My First Kiss

303 26 12
                                    

Rara POV

Satu bulan berlalu. Tidak terasa sudah satu bulan aku menjadi asisten pribadi Pak Alvian. Gaji pertama ku juga sebanding dengan pekerjaan ku. Jika kalian berfikir menjadi asisten seorang Alvian Hastoraharjo adalah hal yang gampang, kalian salah besar.

Pak Alvian adalah tipe orang yang menyebalkan menurut ku. Benar saja, pria tampan ini sering sekali menyasarkan berkas berkas pentingnya.
Selama berkas nya masih belum ketemu, bibir pak Alvian tidak berhenti mengoceh. Ingin rasanya aku menyambar bibir itu, melumat nya semesra mungkin agar dia berhenti mengomel.

Tapi untung lah aku dengan kesabaran ku selalu berhasil menemukan kembali berkas berkas pak Alvian yang nyasar.

Membersihkan rumah besar pak Alvian setiap hari juga bukan hal yang mudah. Rumah sebesar ini dengan tiga pembokat di dalam nya terasa masih kurang. Awalnya pinggang ku sakit sekali karena memang untuk membereskan rumah ku tidak secapek membereskan rumah Pak Alvian.

Aku juga harus stand by dengan handphone ku jika pak Alvian sedang berada di kantor. Setiap harinya ada saja barang nya yang ketinggalan.
Belum lagi request menu sarapan dan makan malam yang di minta pria ini sangat aneh.

Pernah bos ku ini minta di buatkan sayur lodeh, yang aku sendiri kurang menyukai sayur ini, sangat tidak suka bahkan.
Tapi yaa apa boleh buat, dia maunya aku yang bikin. Saat itu aku berfikir, bos ini hamil atau apaan sih? Aneh.

Tapi ada nilai plus dari pak Alvian, wajah tampannya membuat aku betah berada lama lama di dekat nya. Meskipun dia pelit kata kata, tapi tidak merubah aura ketampanan tingkat dewa yang di milikinya.


_ _ _ _ _ _ _

Malam ini hujan masih turun dengan deras.
Dari depan pintu ini menghadap ke kolam renang ini aku dapat  merasakan angin yang menyentuh kulit ku. Tetesan air yang turun menimpa bumi berirama dengan sempurna.
Aku menggenggam erat Fuurin pemberian Dimas. Cinta pertama ku.

Flashback On

Dimas Aditya

Lelaki ini membubuhkan tanda tangannya pada area kosong baju seragam putih abu abu ku. Dia tidak pernah melupakan senyum manisnya yang semakin menawan saat sebuah lesung pipi nya terbentuk dengan sempurna.

" Kita udah lulus aja yaa. Rasanya baru kemaren kenal sama kamu " ujar ku tersenyum menatap nya.

Dimas mendongak kan wajah nya dan balas menatap ku lembut.

" Iya Ra, selamat yaa nilai kamu memuaskan" sahutnya tersenyum manis.

"Hahaha ih kamu mah, nilai kamu lebih bagus dari nilai aku Di" ujarku sambil menepuk bahu nya. Kebiasaan ku hehehe...

"Hahaha aku emang sedikit lebih pintar dari kamu Ra" jawab Dimas meremehkan ku.

"Ih songong yaa" jawabku sinis.

"Hahahaha becanda kok Rara Agnesia" Dimas mengedipkan kedua matanya sambil memasang muka idiot idiot ganteng.

"Hahahaha jangam gitu juga kali mukanya Di, oh ya Di ke balkon aja yuk ada yang mau aku omongin."

.............

Tempat ini meyimpan banyak sekali kenangan tentang seorang Rara Agnesia dan Dimas Aditya. Sepasang sahabat yang selalu kompak dan bersama. Yang salah satu dari mereka menyimpan perasaan yang tidak seharusnya di simpan. Cinta..

Dimas memandang lurus ke depan. Langit gelap mulai menyelimuti bumi. Entah apa yang sedang di fikirkan Dimas. Kenapa dia enggan berbicara. Tatapannya tetap lurus ke dapan.

Kiss the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang