Part 3

2.5K 284 4
                                    

Aprilio Stefano dan Kenneth Aprilio. Dua orang yang menyandang nama Aprilio tapi memiliki sifat yang sangat bertolak belakang.

Kenneth Aprilio, seorang cowok dengan kepribadian seperti malaikat. Ia memiliki wajah tampan khas chinese. Ia sangat ramah dan baik. Dengan senyuman yang manis, Ia selalu membuat hati siapapun yang melihatnya tenang. Ia juga jagoan basket. Walaupun terkenal dikalangan siswa perempuan, ia tak pernah memiliki hubungan spesial dengan perempuan.

Sedangkan Aprilio Stefano, seorang cowok badung yang terkenal pembuat onar disekolah. Walaupun begitu ia tak pernah mendapat hukuman dari pihak sekolah, selain karena orang tuanya yang berkuasa, ia juga memiliki otak yang sangat encer, sehingga ia tak pernah mempunyai masalah dalam nilai akademisnya. Tatapannya yang tajam, selalu membuat orang ciut melihatnya. Berbeda dengan Kenneth, Stefan memiliki seringai setan yang mengerikan saat ia tersenyum. Yang lebih parahnya lagi, dengan tampang bulenya ia selalu berhasil mempermainkan hati perempuan.

"Jadi kesimpulannya lo dalam bahaya besar, Yuki." Lirih Karina pada sahabatnya itu.

Yuki menelan ludahnya ketakutan. Entah sudah keberapa kalinya ia bergidik. Apalagi setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari Karina. Ia sekarang sangat yakin, ia bukan lagi berada dalam kandang singa, tapi ia jelas terperangkap dalam neraka milik Stefan.

"Makanya Ki, kalau gue lagi cerita soal Kak Kenneth, lo perhatiin dikit kek, kalau kayak gini kan lo sendiri yang susah."

"Lama-lama gue bisa gila nih." Yuki mengucapkan itu dengan frustasi.

"Ehmm... tapi lo nggak sial-sial amat sih, setidaknya lo udah dicium dua kali sama iblis tertampan di sekolah kita." Kata karina sambil tersenyum jahil pada Yuki.

"Karina." Gadis itu melotot, membuat matanya yang sudah bulat menjadi semakin bulat karenanya.

"Iya iya. Jadi sekarang lo mau ngapain. Gue rasa si Stefan nggak akan lepasin lo. Liat aja, dari tatapannya jelas banget kalau dia tuh tertarik sama lo." Karina memicingkan matanya, manatap Yuki dengan penuh kesoktahuannya.

"Tapi gue jelas nggak tertarik sama dia." Yuki menanggapinya dengan tidak bersahabat.

"Ehmmm... kalau gitu ada dua pilihan yang bisa lo ambil."

"Apa?"

"Ehemm.... Pertama, lo biarin aja si Stefan terima coklat itu, dan biarin dia terus godain lo sampe dia puas dan lepasin lo." Ujar Karina.

"Yang kedua?"

"Yang kedua. Lo ambil coklat itu, dan bilang lo salah ngasih coklat. Terus lo minta maaf dan minta dia buat jangan ganggu lo lagi."

"Menurut lo gue harus pilih yang mana?"

"Kalau menurut gue, lo pilih yang pertama, kan sekalian tuh sekali dayung dua pulau terlampaui. Sambil menunggu dia lepasin lo, lo bisa nikmatin rasanya digodain sama cowok ganteng. Kalau yang kedua sih terlalu beresiko." Tukas Karina sambil tersenyum genit.

Yuki menatap Karina geli. Ia jelas bukan tipe gadis seperti itu. ia tak suka bergenit-genit dengan cowok. Sudah cukup keperawanan bibirnya diambil Stefan. Ia tak ingin hal yang lebih buruk terjadi. Yuki kini menganggukkan kepalannya yakin, membuat Karina menatapnya bingung.

"Gue pilih yang kedua." Kata Yuki dengan penuh keyakinan.

"Huuufftt... udah gue duga." Karina hanya bisa menghela nafas pasrah. Dan berdoa dalam hati, mendoakan keselamatan sahabatnya itu yang sebentar lagi akan benar-benar berurusan dengan iblis.

***

Jam pulang sekolah sudah berbunyi. Sebagian besar siswa sudah berhamburan pulang ke rumah masing-masing. Beberapa siswa laki-laki masih membahasi tubuh mereka dengan keringat di lapangan basket. Sedangkan Yuki. Kini gadis itu berdiri di lapangan parkir. Tubuhnya mulai berkeringat, karena matahari yang kini berada tepat di atasnya. Kepalanya sedikit pusing, mungkin karena ia belum sempat makan siang tadi.

Ia melirik ke kiri. Matanya kini menangkap siswa laki-laki yang asik memantulkan bola ke lantai. Dia juga melihat Kenneth. Cowok itu tampak sibuk bermain. Ia tak memperhatikan teriakan cewek-cewek di pinggir lapangan.

"Aduh, kok jadi pusing gini sih." Yuki bergumam sambil memegang kepalanya.

Kepala Yuki semakin pusing. Ia kini berusaha mencari penahan tubuhnya. Tangannya bersandar pada sebuah motor ninja besar berwarna hitam. Ia tahu pemilik motor itu. jelas saja, karena memang tujuan ia berpanas-panasan di tempat ini adalah karena menunggu pemilik motor ini, Aprilio Stefano. Cowok yang sekarang menjadi masalah dalam hidupnya.

Ia memang berniat menemui Stefan. Seperti yang sudah ia katakan, Yuki memilih pilihan kedua. Ia kini berniat menemui Stefan, dan melakukan semuanya seperti skenario yang sudah ia atur rapih dalam pikirannya.

"Ngapain lo di motor gue?" Entah datang dari mana, Stefan kini sudah ada di depan Yuki.

"Gue pengen ngomong sama lo." Yuki tidak menghiraukan pertanyaan pemuda itu, dia lebih memilih to the point dan menyelesaikan semua ini. Sesegera mungkin.

"Ehh... gadis coklat, jangan sekarang ya, gue harus pergi." ujar Stefan.

"Gue mau coklat itu kembali." Yuki menengadahkan tangannya ke arah cowok bule itu.

"Ha... ohh gue ngerti. Lo minta coklatnya kembali karena gue nggak bisa nemenin lo sekarang kan. Tenang aja besok gue temenin kok, kan tadi juga udah dapat ciuman." Kata Stefan sambil tersenyum nakal.

"Lo... lo nyebelin banget sih, balikin nggak coklatnya!" Karena sudah tidak tahan akhirnya Yuki mengeraskan nada bicaranya. Bahkan ia mulai bertriak.

Stefan kaget, ia tak menyangka Yuki akan berteriak seperti itu. pikirannya tentang Yuki gadis yang menarik kini semakin jelas. Ia kini berniat membuat Yuki meluapkan semua emosinya.

"Kan coklatnya udah lo kasih ke gue, lo nggak bisa dong minta lagi."

"Coklat itu bukan buat lo, tapi buat Kenneth." Jelas Yuki membuat Stefan terdiam.

Ia tahu kenneth. Cowok itu jelas musuhnya. Ia benci cowok yang bersikap manis di depan cewek-cewek hanya demi sesuap pujian. Dan sekarang, ia semakin tak percaya Yuki menyukai Kenneth. Entah kenapa ada perasaan tak terima yang terselip di hatinya.

"Lo suka sama dia?" tanya Stefan dengan nada meremehkan.

"Gue nggak suka. Tapi gue taruhan." Lirih Yuki di akhir kalimat. Gadis itu merasa tak enak hati, karena sudah membuat taruhan yang melibatkan kakak kelas. Walau hanya untuk main-main, tetap itu tidak sopan kan.

Stefan kini membuka mulutnya semakin tak percaya. Yuki bukan gadis sembarangan. Ia bahkan berani membuat taruhan yang beresiko seperti ini. Ini semakin membuat Stefan tertantang menggoda Yuki.

"Lo adik kelas nggak sopan banget ya, masa buat taruhan bawa nama kakak kelas. Dan apa lo nggak punya malu. Udah jelas-jelas lo kasih coklat ini ke gue, tapi sekarang lo minta lagi, apa lo sengaja supaya menarik perhatian gue dan Kenneth, gitu?"

Yuki emosi, sudah cukup amarah yang ia tahan sejak tadi. Dengan berani kini matanya menatap Stefan penuh amarah.

"Udah cukup ya. Sejak tadi gue udah nahan, tapi sekarang udah nggak bisa lagi. Lo dengar ya, gue tuh juga ogah ngelakuin ini, tapi gue bukan orang yang suka ingkar janji jadi gue terpaksa ngelakuin ini. Dan lebih baik gue minta coklat itu kembali dari pada gue harus terlibat sama orang menyebalkan kayak lo. Dan yang pasti gue sama sekali nggak tertarik sama cowok kayak lo."

Stefan meringai puas, usahanya mengumpan Yuki berhasil. Gadis itu kini tampak meledak-ledak. Stefan kini bersiap melakukan balasan, tapi sebelum itu semua terjadi..

BUUUKK.........

Dengan cepat tangan Stefan menopang tubuh Yuki ke dalam pelukannya. Gadis itu kini pingsan tak sadarkan diri dalam pelukan Stefan.

FooLove (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang