Blood

229 30 3
                                    

7 jahitan berhasil menutup luka di jari telunjuk ku. Dan sekarang aku sudah berada di rumah pak Alvian. Dia masih masih setia berdiri di depan ranjang kamar ku. Sambil menatap ku dalam. Aku hanya bisa tertunduk menatap arah tangan kanan ku yang di terbungkus perban putih.


Flasback On

Tok tok tok.........

"Den den buka pintunya den.  Neng Rara den" ucap bik Sum ngos-ngossan dan panik, sangat panik.

Klekkkk....

"Kenapa bik? Ada apa?" Tanya Alvian bingung.

"Anu den, neng Rara. Ta tangan nya luka. Gak sengaja keiris pisau. Lukanya besar den, da darah nya banyak. Bibik ngeri den" jawab bik Sum sambil terbata bata.

"Haa? Dia diama bik? kata Alvian

"Dapur den, ayo cepetan, bawa ke rumah sakit aja" saran bik Sum

Alvian langsung berlari menyusul Rara yang sedang berlumuran darah di dapur.
Dalam hati ia menyimpan rasa cemas dan marah melihat kelakuan asisten pribadinya yang bahkan belum sampai 24 jam bekerja bersamanya. Kenapa dia bisa ceroboh seperti ini?

"Kamu kenapa Ra?" tanya Alvian sambil memegang pundak Rara.

"Sa sakit pak, saya takut" jawab Rara sambil masih memjam kan matanya karena ngeri melihat darah yang sebegitu banyaknya.

"Ini luka nya besar Ra, sekarang kita ke rumah sakit" ujar Alvian cemas.

.............

Sesampainya di rumah sakit, dengan panik Pal Alvian membawa ku ke Unit Gawat Darurat bersama dengam beberapa suster.
Setelah masuk ke dalam ruangan yang cukup besar dan mewah, aku di suruh oleh beberapa perawat untuk berbaring di tempat tidur.
Tangan kanan ku di sandarkan pada sebuah meja khusus.

Orang orang terlatih ini mulai bekerja pada tangam kanan ku.
Perih dan sensasi rasa dingin dingin dapat ku rasakan pada jari tekunjuk kanan ku.

Rasanya semakin sakit. Air mataku kembali tak bisa ku tahan. Tiba tiba sebuah kehangatam menggenggam tangan kiriku. Apakah itu Pak Alvian? Meskipun aku menutup rapat mataku, tapi aku yakin itu pasti bos tampan ku. Aku hapal dengan wangi parfum nya yang beberapa jam yang lalu selalu memaksa ku untuk selalu membawa nya ke dalam setiap hirupan nafasku.

Tangan itu menggenggam ku semakin kuat. Rasa nya semakim perih. Tanpa sengaja aku menarik baju pak Alvian dan membuat posisi nya menunduk ke arah ku. Aku membenam kan kepala ku pada dadanya yang bidang. Meremas baju nya sekuat yang aku bisa. Tangan kini mengusap ujung kepala ku. Dari sini aku bisa menghirup aroma tubuh Pak Alvian. Tangis ku mereda, tapi aku masih membenam kan kepala ku pada dada bidang pak Alvian. Apa yang aku lakukan? Ya Tuhan ini memalukan......


Flasback Off


Kembali aku mendongakkan kepala ku. Menatap pria yang sedang berdiri dengan kaos yang yang sedikit terkena bercak darah ku. Rambutnya berantakan. Tapi dia tetap tampan meskipum dalam keadaan seperti ini. Dia menyilangkan kedua tangan nya di dada.

"Apa yang kamu fikirkan sehingga kamu hampir memutuskan tangan mu sendiri?" Suara berat milik bos ku akhirnya keluar.

" Ma maaf pak, saya tidak sengaja" jawab ku tertunduk.

Ini memang murni kelalaian ku. Ini adalah kejadian terburuk selama aku sedang dalam masak mesasak.

"Kamu belum sampai 24 jam bekerja dengan saya, tapi kamu sudah membuat saya sangat panik Rara Agnesia" kata pak Alvian sambil berjalan ke arah ku. Semakin dekat dan dia menunduk dan wajah maskulin nya sangat dekat dengan denga wajahku.

Kiss the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang