Yuki menarik nafasnya panjang, lalu menghembuskannya sekeras mungkin. Perutnya melilit, matanya menatap memelas pada Karina yang kini berdiri di hadapannya dengan sebuah cengiran lebar. Yang membuat Yuki jengkel melihatnya.
"Pokoknya harus lo kasih ke dia. Kan lo udah kalah." Kata Karina sembari mengetuk-ngetuk tangannya di meja. Ia terlihat puas dengan kemenangannya kali ini. Mendapatkan nilai sempurna itu memang menyenangkan.
Yuki mengigit bibir bawahnya kesal. Yuki curiga menatap Karina. Jelas saja, seorang Karina Sienna- gadis cerewet, dengan segudang pengetahuannya tentang fashion, dan tak pernah peduli tentang pelajaran. Tak mungkin akan mendapat nilai sempurna dalam ujian matematika kemarin.
"Lo pasti nyontek kan?"
Yuki memicingkan matanya, ia tau Karina pasti menghalalkan segala cara agar gadis itu bisa menang. Apalagi mengingat taruhan yang disetujui. Gadis itu pasti akan mengeluarkan semua jurusnya, baik bersih maupun kotor.
"E...enak aja. Gue belajar tau. Gue kan juga manusia Ki, pasti ada niat untuk berubah lah. Udah lo jangan mengalihkan pembicaraan. Mending sekarang lo persiapin diri lo buat ngasih coklat ini."
Kini kedua tangan Karina sudah menggengam sebuah kotak berbentuk hati berwarna biru. Gadis itu tampak cekikikan sambil mengintip isi kotak tersebut sesekali.
"Tapi gue kan nggak tau harus ngasih ke siapa."
"Ki... kan udah gue ceritain berulang kali. Kalau coklat ini harus lo kasih ke kak Aprilio. Ingat nggak Prince charming pujaan gue, yang biasa gue ceritain ke lo?"
Yuki berusaha mengingat. Ia tau Karina mengagumi seorang kakak kelas bernama Aprilio. Tapi Yuki tak pernah tau siapa orang itu. walaupun Karina selalu menjajaki pikirannya tentang orang itu setiap harinya. Yuki tetap tak peduli atau bahkan memperhatikan orang itu. Tentu saja, ia bahkan tak pernah melihat seperti apa sosok kak Aprilio itu.
"Tapi Kar...."
"Udah lo jangan banyak alasan, pokoknya entar jam istirahat lo harus nyerahin coklat ini ke kak Aprilio." Kata Karina final sebelum bel pelajaran pertama berbunyi. Yuki mengeluh keras. Sebentar lagi ia akan melakukan hal yang sangat memalukan dalam hidupnya.
***
Jam istirahat sudah berdentang keras. Sebagian murid mulai berhamburan ke luar kelas, ada yang ke lapangan bermain basket, ada yang berlari mengisi
perutnya di kantin. Tentu saja Karina termasuk dalam rombongan yang kedua. Sedangkan Yuki kini berada di lantai tiga, tempat di mana siswa-siswi kelas 3 berada. Yuki bukan seperti Karina yang selalu pergi ke lantai 3, sekedar untuk melirik kakak kelas. Ia bahkan tak pernah berada di tempat ini. Hal ini membuatnya sedikit gugup."Gue harus mulai dari mana ya? Si Karina cuma ngasih info kalau namanya Aprilio dan dia kelas 3."
Yuki kini kebingungan. Deretan kelas yang begitu banyak. Bagaimana ia dapat menemukan sosok prince Charming sahabatnya itu. Yuki mendengus sebal, mau tak mau ia harus menyusuri kelas demi kelas di koridor ini.
Yuki berhenti di depan sebuah kelas bertuliskan XII IPA 1. Sejenak ia menarik nafas, inilah saatnya ia menguji keberaniaannya. Perlahan kepalanya menengok ke dalam ruang kelas. Berniat memantau kelas itu. Seorang kakak kelas seketika menegurnya. Yuki menatap orang itu. Ia kenal dengan kakak ini, kalau tidak salah namanya Lisa. Ia pernah mengikuti lomba fotografer dengan kakak ini.
"Cari siapa ki?" Lisa bertanya pada Yuki.
"Itu kak, di sini ada nggak yang namanya Aprilio."
Yuki sempat melihat Lisa tersentak kaget. Entah apa maksud gadis itu, mungkin ia hanya heran melihat Yuki yang tiba-tiba mencari seorang kakak kelas cowok.
"E...ee ada sih Ki. Tuh lagi tidur." Lisa menunjuk kedalam kelas.
Yuki tak menyangka akan secepat ini menemukan Aprilio. Matanya lalu mengikuti arah pandang Lisa. Yuki terbelalak kaget. Matanya kini memandang seorang cowok dengan perawakan bule. Wajahnya sangat tenang saat tertidur. Yuki dapat melihat beberapa bekas luka pukulan yang nampak membiru di beberapa sisi wajahnya. Namun yang membuat Yuki kaget adalah posisi tidur Aprilio. Ia tertidur nyenyak di bahu seorang gadis manis. Gadis itu bahkan tampak mengelus lembut rambut Aprilio sesekali.
"Masih mau ketemu dia..." Lisa bertanya membuat Yuki tersadar. Matanya kini beralih pada kotak yang dibawahnya. Mata Lisa pun ikut menatap benda itu.
"Kalau penting, gue bisa bangunin kok." Tawar Lisa membuat Yuki berpikir sejenak.
Ia jelas tak mau menyerahkan kotak ini pada orang itu. Tapi jika tidak, kemurkaan Karina akan ia hadapi. Sedetik kemudian Yuki mengangguk, membiarkan Lisa meninggalkannya membangunkan Aprilio.Yuki kini terdiam sambil menunggu. Ia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Memikirkan kalimat apa yang akan ia lontarkan pada cowok itu nanti.
Saat Yuki sedang tenggelam dalam pikirannya. Tanpa ia sadari sosok bernama Aprilio itu kini tengah berdiri di hadapannya. Cowok itu menatap Yuki kebingungan. Matanya masih terlihat mengantuk.
"Lo nyari gue?"
Yuki mengangkat kepalanya cepat. Matanya kini beradu
tepat pada mata coklat cowok itu. Seketika nyali Yuki nampak ciut. Sekarang apa yang harus ia lakukan?Ahhh... coklat.
Dengan gerakan cepat Yuki menyerahkan coklat itu.
"Ini buat kakak..."
Aprilio tampak kebingungan. Ia melirik Yuki penuh curiga, seolah Yuki adalah seorang penjahat yang berniat meracuni dirinya dengan coklat itu.
"Tenang aja, coklat ini nggak ada racunnya kok." Kata Yuki menyindir. Aprilio masih tak bergeming. Ia kini menatap Yuki dalam, seolah ingin memakan gadis itu. Perlahan sebuah senyuman nakal muncul di sudut bibirnya. Sedetik kemudian pipi Yuki memanas, mata Yuki membulat besar. Melihat itu Aprilio tersenyum puas.
"Lain kali kalau lo mau habisin waktu bareng gue. Nggak perlu kasih coklat norak kayak gini."
Aprilio melenggang pergi. Membiarkan Yuki masih terbengong di tempatnya. Ia masih kaget. Ia jelas sangat kaget saat Aprilio melayangkan sebuah kecupan singkat di pipinya.
"Co...cowok gila!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FooLove (Re-upload)
Teen FictionSiapa yang akan menyangka, jika taruhan yang Yuki lakukan dengan sahabatnya membuat Yuki terjebak dalam permainan Stefan. Pembuat onar nomor satu di sekolahnya. Apapun Yuki lakukan agar terlepas dari Stefan, bahkan Yuki mencoba untuk membohongi diri...