Stefan menatap Yuki yang kini terbaring tak sadarkan diri di UKS. Ia ingat betul kejadian tadi. Saat ia sedang ingin berbicara dan Yuki tiba-tiba jatuh pingsan.
Stefan mulai memfokuskan pandangannya pada Yuki. Gadis ini memang cantik dan menarik. Sebenarnya waktu Yuki berdiri di depan kelasnya, Stefan sudah memperhatikan gadis itu. Ia juga mendengar jika Yuki mencari dirinya. Ia juga pura-pura tertidur saat Yuki melihatnya. Dan semua terlihat jelas saat gadis itu berdiri di hadapannya dan memberikannya coklat. Pipi Yuki yang chubby membuat Stefan sangat ingin mengecup pipi gadis itu karena gemas. Stefan juga sengaja memberikan tatapan mencuriga, agar dapat melihat pipi itu mengembung kesal. Entah kenapa semua ekspresi Yuki menarik perhatiannya.
Dan saat bertemu gadis itu di kantin, Stefan semakin tak tahan untuk masuk ke kehidupan gadis itu lebih dalam lagi. Dan saat Stefan mengecup bibir gadis itu, Stefan tau bahwa Yuki berhasil membuat Stefan jatuh cinta padanya.
Tanpa sadar tangan Stefan kini terulur menyusuri wajah Yuki. Tangannya mengelus lembut pipi Yuki. Entah kenapa anggota tubuh Yuki yang itu sangat menarik perhatiannya.
"Eee…." Yuki menggeliat pelan.
Stefan tersentak kaget, dengan cepat ia menarik kembali tangannya dan sedikit menjauh dari tempat sebelumnya sambil menormalkan eksperesi wajahnya kembali.
"Gue di mana?" Tanya Yuki pelan ketika dia akhirnya sadar sepenuhnya.
"Lo di UKS, tadi lo pingsan." Jawab Stefan.
"Arrggh.. pasti karena gue belum makan." Gumaman Yuki memang pelan, namun Stefan masih bisa mendengarnya.
"Makanya kalau mau marah-marah, isi perutnya dulu dong, biar nggak malu-maluin." Sindirnya menyebalkan.
"Nyebelin." Yuki menggembungkan pipinya kesal. Membuat Stefan tersenyum kecil, lalu berjalan mendekati Yuki.
Pemuda itu mebuka tasnya, mencari sesuatu di dalam. Yuki menatap Stefan penasaran. Tak lama setelahnya, sebuah kotak yang tadi diberikan Yuki kini dikeluarkan Stefan. Yuki menatap coklat itu tak percaya.
"Jadi lo belum makan coklatnya?"
"Bukannya itu yang lo mau?" Lagi-lagi pemuda itu menyindir, membuat Yuki benar-benar geram.
Stefan membuka coklat itu, mengeluarkan sebuah dan meyodorkannya pada Yuki.
"Gue kembaliin coklatnya tapi bukan untuk lo kasih ke Kenneth, tapi buat lo makan sekarang."
Yuki menatap Stefan bingung. Tak menyangka Stefan akan melakukan hal ini padanya. Sedangkan Stefan menatap Yuki gemas, karena sejak tadi gadis itu masih saja menatapnya bengong.
"Mau gue suapin?" Tawar Stefan sambil tersenyum tengil.
Yuki menggeleng cepat. Dengan gerakan cepat pula, ia mengambil coklat itu dari tangan Stefan dan memasukan ke dalam mulutnya. Ia menguyah coklat itu sambil menatap Stefan. Stefan pun demikian, Ia menatap Yuki dengan seksama, memastikan gadis itu memakan coklatnya sampai habis.
"Lain kali itu perut jangan dibiarin kosong lagi."
Stefan berniat pergi, namun urung karena Yuki memanggilnya.
"Kenapa?"
"Ehmm… makasih udah nolongin gue tadi."
"Nggak masalah." Dia berbalik lagi.
"Ehh… tunggu. Gue juga mau pulang." kata Yuki.
Akhirnya Stefan dan Yuki keluar bersama. Di luar sekolah tampak sepi. Anak-anak yang bermain sudah membubarkan diri. Langit juga mulai gelap. Yuki kini menatap Stefan yang sibuk menyalakan motornya. Ia berniat pamit, tapi sepertinya tak perlu. Dengan langkah pelan, ia mulai berjalan keluar sekolah.
Stefan sendiri yang berniat mengantar Yuki, malah di tinggal gadis itu. Dengan cepat Stefan mengejar Yuki kembali.
"Gue anter."
Yuki berbalik mendapati Stefan dengan motornya tepat di sampingnya. Cowok itu tampak sangat keren dengan motornya itu.
"Nggak usah." Tolak gadis itu.
"Udah jangan sok nolak deh, di sini tuh banyak preman."
Yuki tetap tak memperdulikan Stefan, ia terus melangkahkan kakinya menyusuri trotoar. Begitu pula dengan Stefan, ia tetap bersikukuh mengantarkan Yuki pulang. Lagipula ia tak berbohong dengan apa yang ia bilang barusan. Daerah ini memang banyak preman di sore hari. Ia tahu karena ia pernah terlibat tawuran dengan mereka.
Yuki yang sejak tadi berjalan kini tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia menatap gerombolan preman di depannya dengan tatapan takut. Apalagi kini para preman itu balik menatapnnya dengan tatapan mengerikan. Stefan yang melihat itu tersenyum kecil.
"Udah naik…" Ujar Stefan lagi.
Yuki terdiam. Jujur ia takut dengan para preman itu, tapi ia juga tak mau lagi terlibat urusan dengan cowok bule ini. Dengan langkah ragu, Yuki kembali melangkahkan kakinya untuk melewati para preman itu, hal itu membuat Stefan mendengus sebal.
"Adik cantik kok baru pulang"
Laki-laki berbadan besar menghentikan langkah Yuki, disusul oleh dua temannya yang lain.
"Ehh.. bos, ada cowoknya tuh."
Teman preman itu yang berbadan kecil tapi bertato di lengan kanannya bersuara, sambil melirik Stefan.
"Masa ceweknya nggak diboncengin sih?" dengus preman berbadan besar itu.
"Lagi berantem kali bos, hahahah…" satu temannya yang lain dengan rambut kribo dan singlet tertawa.
"Kalau gitu biar adik cantik bareng kita aja, iya nggak?"
"Iya bos, kalau sama kita nggak akan jahat-jahat kok."
Yuki kini sudah berada tepat di hadapan mereka. Saat Yuki ingin melewati para preman itu. mereka segera menutup jalan Yuki sehingga gadis itu tak bisa bergerak. Mata Yuki kini menutup ketakutan. Tangannya mengepal kuat karena takut.
Para preman itu tertawa puas. Saat tangan mereka berniat menyentuh tubuh Yuki dengan cepat Stefan melajukan motornya dan menendang tubuh mereka sehingga mereka terjatuh.
"Pergi nggak, atau lo semua bakal mati." Ancam Stefan sambil memberi tatapan membunuh pada para preman itu.
Merasa ngeri dengan tatapan Stefan, para preman itu pun segera berlalu. Stefan menatap Yuki, gadis itu tak lagi menutup matanya. Namun tubuh gadis itu terlihat gemetaran. Dan saat Yuki mengangkat wajahnya, Stefan dapat melihat wajah gadis itu pucat.
"Naik sekarang.." Printah Stefan.
Yuki masih tak bergerak. Karena tak sabar melihat tingkah Yuki, Stefan memegang tangan gadis itu lembut dan menuntunnya naik ke atas motor. Yuki pun tak menolak. Ia mengikuti perintah Stefan dalam diam.
"Lo pikir gue bonceng lo gratis?"
"Ma..maksud lo?"
"Peluk lah, lo pikir gue ojek. Atau nggak, anggap aja demi keselamatan."
Sekali lagi entah kenapa Yuki menurut saja. Tangannya kini melingkar pasti di pinggang Stefan. Bahkan kepalanya ia sandarkan pada pundak cowok itu. Seketika perasaan hangat menjalar pada tubuh keduanya.
Stefan pun menjalankan motornya dan mengantarkan gadis itu pulang ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FooLove (Re-upload)
Teen FictionSiapa yang akan menyangka, jika taruhan yang Yuki lakukan dengan sahabatnya membuat Yuki terjebak dalam permainan Stefan. Pembuat onar nomor satu di sekolahnya. Apapun Yuki lakukan agar terlepas dari Stefan, bahkan Yuki mencoba untuk membohongi diri...