Alvian POV
"Maafkan aku Ra" hanya kalimat itulah yang yang ada dalam benak ku saat ini. Tadi aku mencium gadis itu, gadis yang akan menjadi wanitaku. Ya Tuhan, mampukah aku mencintai nya ?
Bagaimana mungkin aku bisa mencintai nya sedangkan aku sendiri ragu dengan pilihan ku. Tapi ini jalan buntu, aku tidak mau di jodohkan dengan pilihan mama. Jalan satu-satu nya hanya ini, menikah dengan Rara. Lagipula aku tidak berniat mencintai nya. Kesibukkan ku di dunia kerja mengharuskan aku selalu larut dalam pekerjaan. Hari-hari ku selalu ku penuhi dengan urusan bisnis.
Aku tau apa yang menjadi pilihan ku ini akhirnya akan menyakiti Rara. Aku tidak akan pernah bisa menjadi suami yang baik untuk nya kelak. Bahkan aku tidak berharap akan mendapatkan anak bersamanya. Setelah resepsi pernikahan ku dengan Rara nanti, semua akan kembali normal. Yang kubutuh hanya lah sebuah status pernikahan saja. Ya, selamanya akan seperti itu.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
"Alvian mama sama papa udah di bandara, udah ketemu juga sama supir yang kamu kirimin" ujar mama dari seberang sana"
"Iya iya, ini Alvian sama Melia udah nunggu di rumah, udah suruh bik sum bikin makanan yang enak juga" sahut ku.
"Calon mantu mama ada gak di situ?"
"Adaaaa, itu yang masak juga dia kok, mama tenang aja, pokoknya Alvian udah nyiapin yang terbaik untuk mama sama papa"
"Oke deh sayang, see you. Bye"
Tut tut tut tut..........
Setelah memasak semua makanan untuk mama dan papa, Rara pamit ke kamar nya. Tapi sudah setengah jam Rara belum juga keluar dari kamar. Aku hanya memandang kosong ke arah televisi yang sedang memutar sebuah film ftv Indonesia. Di sofa tepat di sebelah sofa yang duduki, adik ku Melia tengah asyik menyaksikan drama percintaan Indonesia itu. Melia belum tau dengan rencana ku. Biar lah dia mengetahuinya nanti pikir ku seperti itu.
"Kenapa Rara belum keluar? Jangan jangaaaaan" fikiran ku mulai kacau.
Dengan perasaan khawatir, aku berlari ke atas menuju kamar Rara. Melia yang melihat reaksi ku tadi hanya bingung tujuh keliling di lapangan bola Gelora Bung Karno.
"Tok tok tok Ra? Kamu kenapa lama? Sahut ku di depan pintu kamar nya.
Diam........ dan masih tidak ada jawaban.
"RA? kamu di dalam kan? Tokk tok tokk"
Dan Klekkkk...... pintu itu terbuka. Ku fikir dia kabur tadi. Tapi seperti ada yang lain dari penampilan Rara hari ini. Long dress pink di balut dengan pasmina hitam dengan sedikit polesan make up di wajah nya. Satu kata yang ada dalam benak ku, cantik.
"Hmm maaf Pak, saya membuat anda menunggu lama"
"Tidak masalah, saya fikir kamu kabur tadi"
Rara hanya cengengesan mendengar perkaatan Alvian tadi.
"Oh iya Ra, kamu tidak perlu memanggil saya dengan sebutan Bapak ya, panggil saja Mas"
"Emm baik pak eh mas Alvian"
"Orang tua saya sebentar lagi sampai, sekarang kita turun ke bawah, dan saya harap kamu bisa mengatasi hal ini, jangan kecewakan saya"
"Ba baik mas Alvian"
Aku dan Rara pun segera turun ke bawah. Ketika langkah kami sudah mulai menginjak ke lantai dasar rumah ku, yang ku rasakan hanya satu, gugup. Pertanyaan apa dan bagaimana reaksi Melia nanti ? Ku harap semua nya akan berjalan lancar tanpa kendala.
Aku dan Rara duduk bersebelahan tepat di depan Melia. Dan kini tatapan Melia seakan menyimpan seribu pertanyaan. Adikku ini mulai memicingkan kedua matanya. Dan dapat ku lihat Rara masih menatap kosong lantai yang kami tinjak. Kami bertiga berkutat dengan fikiran masing-masing. Apakah yang akan terjadi kedepannya, aku tidak tau. Namun jika memang ini takdir yang harus ku jalani, aku siap. Suasana hening menguasai ruangan ini. Sesekali aku melirik ke arah Rara yang terlihat gugup.
"Assalammualaikum" suara itu tidak asing lagi bagi aku dan Melia.
"Waalaikumsalam" jawab kami bertiga hampir bersamaan.
Iya, akhirnya Mama dan Papa ku kembali ke Indonesia, kembali berkumpul dengan keluarga kecil mereka. Dan lihat lah, wajah mereka terlihat sangat bahagia.
"MAMAAA PAPAAAA Melia kangeeeeeeen" sontak Melia beranjak dari tempat duduk nya dan langsung menghampiri kedua orang tua ku yang tengah berjalan menghampiri kami. Adik manja ku itu langsung meluap kan semua kerinduan nya di pelukan kedua orang tua ku.
Setelah aksi kangen kangenan antara Melia, mama dan papa, akhirnya orang tua ku ini berjalan menghampiri ke arahku yang sudah sedari tadi sudah bangkit dan berdiri, begitu juga calon istri ku, ehmm maksud ku Rara.
Aku mencium kedua tangan Mama dan Papa dan bertanya basa-basi kepada mereka, Mama masih saja memperlakukan ku seperti anak kecil, mengacak ngacak rambut ku sudah menjadi kebiasaan Mama sejak lama.
"Ehmm perkenalkan Ma Pa, ini Rara Agnesia calon istri Alvian, Rara ini orangtua saya" jelas ku memperkenal kan Rara kepada kedua orangtua ku.
"HAAAA WHATT??? CALON ISTRI MAS ALVIAN????" Melia yang tadi nya sangat santai kini terlihat sangat terkejut mendengar ucapanku. ASTAGAAAAA.........
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss the Rain
RomanceBercerita tentang seorang CEO muda Alvian Hastoraharjo dan seorang wanita berhijab Rara Agnesia. Akan kah seseorang yang telah lama menghilang dan kembali lagi dengan cinta yang membara akan menggoyah hubungan Alvian dan Rara? Warning !!!!! Pada be...