Big Monster

296 29 7
                                    

"Kaki kamu tidak pegal berdiri terus seperti itu ? Ayo duduk" suara itu terdengar lagi setelah dia memandangiku dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Sesuai apa yang dia minta, akupun beranjak menduduki kursi yang berada di depan meja pak Alvian.

"Boleh saya lihat surat lamaran kamu? Jangan memasang muka takut seperti itu, saya bukan setan" dia menatapku dengan tatapan dinginnya.

"Ini pak" aku memberikan surat lamaran ku dengan hati yang berdebar-debar. Aku melihat monster di depan ku  ini mulai membaca surat lamaran ku, bibir nya tipis seakan  bungkam untuk mengeluarkan kata-kata.
Pak Alvian meletakkan surat lamaran ku di atas meja kerjanya yang berwarna cokelat gelap dan aku berani bertaruh jika meja ini harganya sangat mahal, di lihat dari jenis kayu dan ukiran yang sangat menawan di setiap sudut-sudut meja ini.

"Apa komitmen kamu untuk menjadi asisten pribadi saya?" dia kembali menatap ku seperti singa yang siap menerkam mangsanya, tajam dan mendalam

Dengan segenap keberanian yang ada, aku menjawab dan menatap matanya tepat di lingkaran hitam pada matanya yang indah.

"Jujur" jawab ku singkat.

Aku melihat monster di depanku ini hanya manggut-maggut saja.

"Pasti kamu memiliki alasan yang kuat" kali ini bibir nya tersenyum tipis.

"Karena bagi saya jujur adalah segalanya, negara kita ini sedang krisis kejujuran, saya sudah dari kecil di didik untuk menjunjung tinggi kejujuran" jawabku dengan mengembangkan sebuah senyuman.

"Kamu di terima" pernyataan yang barusan keluar dari mulut Pak Alvian sukses membuatku membalakkan mata.

"Saya di di di terima? Se serius Pak?" rasanya mulut ku yang ternganga ini sulit untuk di tutup.

"Iya kamu saya terima sebagai asisten pribadi saya Rara Agnesia, saya harap kamu menyanggupi peraturan saya. Kamu tidak bekerja untuk Hastoraharjo Gruop, melainkan untuk saya pribadi, Alvian Hastoraharjo. Kamu wajib berpindah tempat tinggal ke rumah saya, karena di sana kamu harus menyiapkan semua keperluan saya baik untuk kepentingan perusahaam maupun hal hal di luar jam kerja kantor. Kamu tidak perlu khawatir, saya tidak tinggal sendirian di rumah, di sana ada pembantu dan tukang kebun saya, apa kamu tidak keberatan?" jelasnya sambil menatapku dengan muka datar.

"Apa bapak sedang tidak perfikir jernih untuk menyuruh saya tinggal serumah dengan bapak sedangkan kita tidak terikat hubungan persaudaraan, lagipula kita baru mengenal saya beberapa menit yang lalu, begitu pula saya. Saya tidak tau bagaimana bapak dan bapak juga tidak tau bagaimana saya. Saya juga tidak menjamin keselamatan saya saat tinggal bersama bapak. Apakah bapak tidak memikirkan istri pak Alvian di rumah?" Jawabku ketus dan sangat kesal, bagaimana bisa dia dengan seenak jidatnya menyuruhku tinggal bersamanya. Yah meskipun ku akui dia tampan kelewat batas, tapi aku masih bisa berfikir normal untuk tinggal serumah dengan monster ini. Wanita dan pria hidup serumah tanpa ikatan pernikahan? Oh astagaaaa.

"Rara Agnesia listen to me, saya sama sekali tidak tertarik dengan keindahan tubuh kamu, saya juga tidak berfikir untuk melakukan hal yang tidak tidak kepada kamu. Dan satu lagi, apakah kamu melihat ada cincin pernikahan pada salah satu jari saya?" jawabnya singkat sambil menperlihatkan jari jari kokoh nya kepadaku, kedua alis nya juga ikut naik turun.

Apa katanya? Dia bilang apa? Dia sama sekali tidak berfikir ulang untuk menyampaikan satu hal. Bisa-bisa dia berkata seperti itu. Oh tunggu, berarti dalam kata kasarnya aku ini adalah calon pembokat? What the hell? Pembokat?
"Dasar kecoaaaaaaaa!!!!" teriak ku dalam hati.
Belum sempat aku mendinginkan hati ku atas perkataannya, lelaki dingin ini lalu menyodorkan semuah kertas yang isinyaa...

Kiss the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang