Stefan melangkah ke kelasnya dengan wajah dingin. Walaupun hatinya sudah tenang melihat Yuki, tapi ia tetap tidak terima pada sikap Bella.
Gadis itu sudah keterlaluan. Selama ini Stefan tau sikap Bella. Bella yang selalu mengejarnya dan mengiginkan lebih dari dirinya. Hanya Stefan menutup mata. Karena dia hanya menganggap Bella sebagai adik, tidak lebih dari itu.
Stefan mendapati Bella yang sedang asik tertawa dengan temannya di kelas. Sebelum Stefan memanggil Bella, ternyata gadis itu sudah menyadari kedatangan Stefan dan menghampiri Stefan terlebih dahulu.
"Stefan.. lo dari mana aja...gue…"
"Gue harap lo jangan ganggu Yuki lagi." Stefan potong begitu saja.
"Maksud lo?"
"Gue udah tau."
Bella menarik nafas jengah. Ia kini tersenyum miring, seolah bangga pada tindakannya tadi.
"Ooo… bukannya bagus, gue bantu lo nyingkirin dia dari hidup lo."
"Dia milik gue, bukan urusan lo." ujar Stefan.
"Tapi dia hanya mainan lo kan?"
Stefan terdiam cukup lama, tapi pandangannya yang dingin masih tetap ia tunjukan pada Bella. "Dia mainan atau bukan itu urusan gue. Yang pasti jangan berani lo ngerecokin pikiran dia, atau nyakitin hatinya."
"Tapi..."
"Lo jelas tau sifat gue, dan lo juga tau akibat berurusan sama gue."
Stefan berlalu menuju mejanya. Meninggalkan Bella yang terdiam dengan emosi yang tertahankan. Sekalipun
Stefan mengancamnya seperti itu, ia tak peduli. Ia hanya
menginginkan Stefan, dan apapun yang terjadi Stefan
harus menjadi miliknya.***
Stefan terlihat bosan di kelasnya. Guru Fisika sedang berhalangan hadir, sehingga dia dan teman-teman lainnya terpaksa belajar sendiri. Saat sedang asik bersandar di kursinya. Stefan melihat dua murid kelas satu laki-laki yang datang ke kelasnya dan menggoda Lisa teman kelasnya.
"Ehh.. lo berdua kelas satu kan?"
Kedua cowok yang tadi sedang cengar-cengir sambil menggoda Lisa itu kini menampilkan ekspresi ketakutan saat melihat Stefan. Tanpa menjawab, keduanya hanya mengangguk.
"Nama lo berdua siapa?" Tanya Stefan sekali lagi.
"Sa… saya Aldo kak.."
"Kalau saya Na.. Nakula."
Aldo dan Nakula ngeri sendiri dengan pandangan tajam dari kakak kelasnya itu. Mereka tak menyangka jika Lisa satu kelas dengan seorang Aprilio Stefano, si cowok badung sekolah.
"Lo berdua kelas berapa, lo berdua bolos ya?"
Aldo dan Nakula bergidik, mendengar nada bicara Stefan
yang dingin."Enggak kok kak, kita.. kita kelas X-1."
Stefan terdiam, berpikir, lalu sebuah senyum miring terlihat di bibirnya. "Gue bosan, sekarang lo bawah cewek yang paling
cantik di kelas lo, ke sini."Aldo dan Nakula mengangguk patuh, dengan cepat, mereka kembali kelas mereka dan mengambil pesanan yang Stefan minta.
Aldo dan Nakula sampai dengan nafas yang tersenggal-senggal. Membuat Yuki dan Karina sedikit kebingungan melihat tingkah dua cumi kembar itu.
"Lo berdua kenapa sih, abis liat penampakan?" ujar Karina heran.
"Ini.. hhh..hh.. ini lebih ngeri dari penampakan." kata Aldo sambil ngos-ngosan.
"Apaan sih?"
"Do.. ingat, misi rahasianya."
"Ah, iya."
Aldo dan Nakula lalu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas, mencari pesanan yang pas untuk Stefan.
"Lo berdua kenapa sih?"
Aldo dan Nakula kini menatap Yuki bersamaan. Sebuah cengiran lebar pun terpampang bersamaan di kedua wajah mereka.
"Ki.. lo ikut kita sekarang ya." Nakula menarik tangan Yuki.
"Apaan sih?"
"Misi rahasia ki.. misi rahasia." Aldo pun ikut menarik tangan Yuki.
"Lo berdua mau bawah gue ke mana?" Yuki hanya bisa menurut ketika tangannya di tarik-tarik entah ke mana.
Aldo dan Nakula dengan segera menarik Yuki keluar, meninggalkan Karina yang terbengong dan belum menyadari bahwa Yuki sudah diculik oleh cumi kembar.
Stefan tersenyum puas saat melihat Yuki yang kini sudah berada di depan kelasnya. "Udah gue duga." gumam cowok itu puas.
Yuki terkejut bukan main saat melihat Stefan yang kini
menatapnya. Ia tak menyangka cumi kembar akan membawanya ke tempat ini."Lo berdua ngapain bawa gue ke sini sih?" kesal Yuki.
"Kak Stefan minta dibawain cewek cantik, jadi kita bawa
lo deh." kata Nakula dengan tampang polosnya."Gue mau balik."
"Ya.. jangan dong ki, lo mau kita berdua dicincang." Yuki yang tidak sanggup melihat muka memelas cumi kembar akhirnya hanya bisa menyetujui rencana kedua sahabatnya itu dengan pasrah.
Dengan perlahan ia mulai melangkah menuju Stefan. Sedikit rasa risih menyelinap di pikirannya, jelas saja, ia kini berada di ruangan kakak kelasnya.
"Ada apa?"
"Oh pesanan gue udah datang?"
Yuki mendengus sebal, cowok itu pikir Yuki itu nasi bungkus apa. Pesanan, cih. Tapi dia berusaha menahan kesalnya. Mengingat tingkah Stefan yang memang suka seenaknya itu.
"Ada apa?" Tanya Yuki sekali lagi.
"Itu." Tunjuk Stefan pada lantai.
Yuki mengikuti jari telunjuk Stefan yang mengarah ke lantai. Sebuah penghapus berwarna putih kini tergeletak di sana. "Ambilin." Perintah Stefan santai.
Yuki menggigit bibrnya kesal. Stefan memang keterlaluan. Apakah mengambil penghapus yang terjatuh begitu sulit
sehingga harus dirinya yang melakukannya. Dengan kesal Yuki menunduk dan mengambil penghapus itu, lalu meletakannya kasar dimeja Stefan. Stefan memang musang bermuka dua, sedikit-sedikit baik, tapi sedikit-sedikit ia bisa bertingkah sangat menyebalkan."Nyebelin."
Yuki yang berniat pergi dengan cepat ditahan Stefan, Stefan pun lalu menarik Yuki agar duduk di sampingnya.
"Stefan, lo gila ya, lepasin nggak?!"
Yuki berontak, namun ia tetap tak bisa melepaskan diri. Walaupun yang lain tak menyadarinya tapi sebenarnya Stefan sedang mehanan erat pinggang Yuki.
"Lo duduk di sini, dan jangan banyak ngomong."
Dengan cepat Stefan lalu menyandarkan kepalanya pada pundak Yuki. Ia menutup mata, mencoba untuk segera tidur. Menyadari hal itu, Yuki hanya bisa menarik nafas panjang. Tak ada yang bisa ia lakukan jika Stefan sudah seperti ini.
"Pulang sekolah, lo harus ikut gue." kata Stefan dengan mata yang tertutup.
Yuki menaikan alisnya bingung. Apa yang akan Stefan lakukan nanti?
KAMU SEDANG MEMBACA
FooLove (Re-upload)
Teen FictionSiapa yang akan menyangka, jika taruhan yang Yuki lakukan dengan sahabatnya membuat Yuki terjebak dalam permainan Stefan. Pembuat onar nomor satu di sekolahnya. Apapun Yuki lakukan agar terlepas dari Stefan, bahkan Yuki mencoba untuk membohongi diri...