Part 9

3.1K 357 5
                                    

"Udah, gue mau pulang." Yuki mendengus kesal, dia membereskan buku dan tasnya.

"Lo pikir lo mau kemana."

"Pulang, apa lagi."

Stefan kini menatap Yuki kesal, tapi seolah tak mengerti Yuki malah menatap Stefan bingung. Dengan gerakan cepat Stefan menarik Yuki ke dalam pelukannya. Ia memeluk Yuki posesif, membuat gadis itu kesulitan bernafas.

"Gue juga butuh imbalan."

"Lo gila ya?! Lepas!" Yuki berontak. Dia tak pernah begini dekatnya dengan laki-laki manapun, hanya ayahnya yang pernah memeluknya seerat ini.

"Kalo lo nggak berhenti berontak, lo bakal nyesel." ucap Stefan menggantung. "Inget, gue bisa nyium lo di depan semua orang, apalagi sekarang nggak ada orang. Bisa lebih dari cium."

Mendengar kalimat itu, Yuki kaku seketika. Stefan itu orang yang kewarasannya diragukan, tidak menutup kemungkinan dia benar-benar akan melakukan niatnya. Ini gawat, lebih baik Yuki menurut saja. Setidaknya untuk sekarang.

Stefan memeluk Yuki hingga tak sadar Yuki pun tertidur
di dalam pelukannya. Dengan senyum kecil, Stefan lalu menidurkan Yuki pada sofa. Ia menatap Yuki lekat, menikmati setiap penelusuran wajah Yuki dari matanya.

"Gue nggak tau, lo yang terjebak atau gue yang kena jebakan gue sendiri. Yang pasti gue nggak bakal lepas lo."

Stefan mengakhiri kalimatnya dengan sebuah kecupan singkat pada kening Yuki. Tak sadar Stefan pun ikut tertidur sambil jari-jarinya yang menggenggam erat tangan Yuki.

Langit sore dengan sapuan jingga yang kental menembus lewat jendela, cahayanya tepat mengenai mata Stefan. Cowok itu menguap sebentar. Matanya kini menatap Yuki yang masih tertidur pulas. Stefan menatap Yuki jahil, terpikir sebuah cara untuk membangunkan Yuki
sekarang. Perlahan-lahan Stefan mendekatkan wajahnya. Bukan untuk mencium Yuki, ia malah mengelus-elus hidungnya pada kening Yuki. Membuat Yuki mulai tersadar dari tidurnya.

"Eeee…."

Begitu melihat Yuki tersadar Stefan segera mengecup
bibir Yuki singkat, membuat mata Yuki yang tadi belum
terang, kini menyala seperti habis diisi listrik.

"Gue nggak nyangka, segini gampangnya bangunin lo."

Yuki mendecak sebal, dalam hati ia menggerutu. "Gue mau pulang." Kata Yuki.

Stefan menahan tangan Yuki. Sedetik kemudian tangannya sudah meraih kunci motornya. "Ayo."

Seperti anak bebek yang mengikuti induknya, Yuki
mengikuti Stefan, tanpa satupun protes kecil dari bibirnya.

***

Hari ini Yuki berniat pergi ke sekolah lebih cepat. Kemarin
Stefan mengatakan akan menjemput gadis itu, dan menyuruh Yuki untuk menunggu selama apapun cowok itu akan menjemput. Tapi jelas Yuki melakukan hal yang sebaliknya. Ia bangun lebih pagi, mandi
lebih cepat, dan sarapan lebih sedikit. Agar terhindar dari
gangguan maut bernama Stefan.

Sesampainya di kelas Yuki pun tak menghabiskan waktunya di kelas. Ia lebih memilih pergi ke perpustakaan. Menghindari  serbuan Stefan jika cowok itu pergi ke kelas untuk mencarinya.

Yuki tersenyum kecil saat matanya menangkap Kenneth
yang sedang sibuk mencari buku di deretan rak yang ada. Entah kenapa, langkah kakinya kini menuntun pada cowok sipit itu.

"Nyari buku apa?" Kata Yuki, ketika gadis itu telah berdiri di belakang cowok sipit itu.

"Yuki. ehmm, cuma nyari bacaan ringan aja."

"Ehmm… soal kemarin, maafin gue ya." Yuki menatap Kenneth menyesal.

"Nggak apa kok, lagian juga bukan lo yang salah." Kenneth tersenyum kecil.

"Tapi tetap aja, gue udah bersikap nggak baik ke lo."

"Ya udah, sebagai permintaan maaf, entar lo bisa nggak temenin gue."

"Kemana?"

"Melakukan eksperimen kecil." Ujar Kenneth lalu tersenyum manis. Yuki yang melihat senyuman Kenneth entah kenapa ikut tersenyum. Ia mengangguk pasti, menyetujui rencana Kenneth yang entah akan membawanya pergi kemana.

***

Sebuah danau kecil dengan beberapa pohon besar di sekitarnya tampak indah tepat saat matahari terbenam.

Yuki menatap Kenneth singkat. Mengamati cowok yang sedang sibuk membidik dengan kameranya. Yuki tak menyangka Kenneth akan membawanya ke tempat seperti ini. Dan Yuki juga tak menyangka jika Kenneth
adalah tipe cowok yang menggilai benda mati bernama kamera.

"Ki…"

Yuki berbalik, tepat saat Kenneth membidik lensanya ke arah gadis itu.

"Kok gue difoto sih?"

"Kenapa?"

"Jelek."

Kenneth tersenyum singkat. Matanya kini menatap serius kameranya, seolah sedang menilah hasil jepretannya.

"Nggak juga. Selagi kamera gue nggak rusak setelah foto lo, berarti lo nggak jelek."

Yuki semakin kesal menatap Kenneth. Memangnya ia gadis buruk rupa yang akan membuat kaca pecah jika ia bercermin. Dilain sisi Kenneth tertawa puas. Sama seperti Stefan, mengerjai Yuki merupakan keasikan
tersendiri juga bagi dirinya.

Dalam hati Yuki tersadar, kenapa terasa begitu berbeda? Berada bersama Stefan selalu membuat ia gugup dan berdebar, tapi bersama Kenneth selalu membuat hatinya damai dan nyaman.

Setelah puas melihat keindahan danau dan puas membidik objek yang indah. Kenneth dan Yuki pun memilih untuk segera pulang. Karena motor Kenneth  diparkir agak jauh, membuat harus berjalan kaki sejenak.

"Hari ini bukan harinya Stefan kan?"

Yuki mendelik sebal kepada kenneth. Kenapa cowok itu
malah menyebutkan nama sialan itu. Ibarat kata, Stefan seperti lumut hijau yang nempel di dinding hidup Yuki yang putih bersih.

"Lo suka foto?" Yuki mengalihkan pembicaraan.

"Ehhm… seperti yang lo liat."

"Kenapa lo bisa suka sama, fotografi?"

"Ehm, kenapa ya? mungkin karena kamera bisa mengabadikan moment yang nggak bisa kita ingat dipikiran kita. Ya, seperti bank memori."

Yuki mangut-mangut, mencoba mencerna penjelasan kenneth.

"Ada sebagian memori masa lalu yang nggak bisa kita lupa, atau nggak bisa kita tinggalin."

"Jadi lo suka menatap masa lalu."

Kenneth tertawa terbahak-bahak. Membuat Yuki berpikir apa ucapannya tadi terdengar lucu?

"Nggak gitu, gue juga menatap masa depan kok. Tapi kan menyenangkan kalo bisa mengenang masa lalu. Apa lagi kalo masa lalu itu indah."

Yuki tertawa ringan. Benar kata Kenneth, masa lalu memang menyenangkan untuk dikenang. Apa lagi jika masa lalu itu indah.

"Tapi Kalau itu lo... Mungkin bisa gue jadiin masa lalu, sekarang, dan masa depan."

Bukkk

"Aaa.."

FooLove (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang