She Coming, Melia Hastoraharjo

242 26 2
                                    

"Drttt dtrr dtrrr dtrr" sebuah panggilan telepon dan tertera nama Melia di situ.

Hari ini Melia Hastoraharjo, adik semata wayang Alvian Hastoraharjo kembali ke Indonesia untuk sementara waktu, rencanya mama dan papa mereka akan pulang dua bulan lagi.

"Iya Mel?" jawab Alvian mengangkat telepon dari Melia.

"Mas Alvian lama banget, aku udah sampe di bandara nih" kata Melia.

"Iya iya lagi on the way, udah dulu gak baik nyetir sambil nelfon" tut tut tut ..... Alvian memutus kan panggilan secara sepihak.

Dan yang pasti nya di seberang sana Melia sedang mengomel karena perlakuan kakak nya barusan. Alvian memang sangat disiplin dalam melaksanakan tugas sesuai porsi dan tempatnya.

_ _ _ _ _ _ _ _

Melia masuk ke dalam mobil Marcedes hitam milik Alvian. Wajah nya cemberut masam seperti baru saja di siram air cuka.

"Kenapa cemberut ?" Tanya Alvian santai.

"Mas Alvian lama banget sih, capek tau nunggu lama banget" jawab nya sambil manyun manyun.

Melia memiliki postur tubuh yang ideal. Tubuhnya jelas lebih tinggi daripada Rara. Kulit putih, hidung mancung, rambut yang terjuntai sempurna ke bawah, kaki yang jenjang dan mulus, wanita sosialita kelas atas, lelaki mana yang mau menolak seorang Melia Hastoraharjo. Dan pasti nya Melia pun mencari pasangan yang setara dengan nya. Saat ini dia menjalin hubungan dengan Lian Kevin Subagyo, anak tunggal dari Bapak Wisnu Subagyo dan Ibu Ria Subagyo, dan juga seorang penerus perusahaan Subagyo Group. Perusahaan terkenal di Indonesia yang bergerak di bidang industri tekstil.

"Ini Jakarta Mel, bukan Australia. Mas yakin kamu masih ingat bagaimana keadaan jalan di kota ini, maceet" jawab Alvian sambil terus focus ke depan.

"Mas Alvian gak kangen ya sama Melia?" gadis itu masih memanyun kan bibir nya

Alvian tertawa melihat ekspresi adik satu satunya ini, "kangen lah Mel, nanti di rumah aja kita kangen kangenan nya, udah lama juga Mas gak jailin kamu" Alvian terkekeh.

"Coba aja kalo mau jailin aku, ya aku yakin Mas Alvian masih ingat jurus maut ku muehehehe" Melia tertawa pelan seperti nenek sihir nenek sihir yang sedang merencanakan sesuatu.

"Gak takut kok" jawab Alvian penuh dengan ekspresi percaya diri.

- - - - - - - - - - - - - - - - -

Akhirnya mereka sampai di rumah besar dengan nuansa warna krim, putih, dan gold. Mang Ucup tidak pernah terlambat membuka kan gerbang untuk Alvian. Setelah memarkir kan mobil nya, Alvian dan Melia masuk ke dalam rumah itu. Alvian dengan sigap menyeret koper besar biru toska milik adik nya.

" Selamat datang kembali non" sapa Bik Sum di depan pintu masuk.

"Iya Bik, makasih" balas Melia sambil tersenyum ramah.

Dia tidak pernah berfikir jika kakak nya akan tahan hanya tinggal bersama pembantu di rumah sebesar ini. Apalagi saat ini dia sedang jomblo dan pastinya sangat kesepian. Tapi Melia tau, kakak ini adalah orang yang sangat disiplin dalam bekerja. Dia pasti menyibukkan diri nya mengurus perusahaan. Karena hanya dengan bekerja lah seorang Alvian bisa lupa dengan kesedihan hati nya, Melia tau itu.

"Ahhhhh kangen banget sama rumah ini" ujar Melia langsung melempar tubuhnya ke sofa empuk di ruang tamu rumah mereka.

Rumah ini tidak berubah, sama sekali tidak berubah. Ternyata kakak nya ini bukan penata rumah yang baik. Hanya saja sekarang keadaan rumah menjadi sepi, karena tidak ada mami dan papi.

Kiss the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang