Yuki dan Kenneth pun berjalan menuju parkiran. Tepat saat Yuki akan menaiki motor Kenneth, sebuah tangan mencengkram pergelangannya dengan kencang.
"Lo mau kemana?" Stefan bertanya tanpa melepas cengkraman tangannya pada Yuki.
"Pulang."
"Siapa bilang lo boleh pulang bareng dia?" Ucap Stefan dengan nada dingin.
Yuki menelan ludahnya takut. Tatapan Stefan seperti
bisa mencabut nyawa seseorang seketika. Terlalu menakutkan, terlalu beku."Gue yang mau antar dia. Apa ada masalah?" Kata Kenneth.
Stefan tersenyum manis saat menatap Kenneth. Tapi bagi
Yuki senyuman itu terlihat seperti senyuman iblis yang
siap membunuh mangsanya."Nggak ada masalah, selama lo nggak deketin dia."
Yuki yang sedari tadi diam, kini mulai menaiki kembali
motor Kenneth. Namun dengan cepat tangan Stefan mengangkat tubuh Yuki dan menggendongnya paksa."Aaa!" Jerit Yuki terkejut.
"Lo gila ya." Kenneth awalnya mencoba menghalangi namun berhenti mendengar kata-kata Stefan.
"Gue gila karna ini cewe, jadi lo jangan macam-macam sama orang gila."
Stefan lalu menggendong Yuki yang memberontak. Dengan gerakan cepat, Stefan lalu mendudukan Yuki pada motornya.
"Selain keras kepala, galak dan jutek. Gue nggak nyangka lo juga cewek tukang ingkar janji." Stefan melemparkan tatapan dingin pada gadis di depannya.
Yuki hanya bisa menunduk, ia tahu ini memang salahnya.
Tapi tak seharusnya Stefan melakukan hal ini kan. Mereka bisa jadi tonton jika saja sekolah belum sepi. Dan Yuki jelas tak menyukai itu."Gue pikir tadi lo bercanda."
Stefan tersenyum kecil melihat tingkah Yuki yang ketakutan. Entah kenapa setiap ekspresi gadis ini, menjadi vitamin sendiri untuknya. Perlahan Stefan mulai mendekatkan wajahnya, menyisihkan jarak diantara wajahnya dan wajah Yuki. Yuki semakin menunduk, menolak menatap wajah Stefan
dari dekat. Tapi Stefan bertindak, jarinya mengangkat dagu Yuki, sehingga mata mereka kini bertemu dekat."Apa gue kelihatan bercanda?"
Yuki menggeleng cepat. Seolah takut ia menjadi santapan Stefan. Stefan kembali menahan tawa, ia semakin gencar mengerjai Yuki."Mulai sekarang lo nggak boleh pergi sama cowok lain selain gue." Tegas cowok itu.
"Kenapa?"
"Emang ada cowok yang mengijinkan ceweknya pergi sama cowok lain?"
Wajah Yuki kini merona. Stefan gila karena menganggap dirinya sebagai pacar. Mereka tidak punya hubungan yang seperti itu. Dan tidak akan pernah punya.
"Gu…gue nggak pernah setuju lo jadi pacar gue…"
Cup
Stefan mengecup pipi Yuki singkat. Ia lalu menjulurkan lidahnya membuat Yuki mendelik kesal.
"Gue sama sekali nggak butuh persetujuan dari lo buat jadi pacar lo."
Yuki memilih diam. Percuma membalas Stefan. Cowok nakal ini bukan tandingannya. Lagipula, ia tak ingin semakin terlihat gugup di depan Stefan. Ia lebih memilih pasrah dan membiarkan Stefan membawanya ke tempat yang diinginkan oleh Stefan.
***
Sebuah apartemen besar menjadi pemberhentian Stefan dan Yuki. Yuki menatap bangunan itu takjub. Ia bahkan
belum mengerti mengapa Stefan membawanya ke tempat
ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FooLove (Re-upload)
Teen FictionSiapa yang akan menyangka, jika taruhan yang Yuki lakukan dengan sahabatnya membuat Yuki terjebak dalam permainan Stefan. Pembuat onar nomor satu di sekolahnya. Apapun Yuki lakukan agar terlepas dari Stefan, bahkan Yuki mencoba untuk membohongi diri...