Chapter 5

16.5K 984 0
                                    

AUTHOR POV

Sejak kejadian di butiknya beberapa waktu lalu membuat prilly kepikiran akan sosok yang sering dijumpainya di club. Sosoknya yang dingin sangat berbeda jauh dari ibunya yang begitu hangat.

Apa yang terjadi pada laki laki itu? Entahlah, prilly tak mau memikirkannya lagi.

Tok...tok...tok...

"Masuk" tegur prilly pada karyawannya yang mengetuk pintu ruangannya. "Ada yang ingin bertemu dengan ibu" prilly mengernyitkan alisnya bingung, pasalnya ia tak memiliki janji pada siapapun hari ini.

"Putra dari nyonya yang memesan gaun untuk pesta perusahaannya beberapa waktu lalu bu". Jelas pegawainya. Prilly hanya mengangguk sambil membereskan kertas kertas hasil karya tangannya.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya prilly ramah sambil tersenyum. Bukankah memang seperti itu seharusnya? "Mommy bilang, gaunnya langsung kau kirim ke rumah saja" ali menjawab tetap dengan muka datar nya, ingat DATAR!

Huh..dasar laki laki es, untung saja mommy mu baik kalau tidak sudah kuusir kau dari tadi. Batin prilly jengkel, bagaimana tidak prilly bertanya baik baik dia malah menjawab dengan muka datar, apa sopan? Dasar!

"Baikalah... Alamatnya?" ali mengernyitkan alisnya "alamat?" ali membeo, sungguh prilly ingin tertawa melihat ekspresi ali. "Iya alamat mommy mu" lagi, prilly mengulanginya. "Apa mommy ku tak memberinya saat awal pertemuan kalian?"

"Tidak, karena mommy mu bilang beliau akan mengambilnya sendiri" jelas prilly. "Oh" hanya itu? Sungguh prilly melongo memdengar jawaban anak dari client nya. "Alamatnya..." prilly mulai geram dengan pria di depannya ini. "Handphone mu" prilly mengernyitkan alisnya bingung.

"Ck. Mana handphone mu, akan kutulis alamatnya disitu" ali pun ikut jengah dengan percakapan dua manusia dewasa yang tak kunjung selesai. "Oh ini" sahut prilly sambil memberikan handphone nya, "nah selesai" ali mengembalikan handphone prilly sambil tersenyum miring.

Oh tidak, ada yang tidak beres. Batin prilly yang mulai curiga. "Benar ini alamatnya?" tanya prilly memgintimidasi. "Ya" singkat ali menjawab sa,bil berlalu pergi dari hadapan prilly tanpa berpamitan.

Ck, dasar tak punya sopan santun. Huh..sabar pril sabar, tak akan lama. Tinggal mengantarkan gaunnya lalu selesai. Batin prilly sambil mengelus dada kemudian tersenyum.

---------------------
Hari mulai malam, matahari mulai kembali ke peraduannya digantikan bulan yang mulai terlihat. Prilly sampai di penthouse nya pukul 7 malam, bagaimana tidak mengingat padatnya ibukota saat jam berangkat dan pulang kerja seperti ini.

Selesai menjalankan ritualnya, seperti biasa prilly menegenakan gaun tidurnya atau bisa dauisebut lingerie merah menyala. Prilly menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur king size nya.

Tiba tiba handphone nya berbunyi tanda ada panggilan masuk. Hanya nomor batin gadis cantik itu. "Halo?" tak ada sahutan dari seberang sana. Mungkin orang iseng. Batinnya, baru saja prilly akan memutus sambungan telphone nya terdengar sahutan dari seberang sana.

"Halo" laki laki, itu kesimpulan pertama yang prilly ambil. "Siapa kau!" tanya prilly yang mulai tegas guna menutupi kegugupannya. "Ah, ini aku ali" huh, prilly menghembuskan nafasnya lega. Tapi tunggu! Darimana ali tahu nomornya atau jangan jangan, aah benarkan ali mengambilnya tanpa izin.

"Aku..." belum sempat ali melanjutkan prilly sudah memotongnya.
"Hei, darimana kau dapat nomorku hah! Apa kau mencurinya!"
"Hei, tenang dulu biar kujelaskan satu satu"
"Yasudah cepat kalau gitu! Aku sudah mengantuk" dari sebrang prilly mendengar ali terkekeh. Bisa juga dia terkekeh. Batin prilly.

Drowning in the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang