Yuki membelalakkan matanya kaget, dengan cepat ia melepaskan ciumannya dengan Stefan. Tepat saat pintu kamar terbuka. Stefan menarik selimut menutupi sampai pada batas perut Yuki, yang artinya menutupi dirinya juga yang sedang berbaring.
"Kamu belum tidur sayang?" tanya Chika.
"Eee... ini.. ini mau tidur kok." jawab Yuki gugup.
"Yuki!" Chika terlojak kaget.
"Iya?" di tempatnya Yuki sudah merasa ketakutan.
Chika menggeleng. Perlahan kakinya ia langkahkan
mendekati jendela kamar Yuki yang terbuka. Dengan pelan ia
menutup jendela kamar anaknya itu dengan rapat."Kalau jendelanya dibuka, lama-lama besok kamu bisa sakit."
Yuki mendesah lega. Ia mengangguk kecil, sambil tersenyum kikuk. Yuki menguap kecil, mencoba mengusir halus ibunya dengan membuat wanita paruh baya itu berpikir jika putrinya sudah terserang kantuk.
"Ya udah.. selamat tidur ya sayang."
"Selamat tidur Mama." balas Yuki sambil tersenyum manis.
Stefan menarik nafanya panjang dan Yuki menbuang nafanya panjang. Saat pintu kembali tertutup. Rasa tegang dan gugup yang ada, kini terganti dengan rasa lega yang berlebihan. Yuki menatap Stefan singkat, cowok itu sepertinya menikmati kejadian tadi.
Seharusnya Yuki tau, jika Stefan adalah tipe pria yang menyukai ketegangan.
"Kayaknya ada yang kehabisan nafas." ucapnya sambil tersenyum miring.
"Memang seharusnya kayak gitu kan?"
"Butuh bantuan?"
Yuki bergidik. Tentu saja ia menolak. Tak ada bantuan baik dari seorang Stefan. Dari tatapannya saja sudah terlihat jelas, jika cowok itu berniat mengerjainya lagi.
"Gue pulang."
"Sekarang?"
"Gue nggak mungkin terus di sini, bisa-bisa besok pagi lo jadi Nyonya Aprilio." ucap Stefan sambil melempar tatapan nakal.
Wajah Yuki memerah seketika. Kenapa Stefan selalu memutar balik kalimat sehingga membuat ia terjebak dalam yang namanya malu.
"Fan, gue nggak ada nomor lo."
"Nggak masalah kan?"
"Terus, kalau gue perlu sama lo gimana?" ucap Yuki kesal.
"Nggak perlu. Biar gue yang nemuin lo, kapanpun
dan dimanapun gue mau."Tanpa menunggu waktu lama lagi, Stefan segera melompati jendela kamar Yuki. Meninggalkan Yuki dengan wajah kesalnya, sedangkan ia sendiri dengan seringai kepuasan andalannya.
***
Karina bingung. Tentu saja, hari ini sahabatnya terlihat aneh. Yuki yang biasanya cuek dan masa bodoh, kini terlihat berbeda. Gadis itu terlihat lebih ceria. Ia bahkan mendengar semua cerita Karina tanpa mengeluh. Ia bahkan tertawa terpingkal-pingkal mendengar candaan Cukem yang biasa ia anggap membosankan.
Ada apa dengan Yuki. Rasa penasaran itu, membuat Karina mengulurkan tangannya pada kening Yuki.
"Lo apaan sih?"
"Kok nggak panas sih?"
"Lo apaan sih, Kar?"
"Lo nggak sakit?"
"Nggaklah."
"Tapi kok lo aneh?"
"Maksud lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FooLove (Re-upload)
Teen FictionSiapa yang akan menyangka, jika taruhan yang Yuki lakukan dengan sahabatnya membuat Yuki terjebak dalam permainan Stefan. Pembuat onar nomor satu di sekolahnya. Apapun Yuki lakukan agar terlepas dari Stefan, bahkan Yuki mencoba untuk membohongi diri...