Part 10

221 28 2
                                    

Melia terbangun dari tidur nya. Kini semua rasa lelah yang melanda tubuh sedikit berkurang. Dia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 16.00. Perut nya tiba tiba keroncongan. Dia segera turun ke bawah menujuh ruang makan. Rasa lapar nya membuat dia bergerak secepat kilat. Bahkan pakaian nya saja masih belum di ganti. Masih dengan mini dress coklat yang sangat indah saat melekat di tubuh Melia.

Dan ketika Melia sudah sampai di ruang makan, dai langsung menyambar makanan lezat yang terpajang di meja makan panjang berwarna emas tersebut. Banyak sekali makanan khas Indonesia yang sangat di rindu kan nya. Dan hari dia bisa menikmati nya di rumah sendiri. Dia pun mulai menyantap semua makanan itu.

Tapi, ada sesuatu yang menarik perhatian Melia. Suara bising yang berasal dari dapur. Perlahan, suara itu kembali terdengar, seperti ada barang-barang yang jatuh. Seketika aktifitas makan Melia terhenti karena rasa penasaran nya dengan apa yang ada dan sedang terjadi di dapur rumah nya.

Dia berjalan perlahan menuju dapur. Melia sangat terkejut melihat pemandangan yang ada di depan nya.

"Heh!!! Kamu siapa, Maling ? " pekik Melia membuat wanita yang ada di depan nya ini terlonjak kaget.

"Bu bukan, sa......" belum sempat wanita ini menyelesaikan pembicaraan nya, Melia dengan kasar menarik tangan wanita ini dan menyeret nya hingga ke teras rumah.

Sesampainya di teras, Melia mendorong wanita ini sekuat tenaga hingga dia terjerembab ke lantai. Wanita ini merintih kesakitan karena posisi jatuh yang membuat tubuh nya terasa sangat sakit.

"Lo jangan bohong deh, lo pasti maling kan? Percuma lo pake jilbab woii percuma!!! Gak ada kerjaan lain apa? Maling di rumah orang, gue laporin polisi juga lo!!!!" ujar Melia berteriak teriak memarahi Rara yang masih meringis di lantai.

"Saya bukan maling mbak" kata Rara sambil berusaha bangkit. Namun usaha nya sia-sia karena Melia kembali mendorong nya dan kini di kembali tersungkur ke lantai.

"Mana ada sih Maling yang mau ngaku? Terus lo mau bilang lo siapa ha?? Dasar tolol!!!" pekik Meliak kembali berteriak.

"Melia jaga mulut kamu!" Sahut Alvian yang tiba tiba datang. Karena ini sudah sore dan merupakan jam pulang kerja Alvian. Dari kejauhan Alvian melihat kegaduhan yang terjadi di teras rumah mereka. Dia pun berlari dan mendengar Melia memaki maki Rara dengan kata-kata Rara. Entah apa yang terjadi. Yang Alvian tau Melia memarahi Rara dan Rara hanya menunduk dengan keadaan terduduk di lantai.

"Mas ini maling mas, di mau nyuri di rumah kita" jawab Melia sambil menunjuk nunjuk Rara.

"Kamu tuh ya, dari dulu sampai sekarang gak berubah berubah, dia ini asisten pribadi mas, bulan maling Melia" jelas Alvian sambil membantu Rara berdiri, Rara hanya tertunduk takut.

"Yaaa siapa suruh dia gak ngomong" jawab Melia santai sambil melipat kedua tangan nya di dada.

"Sekarang kamu minta maaf sama Rara" ucap Alvian memerintah.

"Bodo ah, ogahh!!!!" Kemudian Melia pergi dan kembali ke kamar nya.

"Kurang pendidikan" kata Alvian pelan'

Kini Rara melihat bos yang sedang berdiri di sampingnya sambil terus memegang tangan Rara. Rara melihat Alvian kini menggeleng geleng kan kepala nya melihat sikap adik nya barusan.

"Maaf kan sikap adik saya ya Ra. Dia Melia, adik saya satu satu nya, dia baru saja pulang dari Australia" jelas Alvian yang kini menatap Rara.

"I iya Pak, gak apa apa kok" jawab Rara tertunduk karena dia mau dan tidak berani jika bertatap mata dengan Alvian.

"Kalau dia melakukan sesatu yang menyenangkan terhadap kamu, tolong beri tau saya" Perahan Alvian melepas kan genggaman tangan nya dari tangan Rara.

"Baik Pak" kata Rara mengiyakan.

"Nanti setelah makan malam, saya mau bicara sama kamu, penting" ujar Alvian sambil mengendur kan dasi nya.

"Baik Pak" jawab Rara.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Mala mini Melia tidak ada di rumah, gadis cantik itu mau temu kangen dengan teman-teman nya di Indonesia. Ya nama nya juga perempuan, ujung ujung nya juga akan dan pasti membicara kan seputar gosip yang sedang panas.

Rara POV

"Ya Tuhan, apa sih sebenarnya yang mau di omongin sama Pak Alvian, kok kayak nya serius banget" gumam Rara dalam hati sambil menunggu kedatangan bos nya di tepi kolam berenang nyang berbentuk persegi panjang dengan warna air biru muda ini.

Dan kenapa dengan bodoh nya ini tangan ku gemeteran. Padahal yang sebentar lagi akan ku hadapi bukan mahkluk halus, melainkan pangeran tampan dengan sejuta pesona yang di miliki nya. kenapa jadi lebay gini sih Ra. tenang Rara tenanaaang.

Kakiku tak bisa berhenti melangkah mondar mandir kesana kesini. Apa karena kejadian tadi? Ahhhhh Pak Alvian pasti akan memarahi ku karena kejadian tadi sore antara aku dan adiknya Pak Alvian. Raraaaaaaaa!!!!! Tolong lah jangan berfikir pak Alvian suka sama kamu karena tadi dia belain kamu, jangan pernah berfikir seperti itu Rara! Ingat lah siapa kamu. Jangan, jangan pernah!

- - - - - - - - - - - - - - - - -

Dan akhirnya datang lah Alvian dengan baju kaos hitam nya yang sangat menggambar kan tubuh atletis nya dan celana santai selutut. Rambutnya yang di terpa angina malam membuat sosok Alvian seperti pangeran di film Barbie. Tubuh tegap Alvian kini sedang berhadapan dengan tubuh mungil seorang Rara Agnesia. Dan dengan tatapan maut nya, Alvian memandangi Rara yang masih terpaku di hadapannya.

"Ada sesuatu yang penting Pak?" Tanya Rara dengan hati yang sangat sangat di landa oleh rasa penasaran.

"Sangat penting, oh ya tolong kamu jangan panggil saya dengan sebutan Bapak lagi, saya ini masih sangat muda, apa tampang saya sudah seperti bapak bapak?" Alvian balik bertanya dan memincing kan kedua mata indahnya.

"emm enggak kok Pak ehh Mas Alvian" jawab Rara salah tingkah dengan sebutan baru untuk bos tampannya, Mas Alvian.

"Begitu lebih baik, hal yang akan saya bicara kan ini sangat penting, saya sangat mengharap kan kamu menyetujui penawaran saya ini" ujar Alvian.

Dugggg........... jantung Rara berdetak lebih cepat.

"Penawaran apa ya Pak? Ehh Mas?" Tanya Rara bingung'

"Will you marry me?" singkat, padat dan jelas, tepat sekali untuk menggambar kan kesan kalimat Alvian barusan.

"HAAAAA?" sontak Rara terkejut dan langsung mendongak kan wajah nya melihat wajah tampan milik bos nya itu. Rara tidak habis fikir, ini mimpi? Ah tidakkkk!!! Seorang Alvian Hastoraharjo mengajak dia menikah? Tidak tidak tidak, tidak mungkin. Mustahillll!!!

"A apa Mas?" Tanya Rara memastikan apakah yang di dengar nya tadi tidak salah.

"Rara Agnesia, maukah kamu menikah dengan ku?" jelas Alvian sambil menatap mata Rara dalam.

Seketika tubuh Rara berubah menjadi kaku. Kaki nya seperti tidak bisa di gerak kan. Entah apa yang ada ada dalam fikiran Rara sata ini. tapi hanya satu kenyataa yang baru saja di dengar nya, dan ini bukan mimpi, BUKAAAAN!.

"Eh kamu kenapa? Ra kamu kenpa?" Alvian sontak menahan tubuh Rara yang kehilangan keseimbangan. Entah terlalu bahagia atau bagaimana, Rara kehilangan kesadaran nya.

"Astagaaa Ra bangun Ra" Alvian menepuk nepuk pipi Rara, dan si pemilik tubuh masih tidak bisa kembali sadar.

Alvian langsung membopong tubuh Rara masuk ke dalam rumah. Dia membaringkan tubuh Rara pada ranjang besar yang ada di kamar Rara. Wajah gadis itu tampak pucat. Alvian pun meminta bantuan Bik Sum untuk membantu nya menyadar kan Rara. Bik terus mencium kan aroma terapi ke hidung Rara. Alvian hanya bisa mondar mandir karena panik. Dia kembali berfikir apakah pernyataan yang baru saja di sampai kan nya terlalu ekstrim untuk Rara. Berbagai pertanyaan muncul di dalam otak Alvian. Bagaimana jika Rara memundurkan diri menjadi asisten pribadinya karena ulahnya sendiri? Bagaimana jika Rara menolak tawaran nya?. Arghhhhhhh kenapa jadi begini!!!!.......

.......





Kira kira Rara bakalan terima gak ya???Jawabannya ada di next part :) Vote dan comment juga yaa......    

Kiss the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang