Extra part

1.5K 183 13
                                    

Aprilio Stefano

Aku bahkan tak bisa membedakan perasaan apa yang aku rasakan.

Apakah ini sayang, cinta, atau lebih dari itu semua. Tapi bagiku semua itu tak lagi penting, karena kau adalah kepentingan itu.

Selalu ada warna berbeda, setiap aku melihatmu, mendengarmu, bahkan hanya dengan memikirkanmu.

Selalu ada rasa sakit, melihatmu jauh, atau bahkan hanya sekedar kehilanganmu beberapa detik.

Kau lebih dari berharga, kau lebih dari sebuah kepentingan. Kau sebuah keharusan, sebuah kewajiban. Kau adalah bagian dari diriku, memilikimu membuatku lengkap.

Aku harap Tuhan setuju. Jika aku menjadikanmu tulang rusukku.

Stefan pov

Aku menatap dia yang kini berada di sampingku dalam diam. Dia mungkin tak menyadari aku sedang menatapnya. Itu karena saat ini ia sedang menutup mata, membiarkan angin malam membelai wajahnya dengan lembut. Sebuah senyum kini nampak jelas di wajahnya. Yang otomatis selalu membuatku melakukan hal yang sama.

"Kamu nggak bosen ngeliatin aku terus?"

Sial! kenapa sekarang ia semakin pintar. Apa ia belajar banyak dari aku. Tidak ingin kalah darinya, ku dekatkan wajahku padanya. Tepat saat gadisku ini membuka matanya. Ia terlihat sedikit kaget, dan serentak menjauhkan kepalanya. Melihat itu dengan segera seringai setanku berikan padanya.

"Tak ada kata bosan untuk menatapmu, atau menciummu."

Berhasil. Kulihat wajahmu memerah. Aku menang lagi, dan selamanya akan seperti itu. Ku lihat kini bibirnya mengerut. Aku yakin jika ia melakukan itu lebih dari lima detik,  akan aku menyerangnya.

"Berhentilah cemberut. Kamu tau aku sudah berjanji nggak akan menjadikanmu Nyonya Aprillio sebelum pernikahan kita."

Jawaban asalku berhasil membuatnya memerah, lagi. Aku heran, apa gadisku ini memiliki banyak zat merah di dalam dirinya, sehingga warna itu selalu memancar kapan pun dan di mana pun.

"Stefan, apa kamu serius?"

Aku tertegun. Aku ingin berbalik menanyakan pertanyaan yang sama. Tapi sepertinya gadis ini, lebih membutuhkan jawaban dari mulutku.

"Aku tak bisa menjawabnya Yuki. Cuma kamu yang bisa menjawab pertanyaan ini."

Kulihat Yuki mengerutkan keningnya bingung. Aku yakin ia mengerti maksudku, hanya saja, ia masih mencoba mencernanya lebih lanjut.

"Ayo kita pulang, besok hari besar kita, aku tak mau kehilangan senyummu di hari itu."

Kutarik tangannya lembut, membantunya berdiri. Tangannya kini sibuk menepuk celananya yang sedikit kotor. Sambil menunggu ku tatap danau di hadapan kami. Masih tampak sama, seperti hari-hari sebelumnya.

Dan aku harap tak akan ada yang berubah dari danau ini.

Tanpa ku sangka, tangan Yuki kini sudah mengerat pada lenganku. Aku menatapnya singkat. Entah kenapa kini gadis tegarku sedikit manja sekarang. Tapi aku tak peduli, memilikinya saja sudah membuatku bersyukur setengah mati. Apalagi melihat semua sifat dan tingkahnya setiap hari. Itu mungkin suatu bonus lebih untukku.

***

Yuki kini tertidur manis di ranjangnya, dengan aku yang duduk sambil mengelus rambutnya lembut. Beberapa hari ini menidurkan Yuki menjadi moment yang menyenangkan. Melihat wajah gadis itu yang seperti bayi dengan gumaman kecil dari bibirnya, menjadi hal istimewa yang tak mungkin aku lewatkan.

FooLove (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang