Karina sedang asik menikmati baksonya, saat Yuki datang dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Entalah, wajah gadis itu terlihat marah dan kesal, namun masih terlihat semburat merah di pipi montok gadis itu.
"Gimana udah lo kasih." Tanya Karina antusias.
"Udah." Jawab Yuki dengan juteknya. Tapi sepertinya Karina tak peduli itu, buktinya gadis mungil itu tetap bertanya dengan antusias.
"Terus dia bilang apa ke loe?"
"Nggak ingat."
"Eh... Yuki, kok gitu sih. Emang dia ngomong apaan aja ke loe. Bilang terima kasih kek, apa kek masa loe nggak bisa ingat sih Ki?" Tanya Karina dengan wajah memelasnya.
"Nggak tau ah." Jawab Yuki malas. Benar-benar malas.
"Apa jangan-jangan loe nggak ngasih coklat itu ke kak aprilio?" tuding Karina. Yuki menatap karina dengan tatapan membunuhnya.
"Loe mau cari mati ya."
"Ya.. terus dia bilang apa aja ke loe." Tanya Karina lagi. Dia tidak akan berhenti sebelum Yuki menjawab pertanyaannya. Tekad Karina.
"Loe dengar baik-baik ya..." Yuki menarik nafasnya panjang sebelum memulai kata-katanya.
"Iya.." kata Karina mengangguk patuh.
"Waktu gue datangin dia, dia lagi tidur di kelas sama cewek cantik di sampingnya lagi ngelus rambutnya. Terus pas gue kasih coklatnya ke dia, dia malah kasih gue tatapan mencurigakan. Emang dia pikir gue penjahat apa. Tapi yang paling bikin kesal dan malu dan emosi dan... arrgghh... Pokoknya semuanya deh, itu dia... dia nyium pipi gue!! Terus bilang dengan gaya tengilnya 'Lain kali kalau lo mau habisin waktu bareng gue. nggak perlu kasih coklat norak seperti ini'." Yuki meniru gaya bicara Aprilio dengan dilebih-lebihkan. "Nyebelin banget kan!"
Nafas Yuki tersengkal ketika dia menyelesaikan ceritanya. Rona geram kembali muncul menghiasi wajahnya, Mengingat kelakuan kakak kelas pujaan sahabatnya itu.
"Kok gitu sih..?" Karina sendiri terlihat bingung. Kak aplrillonya mana mungkin berbuat begitu.
"Iya, kok gitu sih, prince charming yang lo sering bangga-banggain ke gue. Cowok manis, lembut, ramah,baik. Itu tu nggak kebukti tau nggak. Dia tu cowok kejam, jahat, nggak berperikemanusiaan. Dan yang pasti dia tuh cowok mesum!" Ucap Yuki dengan menggebu-gebu.
"Kak Aprilio itu baik Ki, dia itu emang baik. Gue nggak mungkin salah kok. Apa lo ngasih ke orang yang salah?"
"Ya nggak lah kar, orang dia bilang sendiri namanya Aprilio, waktu gue ke kelasnya di XII IPA 1, dan tanya namanya ke kak Lisa, kak Lisa juga bilang kalau namanya Aprilio."
"XII IPA 1?" Wajah Karina penuh kebingungan.
"Iya. XII IPA 1." jawab Yuki cuek.
"Ki... kayaknya lo salah orang deh.." Tersadar sesuatu. Karina berubah menjadi panik.
"Ahh.. salah orang?"
"Iya... kak Aprilio itu bukan kelas XII IPA 1, tapi XII IPS 1."
"Ahh.. lo nggak bohong kan?" Yuki jadi ikut panik.
"Iya, kak Aprilio itu... ahh yang itu." Karina menunjuk satu arah.
Yuki segera mengikuti arah jari karina mengarah. Matanya membelalak seketika. Ia lalu menelannya secara dramatis. Wajahnya kini mulai menjadi pucat. Jelas ini bukan Aprilio yang ia temui tadi. Aprilio ini tampak sedang berdiri di seberang meja mereka dengan sebuah senyum ramah dan manis. Namun yang paling jelas adalah wajahnya yang seribu kali berbeda dari wajah Aprilio yang ia temui tadi.
"Kar.. kayaknya gue dalam masalah deh." Tiba-tiba Yuki merasakan ketakutan."Maksud lo...?"
Belum sempat Yuki menjelaskan maksudnya, matanya kini menangkap sosok yang ia takutkan. Cowok itu... Aprilio yang ia temui. Kini tengah berjalan dari arah pintu kantin. Ia berjalan bersama segerombolan siswa laki-laki. Ia berjalan paling depan, menunjukan dengan jelas, bahwa ia adalah pemimpin anak-anak itu.
Aprilio yang itu memang jelas berbeda dengan Aprilio yang Karina tunjukan. Aprilio ini memiliki tatapan dingin. Ia bahkan menunjukan seringai jika beberapa siswi perempuan meliriknya genit. Matanya tajam, seolah pandangan itu dapat membunuh orang yang melihatnya. Yuki terus memperhatikan Aprilio itu, matanya terus mengikuti gerakan cowok nakal itu. sampai tak sadar, matanya kini bertemu dengan cowok itu. Yuki kembali menelan ludah. Tepat saat Aprilio itu tersenyum nakal dan berjalan ke arahnya.
"Mati gue." Gumam Yuki sambil menundukan kepalanya.
"Ki.... Jadi maksud lo... Aprilio itu. Aprilio Stefano, bukan Kenneth Aprilio?" Ujar Karina sambil melihat Stefan yang berjalan ke arah mereka.
"Gue nggak tau Kar." Tukas Yuki.
"Ehh.. ketemu gadis coklat."
Stefan mentapa Yuki tajam.Yuki masih menunduk. Stefan masih menatap Yuki tajam, matanya kini hanya terfokus pada gadis berkulit putih di hadapannya. Bibirnya tersenyum sedikit, menampilkan sebuah seringai setan yang menyebalkan. Karina memilih bersembunyi di balik tubuh Yuki. Ia jelas tak ingin berurusan dengan preman di sekolahnya.
"Lo mau duduk bareng gue." itu bukan tawaran, melainkan sebuah perintah.
".........." Tapi Yuki tak bergeming dari tempatnya.
"Kok nggak dijawab sih?"
Stefan sekarang sedikit menunduk, mensejajarkan pandangannya dengan Yuki. Ia mendekatkan wajahnya, berusaha melihat wajah Yuki lebih dekat. Hal ini membuat Yuki menahan nafas. Tangannya mengepal erat, dan matanya kini menutup."Kok ditutup matanya? gue kan pengen liat mata lo." Stefan tersenyum puas. Ia senang melihat reaksi Yuki yang sejak tadi ketakutan melihatnya. Stefan semakin mendekat, membuat Yuki sedikit memundurkan tubuhnya.
"Kenapa mundur, bukannya tadi pipinya udah dicium."
Yuki mengigit bibirnya kesal, ia tak tahan lagi. Ia tak peduli lagi, cowok ini sudah membuatnya kesal dan malu. Yuki kini tak lagi menutup matanya. Dengan cepat ia mengangkat wajahnya. Sehingga kini pandangannya sejajar dengan Stefan dalam jarak yang sangat dekat.
"Gadis coklat yang menarik."
Gumam Stefan lirih namun karena jarak yang dekat Yuki dapat mendengarnya. Ketika ingin membalas kata-kata pemuda di depannya.
Dengan gerakan cepat Stefan mengecup bibir Yuki singkat. Mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum setan. Lalu pergi meninggalkan Yuki tanpa memperdulikan keadaan gadis itu akibat perbuatannya. Sepertinya setelah ini, Stefan akan rajin masuk sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FooLove (Re-upload)
Teen FictionSiapa yang akan menyangka, jika taruhan yang Yuki lakukan dengan sahabatnya membuat Yuki terjebak dalam permainan Stefan. Pembuat onar nomor satu di sekolahnya. Apapun Yuki lakukan agar terlepas dari Stefan, bahkan Yuki mencoba untuk membohongi diri...