Part 15

192 25 5
                                    


Happy reading ;)

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

"Tok tok tok...." ku ketuk pintu ruang kerja pak Alvian.

"Masuk" suara berat itu akhirnya keluar untuk mengizinkan aku masuk ke ruangan kerja nya.

"Ada hal penting yang harus kamu bicarakan ?" tanya nya sambil mengangkat kedua alis nya.

"Ehm iya pak eh mas, tapi dari mana ya ngomongin nya" jawab ku sambil menggigit bibir bawah ku.

"Ada apa?" tanya nya lagi.

"Eeeeee begini mas, be besok Ibu saya mau kita pulang ke Bandung, kita itu maksudnya saya dan mas Alvian. Ibu saya kaget waktu saya bilang saya akan menikah dan minggu depan mas Alvian akan melamar saya. Beliau minta penjelasan lebih lanjut dari kita berdua. Tapi saya udah terlanjur bilang kalo kita udah lama pacaran" jelas ku sambil mendongak kan wajah menatap lelaki tampan di depan ku ini.

"Hanya itu? Baik lah besok saya akan mengosong kan semua jadwal saya. Tapi saya hanya bisa cuti kerja satu hari, tidak lebih. Kamu tidak keberatan kan ?" tanya nya lagi.

"Oh tidak masalah, ya sudah karena urusan saya di sini sudah selesai, saya pamit ke kamar dulu, permisi" aku sangat lelah sekali, dan ingin segera membaringkan tubuh ku di kasur, apalagi besok aku dan pak Alvian akan pergi ke Bandung, ke rumah Ibuku.

"Emm Ra, good night" ujar nya lagi saat aku mengayunkan kakiku ke langkah yang ke tiga. Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum malu. Wajah ku pasti sudah memerah. Hanya kalimat sederhana, tetapi entah mengapa membuat badai bertiup kencang di dalam hati ku. Apakah aku mencintai nya? Ah tidak mungkin. Lalu apakah aku masih mencintai Dimas? Entah lah, kenapa semua nya menjadi tidak jelas.

--- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Pagi ini, aku dan ehm mas Alvian bersiap-siap pergi ke Bandung. Kami sudah menjelas kan tujuan kepergian kami ke Bandung kepada orangtua mas Alvian. Tentu saja mengizinkan. Pukul 08.00 kami berangkat. Hari ini penampilan mas Alvian terlihat sangat cool, dengan celana hitam dan kemeja putihnya, tak lupa tatanan rambut nya yang menawan. Belum lagi semerbak wewangian parfum mahal yang dimilikinya. Wajah maskulin itu selalu nyaman untuk di kagumi. Alvian Hastoraharjo, pengusaha muda yang baru-baru merintis karir nya sebagai CEO dan mengharus kannya selalu keluar negri.

Muda, tampan, mapan, wanita mana yang tidak tertarik dengan lelaki yang ada di samping ku ini. Lelaki misterius yang berbicara sepatah dua patah kata saja. Tapi jika mengenai masalah bisnis, dia jagonya. Karakternya berubah drastis menjadi seseorang yang banyak bicara dan juga sangat tegas dan disiplin penuh. Tapi siapa yang menyangka, jika seorang Alvian Hastoraharjo adalah seseorang yang sangat pelupa dan panik jika di rumah. Lucu.

"Seperti nya kamu sedang bahagia" ucap nya mencair kan suasana yang dari tadi diam dan kaku, sehingga membuat ku berfantasi dengan fikiran ku sendiri.

"Ha em iya mas, saya kangen banget soalnya sama ibu dan adik saya" aku sangat bahagia akhirnya bisa pulang bertemu dengan adik dan ibuku setelah hampir tiga bulan aku bekerja di rumah mas Alvian.

Pria ini hanya diam dan masih fokus dengan aktifitas mengemudinya.

"Apakah orangtua mu akan menerima saya?" dia bertanya sambil memalingkan wajah nya ke arah ku sekilas.

"Berdoa saja semua nya lancar, emm saya hanya memiliki Ibu" jawab ku singkat dan berhasil membuat mas Alvian mengerut kan dahi nya.

"Dimana mana papa mu?" tanya nya lagi.

"Sudah meninggal mas, boleh kah nanti kita ke makam beliau dulu?, saya hanya ingin meminta restu" tanya ku dengan mata yang berbinar-binar.

"Tentu saja boleh, saya bukan orang yang kejam. Emm bagaimana menurut mu jika kita berhenti berdialog dengan bahasa formal, sebentar lagi kan kita akan menikah"

"Ha? Seperti aku atau kamu ? "

"Yaa aku kamu. Sekarang santai saja, kita gak seformal itu"

"Baik lah" jawab ku dengan menahan senyum lebar ku.

Setelah itu kami berdua kembali diam. Entah mengapa aku merasa nyaman saat berdekatan dengan mas Alvian. Ada sebuah kehangatan yang aku sendiri pun tidak tau kenapa. Tapi aku juga sedikit cemas, bagaimana tidak, mas Alvian adalah seorang CEO muda dan aku hanyalah orang biasanya yang bekerja sebagai asisten pribadinya.

Pekerjaan nya di dunia bisnis pasti sangat berkaitan erat dengan pendamping hidup yang sempurna. Yaaa contohnya sama-sama dari kalangan atas. Sedangkan aku? Aku bukan lah seorang yang kaya raya. Aku harus bekerja untuk menghidupi Ibu dan adikku Fira. Apakah status ku tidak membuat nya malu di kemudian hari?.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya kami tiba di rumah sederhana yang selama ini ku tempati. Ibu dan adikku Fira menyambut kedatangan kami. Aku sangat senang melihat sikap mas Alvian yang terbilang sangat sopan.

Setelah duduk di sofa ruang tamu, kami pun mulai membicarakan tentang pernikahan mendadak ku dengan mas Alvian.

"Begini Bu, saya datang ke sini untuk meminta izin untuk menikahi putri pertama Ibu, Rara Agnesia. Kami sudah saling mengenal satu sama lain, menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Saya berjanji akan menjaga dan menyayangi putri Ibu setulus hati saya. Minggu depan saya akan datang lagi kesini bersama keluarga saya dengan maksud ingin melamar, kemudian sebulan kemudian pernikahan kami berlangsung. Saya mohon restu dari Ibu" ucap mas Alvian memohon kepada Ibu ku.

"Apapun yang terbaik untuk Rara, Ibu selalu merestui kok. Tapi Alvian, berjanji lah untuk selalu mencintai Rara, jangan pernah menghianati dan melepaskan nya" jawab Ibu ku.

"Saya berjanji Bu, saya akan memberika semua yang terbaik untuk Rara" Ujar mas Alvian.

Rasa nya pipiku sudah benar benar merona saat ini. Bagaimana tidak, ucapan mas Alvian terlihat sangat tulus, ya meskipun dia masih belum bisa mencintai ku. Tapi, tapi kenapa aku sangat yakin jika suatu saat diajuga akan mencintai ku? Bahkan dengan perasaan ku sendiri pun aku masih ragu. Apakah aku benar benar sudah jatuh hati padanya?

Setelah obrolan yang panjang, akhirnya Ibu pun mengajak kami semua untuk makan siang. Lagi pula inilah yang ku tunggu sejak tadi. Kata Ibu tadi sih hari ini dia masak banyak sekali untuk menyambut kedatangan kami. Aku juga sangat merindukan masakan Ibuku yang super lezat. Hari ini aku sanga bahagia, Ibu dan adikku terlihat bahagia. Mas Alvian juga sudah mulai akrab dengan perempuan ku ini. Pria tampan ini sangat berbeda, dia tertawa lepas hari ini, senyum nya juga selalu berkembang, sangat berbeda dengan kesehariannya sehari-hari yaa mungkin karena dia memang sibuk dengan pekerjaan nya.

- - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - -- - - - - - - - -
Maafin ane kalau ada typo
Next part 16 besok yaa...

See you :)

Kiss the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang