Part 12

3.3K 376 6
                                    

Yuki turun dari motor Stefan dengan terburu-buru. Matanya melihat kiri dan kanan penuh waspada, Stefan yang melihatnya pun menatapnya aneh.

"Kenapa?" Tanya Stefan.

Yuki menggeleng cepat. Ia memang setuju Stefan
menjemputnya, tapi bukan berarti ia mau satu sekolah menangkap basah ia dan Stefan sedang bersama. Ia hanya tak ingin dan tak pernah suka jadi pusat perhatian.

"Terus ngapain?"

Yuki kembali menggeleng, ia memang tak mau menceritakan maksudnya tadi pada Stefan. Yuki tau, Stefan adalah tipe orang yang suka melakukan hal nekat. Demi menghindari itu, Yuki lebih memilih menyimpan sendiri.

"Ya udah, Makasih." Setelah mengatakan itu gadis itu beranjak pergi.

Tapi langkah kaki Yuki terhenti saat Stefan menarik tas gadis
itu, sehingga ia terhuyung ke belakang.

"Eh eh, apa lagi sih?" Kesal Yuki.

"Hari ini nggak ada harinya Kenneth. Mulai besok dan seterusnya hanya ada hari untuk Stefan."

Yuki melongo. Egois sekali cowok ini. Memaksa Yuki agar
hanya melihatnya. Lagi pula Stefan itu bukan siapa-siapanya. Yuki tidak akan membiarkan siapapun mengatur hidupnya. Tidak akan.

"Kalau gue nggak mau?"

"Bukannya lo yang paling tahu akibatnya, sayang." Stefan menyeringai menatap Yuki dengan mata berkilat nakal.

Yuki bergidik takut, sebelum pergi ia menyempatkan diri
mengangguk, menyetujui kesepakatan sepihak itu. Keselamatan jiwanya lebih penting. Selain itu, Yuki akan mencari cara untuk lepas dari Stefan. Secepatnya.

***

Yuki berjalan dengan pelan, menikmati udara pagi yang
masih segar. Langkahnya kembali terhenti tepat di depan
pintu kelasnya. Bella, gadis yang membuat insiden heboh di kelasnya beberapa hari yang lalu kini tengah berdiri menatapnya dengan sinis.

"Pagi." Bella tersenyum manis. Yang malah membuat Yuki merasa mual melihatnya.

"Ngapain lo di sini?"

"Eh, cuma mau kasih selamat."

Yuki hanya menaikan alis sebagai tanda tak mengerti. Bella kembali mengelurkan senyum sinisnya. Kini ia tepat berada di hadapan Yuki.

"Selamat karena Stefan udah jemput lo hari ini."

Yuki tersentak keget. Bukan karena apa-apa. Ia hanya
berpikir, apa sebegitu istimewanya Stefan, sehingga tumpangannya menjadi suatu undian yang diperebutkan.

"Tapi sayang..." Bella menatap Yuki dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat. Yuki memasang tatapan bingung, sembari menunggu Bella melanjutkan kalimatnya.

"Tapi sayang, lo cuma bisa nikmatin itu semua sampai hari ini."

Bella kembali memberikan tatapan meremehkan, sedangkan Yuki membalasnya dalam diam, tapi terlihat jelas jika gadis itu mulai menunjukan tatapan
menyeramkannya. Mungkin karena terbiasa melihat
tatapan Stefan dia jadi belajar menatap orang dengan seperti itu.

"Lo iri?"

Kali ini Bella yang tidak mengerti maksud Yuki. Membuat senyuman licik kini terlihat jelas di wajah gadis itu. Siap membalas Bella seperti tempo hari.

"Setidaknya gue udah pernah dijemput dan merasakan pelukan Stefan. Lo? gue yakin dia bahkan nggak pernah natap lo." Nada suara Yuki remeh.

Bella mengepalkan tangannya keras. matanya memerah
seperti ingin menangis. Kenapa Yuki bisa tahu itu? atau mungkin gadis ini hanya menebak?

FooLove (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang