Part 13

191 28 2
                                    

Haiiii readers kece badai cetar membahana, semoga masih setia baca KTR nya yaaa. Pada part ini ane banyakin obrolannya, selamat membaca :)

"Ehmm perkenalkan Ma Pa, ini Rara Agnesia calon istri Alvian, Rara ini orangtua saya" jelas ku memperkenal kan Rara kepada kedua orangtua ku.

"HAAAA WHATT??? CALON ISTRI MAS ALVIAN????" Melia yang tadi nya sangat santai kini terlihat sangat terkejut mendengar ucapanku. ASTAGAAAAA.........

"Iya Mel, maaf selama ini Mas belum cerita sama kamu" jawab ku setenang mungkin

"Ohhh jadi ini yaaa calon mantu mama, sini cantik" sahut mama kepada Rara. Dengan agak gugup dan senyum yang terus mengembang dari bibir tipis nya Rara mendekati kedua orangtua ku, kemudian menyalaminya dengan sangat sopan.

"Kenalin om, tante, saya Rara Agnesia" ucap Rara memperkenal kan diri.

"Gak salah milih kamu Vian, yang model begini nih lebih keliatan plus nya, good job" sahut papa ku sambil tertawa, kami pun terkekeh mendengar kalimat papa barusan, namun Melia masih menyimpan seribu pertanyaannya.

"Ehmm begini Pa, Ma, Rara ini pacar Vian sekaligus asisten pribadi Vian, sementara waktu ini Rara tinggal sini, soalnya dia masih belum ketemu rumah kontrakan yang pas, soalnya Rara juga baru pindah ke sini, belum hapal jalan juga" katakanlah aku seorang pembohong, tapi ini memang yang seharusnya ku lakukan.

"Oh bagus kalau begitu, biar sekalian kita bahas rencana pernikahan kalian" sahut mama dengan nada yang sangat senang.

"Iya iya papa setuju, kapan proses lamaran nya?" sambung papa.

"Emm jangan terburu-buru, lagipula kami sudah menyiapkan semua tanggal tanggal penting untuk acara pernikahan kami, iya kan Ra?" Rara tampak bingung dengan pernyataan ku.

"Haa? Emm iya Om, Tante, saya sama Mas Alvian udah nyiapin tanggal yang pas kok, Om sama Tante tenang aja" ucapnya cengengesan.

"Baik lah, syukur deh, mama seneeeeng banget dengernya" jawab Mama.

"Ya udah kalo gitu mama sama papa istirahat dulu ya, badan udah pada pegel pegel semua" ujar papa.

Kami semua hanya mengangguk, sejekap mata papa dan mama ku sudah masuk ke kamar mereka. Meskipun sudah memasuki usia pernikahan yang ke 33 tahun, tapi romantisme yang di ciptakan oleh kedua orangtua sering membuat ku merasa apakah aku mampu seperti mereka suatu saat nanti.

"Mas serius? Jadi ini calon kakak ipar Melia? Gak modis banget sih? Norakk!! Selera mas rendahan banget, yang lebih baik dari ini kan ba"

Hentikan Melia, ini hidup mas, mas tau yang terbaik untuk mas. Dan satu lagi mas mohon kepada kamu tolong jangan memandang seseorang hanya dari penampilan luar nya saja!!" ujar ku dengan kesal mendengar ocehan adikku. Ku lihat Rara hanya tertunduk, kata-kata Melia pasti menyakiti perasaan Rara. Padahal aku lah yang harus berterimakasih kepada Rara. Wanita baik ini rela menyerahkan masa depan nya demi menolong seorang lelaki seperti aku. Jika suatu saat nanti aku tidak bisa mencintai Rara, kuharap aku tidak pernah melukai perasaan nya.

Ku lihat Melia menggertu dan kembali masuk ke kamar nya, dapat ku lihat tatapan kebencian nya terhadap Rara. Setelah Melia masuk ke kamar nya, ku lihat Rara seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Jika kamu ragu, jangan lakukan"

"Haa emm tidak Pak eh Mas, saya hanya sedang mencari titik kesalahan saya sehingga membuat Melia membenci saya"

"Kamu wanita baik, kamu juga tidak salah, maaf kan sikap adik saya, perkaatan nya tadi pasti sudah menyakiti perasaan mu bukan?" dia hanya tersenyum mendengar ucapan ku.

"Terimakasih Ra"

"Untuk apa Mas?

"Untuk semua pengorbanan yang sudah kamu lakukan untuk membantu saya"

"Mungkin ini takdir atau semacam rencana Tuhan" yaa bisa jadi memang ini lah rencana yang Tuhan persiapkan untuk hidupku, untuk kami.

"Kapan saya bisa melamar kamu Ra? sebaiknya kita tentukan semua tanggal penting kita, sebelum kedua orangtua saya bertanya lebih lanjut"

"Terserah mas saja"jawab nya sambil tersenyum tipis.

"Minggu depan saya akan melamar kamu, satu bulan kemudian kita melaksanakan pernikahan, untuk resepsi nya akan kita laksanakan setelah saya pulang dari Tokyo, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan di sana, bagaimana?"

"See secepat itu Mas? Apa ini tidak terburu-buru?"

"Tidak, persiapkan dirimu" aku pun berlalu meninggalkan nya yang masih terpaku di atas sofa ruang tamu ku. Mungkin dia syok dengan rencana secepat kilat ku. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah terlanjur berbohong kepada orangtua ku, aku hanya tidak ingin mereka terus bertanya mengenai tanggal pernikahan ku.

----------------------------------- ---------------------------- ----------------------------------------

Maaf ane lama ngelanjutin ceritanya, lagi sibuk banget sama kehabisan amunisi imajinasi. Yang punya ide atau mau ngasi saran silakan komen aja, pasti ane tanggepin kok.

Sekian :)))



Kiss the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang