Maybe Yes Maybe No. Noooo!!!!

241 27 2
                                    

Alvian POV

Malam ini hujan turun cukup deras. Keadaan yang sangat tidak aku sukai. Aku tidak menyukai hujan, tapi aku sebagai manusia juga bergantung dan memerlukan hujan.

Seperti Cinta, aku tidak suka lima huruf itu. Hal bodoh yang selalu di jadikan panutan oleh semua orang.
Bagiku, cinta itu indah di awal namun akhirnya pahit.

Setelah hubungan cinta ku dengan Clara Handoko hancur berantakan, sejak saat itu aku membenci yang nama nya Cinta.
Katakan lah aku bodoh, tapi apa lagi yang bisa ku lakukan setelah mengetahui sebuah kenyataan pahit dimana kekasih yang yang ku cintai akan bersanding di pelaminan dengan pria lain.

Tidak ada sama sekali toleransi untuk hatiku, perasaanku, dan cinta yang aku miliki. Bukan kah itu kejam? Tidak salah bukan jika aku mengatakan bahwa cinta itu manis di awal dan pahit di akhir.

Karena cinta lah berbulan bulan aku berubah seperti bukan lagi seorang manusia. Bukan Alvian Hastoraharjo seperti yang di kenal banyak orang. Keluar masuk diskotik setiap malam adalah rutinitas wajib ku beberapa bulan yang lalu.

Tapi syukurlah, semangat dari kedua orangtua dan adik semata wayang ku menyadar kan aku dari betapa bodoh nya hal yang ku lakukan. Perlahan aku mulai melupakan Clara.
Namun cinta ini masih terlalu besar untuk di hancur kan  begitu saja.
Tapi aku yakin, ada seseorang di sana yang sudah di siapkan Tuhan, dan itu bukan Clara. Aku yakin seseorang itu sedang menggenggam kebahagiaan dan cinta yang tulus untuk ku. Aku yakin.

Dan sekarang aku tinggal bersama seorang gadis manis yang menjadi asisten pribadiku.
Aku tau dia adalah seorang pekerja yang ulet dan penyabar. Meskipun sikap ku sangat cuek terhadap nya, tapi dia sangat sabar dalam melakukan pekerjaan nya.

Tidak jarang dia bersikap konyol. Lucu, dia mampu membuat ku senyum senyum sendiri di kamar saat sedang memikirkan nya. Hal yang sudah lama tidak aku lakukan. Bahkan sejak berpisah dari Clara, Rara lah wanita pertama yang bisa membuat ku terus memikirkan nya. Padahal di luar sana banyak wanita cantik yang berusaha menggoda ku. Tapi akunya saja yang tidak pernah menggubris perhatian yang mereka berikan.

Kembali wajah wanita itu terlukis dalam fikiran ku. Kalau di lihat lihat, Rara tidak kalah cantik dengan Clara. Hanya perlu polesan sedikit saja.

Ada apa ini. Kenapa selalu wanita itu. Kenapa selalu Rara. Cinta? Aku tidak mungkin mencintai nya. Tidak mungkin dan tidak akan pernah!.

- - - - - - - 

Apa yang di lakukan nya disitu? Aku melihat Rara duduk di pintu menuju kolam renang rumah ku. Tangan kanan nya memegang sesuatu, apa itu? Seperti gantungan yang berbunyi saat tertiup angin.

Apakah itu dari kekasih nya ? Kekasih ? Rasa ingin tau semakin tak terkendali. Perlahan aku berjalan menghampirinya. Kemudian duduk di samping nya dan sontak membuat Rara terkejut.

"Pak Alvian?" ujarnya terkejut dengan kehadiran ku.

Aku hanya menatap nya datar. Apa ada yang salah? kenapa dia terkejut seakan sedang melihat sosok makhluk halus.

"Hm sedang apa kamu di sini?" Tanya ku seperti mengintrogasi.

"Eee ee ee anu pak saya cuma lagi nikmatin hujan aja" jawab nya cengengesan.

"Lalu?" tanya ku lagi.

"Meningat kembali apa yang harus di lupakan" jawab nya sambil tersenyum getir.

Tatapan ku langsung beralih padanya. Aku memicing kan mata ku. Apa maksudnya? Lama kami sama sama terdiam menatap rintik hujan yang terus turun.
Tiba tiba benda itu berbunyi lagi karena hembusan angin.

Teng ting ting teng ting teng ting......

Dia mengangkat tangan kiri nya yang sedang menggenggam erat gantungan itu. Kemudian dia tersenyum. Seribu satu pertanyaan pun muncul dalam benak ku.

"Apa itu?" tanya ku.

"Oh ini Fuurin gantungan kunci khas Jepang, kenang kenangan dari sahabat saya, Dimas" jawab nya sambil tersenyum getir.
Pandangannya masih tertuju pada benda yang tadi di sebut nya dengan nama Fuurin itu.
Sekilas aku melihat sebuah tulisan yang bergantung pada benda itu.

"Berbahagialah untuk ku Ra, tetap lah menjadi sahabat terbaik ku".

Kami berdua terdiam. Menikmati mata malam dengan deburan air hujan yang turun. Menikmati setiap irama yang di ciptakan oleh Fuurin yang di genggam Rara.
Namun ada beribu pertanyaan yang masih tersimpan dalam benak ku. Siapa Dimas? Apa hubungan mereka? Spesial? Apakah Rara menyimpan perasaan kepada nya? Arghh apa peduli ku. Toh dia hanya asisten pribadi ku. Tidak mungkin!




.........

Untuk part ini memang sengaja author bikin pendek. Next part bakalan panjang kok. Oh ya author mau cerita ini 20-40 part. Tapi masih bingung mau ending nya sedih sedihan atau bahagia bahagiaan. Di part 10+ author bakal munculin banyak masalah.
Kalau temen temen semua punya saran, silah kan comment aja yaa.
Vote juga jangan pelit pelit yaa hhehe

Next story :
●Married?
●Mungkin Hanya Aku


Kiss the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang