheart?" Jemari hangat mama menyentuh keningku.
"Hanya tidak enak badan mom" aku membuat suaraku separau mungkin.
"Tapi tidak panas..." gumaman mama terdengar, tangannya sudah menyentuh kedua pipiku dan leher. Mencoba memastikan keadaanku.
"Uhuk..uhuk.. tenggorokanku sakit mom, tubuhku sakit semua" ucapku mencoba meyakinkannya.
"Oke.. baiklah, kalau begitu istirahatlah" ucap mamaku, kemudian menepuk nepuk hangat selimutku.
"Mom akan bawakan sarapanmu, kamu harus makan sesuatu." kecupan hangat dari mamaku terasa di keningku sebelum mama keluar dari kamar.
Pyuuuh! Selamat.
.
.
.
."Something wrong sweetheart?" Tanya mamaku, membuatku tersedak air yang sedang ku minum.
Mamaku sedang berdiri bersedekap di depan pintu dapur. Matanya menatapku menyelidik.
Aku menarik nafas panjang, menenangkan diri.
"Nope" ucapku pelan, meletakkan gelas di mesin pencuci piring.
Mamaku memasuki dapur, menarik kursi lalu duduk di atasnya.
"Duduklah" aku duduk di depan mamaku. Mamaku bukan wanita yang serius. Jika sudah begini, berarti...
"Jangan membohongi mama, mama tahu ada sesuatu yang terjadi".
Aku menundukkan kepalaku, menatap jalinan jemariku.
"Kenapa kamu tidak sekolah tadi?"
"Not feelling so well, kan mama lihat sendiri tadi". Kilahku, meliriknya. Kedua alis mamaku terangkat tinggi, jemarinya mengetuk meja.
"Kamu bohong lagi.. jangan kamu pikir mama gak tahu kalau anak mama lagi bohong".
"Mom.."
Tarikan nafas mama terdengar.
"Apa ini tentang sekolah? teman-temanmu?"
Aku menggeleng.
"Boys?" Tanya nya lagi
Aku menggeleng lagi.
"Aku hanya merasa tidak enak badan, dan.. aku tidak menyelesaikan soal kalkulus ku mom" kilahku.
Mama tampak seperti tidak percaya, "well, jika memang begitu... but honey, jika kamu memiliki masalah beritahu mama, oke?" Tutur mama yang ditutupnya dengan senyum. Aku sangat bersyukur karena memiliki ibu seperti mamaku. Dia adalah sesosok yang paling pengertian dan tidak pernah memaksa dan juga menuntut banyak dariku. Wel karena memang tidak banyak yang bisa dituntut dari diriku.
"Jika kita sedang mendapati suatu masalah, atau ada sesuatu yang membuat kita merasa tidak nyaman dan menyakiti kita, jangan sembunyi, jangan menghindar. Tapi kita harus berani menghadapinya. Apa lagi kalau kita tidak salah.Apa kamu ingat kata-kata ayahmu?"
"Jangan takut jika kamu benar, Semuanya akan baik-baik saja" jawabku, aku menatap mamaku, dia sedang tersenyum.
"I miss him". Ucapku serak, air mata seakan ingin turun.
"I miss him too".
Malam itu, aku tertidur sambil memeluk mamaku, sebelumnya kami bernostalgia, mengingat mendiang ayahku. Satu keberanian muncul di benakku. Ya, aku tidak boleh lari dan ketakutan seperti pengecut. Aku akan menghadapi pangeran iblis itu. Semoga besok semuanya akan baik-baik saja.
.
.
.
.
.Tbc
Sorry dikit..
Cepet updatenya kan?? Hihihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying! (ONGOING)
General FictionNamaku Ruby dan satu sekolah mengenalku. Tapi itu bukan hal yg patut dibanggakan. Aku bahkan ingin seperti invisible womam yang dpt tak terlihat. Hanya karena satu hal aku harus berurusan dengan pangeran iblis itu! si tampan yang menjanjikan kesengs...