AUTHOR POV
Malam yang sang ditunggu laki laki tampan ini akhirnya datang. Celana slim fit navy, jas navy, dengan kemeja hitam melekat indah di tubuh atletisnya. Tampan, tidak bahkan sangat tampan.
Segera ali meraih kunci mobil miliknya dan segera meluncur ke penthouse gadisnya, ralat! Yang akan menjadi gadisnya. Sedari tadi ali tak henti hentinya tersenyum memamerkan senyuman maut yang selalu memikat kaum hawa dengan mudahnya. "Mau kemana? Dan mommy lihat dari tadi kamu tersenyum mommy takut anak mommy kelainan". Wanita paruh baya itu bergidik ngeri melihat putra tunggalnya tersenyum tanpa sebab, mungkin untuk mommynya. Lain halnya dengan ali, ia tersenyum tentu ada penyebabnya.
Tanpa menjawab pertanyaan mommy nya, ali langsung melesat membelah jalanan ibu kota saat malam hari. Macet! Jelas, mungkin banyak yang memutuskan keluar setelah seharian berkutat dengan pekerjaan mereka.
***********
Tanpa babibu saat sampai ali langsung menaiki lift dan menekan tombol teratas dimana letak penthouse milik prilly.Ting!
'Sampai' gumamnya. Entah mengapa saat ini dada ali berdetak lebih cepat dari biasanya. Sepertinya ia harus menambah lagi jadwal check up nya. Dengan tangan yang tiba tiba bergetar tak tentu membuat ali bersusah payah mebawa jarinya memencet bel.
Satu kali...dua kali..., dan APA...! ali menganga melihat pemandangan didepannya. Sungguh indah ciptaan tuhan yang satu ini. Ali bersumpah, setelah ia meresmikan prilly menjadi miliknya tak akan ia biarkan laki laki diluar sana ikut menikmati keindhan prilly.
Egois! Memang, itulah ali. Apa yang menjadi miliknya akan tetap miliknya tak boleh seorangpun menyentuhnya.
Dress navy lima centi di atas lutut, tanpa lengan, sedikit hiasan swarovski di bagian dada, dan uh! Lihatlah, bagian itu sedikit menyembul membuat milik ali errr bergerak. Ah lupakan!
"Hey... Ali apa kau disana?" prilly mengibas ngibaskan tangannya di depan muka ali yang terpaku menatapnya. "Cantik" gumam ali yang masih dapat didengar prilly. "Apa kau bilang?" dengan pipi yang mulai merona prilly memastikan pendengarannya tak salah.
"Kau tak salah dengar, kau cantik" prilly tersipu, bagaimana bisa ali tahu kalau prilly bertanya hanya sekedar memastikan pendengarannya saja. "Siap nona?" prilly menganggukkan kepalanya. Diraihnya lengan ali yang sengaja diberikan untuk mengaitkan lengan prilly dengan lengannya.
Dengan gentleman ali membuka pintu mobil untuk prilly. "Cobalah terbiasa dengan sikapku, dan jangan selalu tersipu. Kau tahu? Pipimu yang memerah membuat sesuatu dibawah sana berontak ingin keluar dan yeah kau tahu rasanya dua kulitku yang berwarna merah ini juga ingin mengecupnya". Ali terkekeh melihat ekspresi prilly yang saat ini melotot ke arahnya.
Setelah incident tadi saat ini mereka sedang menuju ke tempat yang dijanjikan ali. "Kita mau kemana?" ali hanya tersenyum misterius. Sekian kali prilly bertanya hanya senyu itu yang keluar. Prilly tak butuh senyum itu saat ini, yang ia butuhkan hanya jawaban kemana mereka akan pergi. "Tinggal jawab apa susahnya sih!" sungut prilly kesal.
Tiba tiba ali menepikan mobilnya, prilly yang was was langsung memundurkan badannya. "Apa yang mau kau lakukan?" ali tersenyum lantas meraih penutup mnata yang ada di dashboard mobil. Bagaiman bisa prilly tak tahu kalau ada penutup mata disana? Harusya ia tahu dan tak hanya memperhatikan jalan.
"Hey, buang jauh jauh pikiran negatifmu nona. Aku hanya ingin memberimu surprise dab selesai. Menurutlah" ali menyentil dahi prilly pelan. Sedang sang empunya hanya mengerucutkan bibir dan pasrah apa yang ali lakukan. "Kau tak berniat menculikku kan?".
Ali terkekeh mendengar pernyaan prilly. Bagaimana bisa gadis didepannya ini berpikiran seperti itu. "Hey dengar baik baik. Pertama aku tidak akan macam macam denganmu, kedua aku hanya ingin memeberimu surprise, dan ketiga menurutlah dan semuanya selesai". Prilly hanya mampu menganggukkan kepalanya pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drowning in the past
FanfictionDia beda, sangat berbeda. dingin, angkuh, tapi saat aku mendekatinya rona merah itu muncul. entah bagaimana masa lalunya, yang kutahu aku terobsesi padanya. sungguh! Ali Stuart Habbian Dia beda memang berbeda. tapi tetap saja semua laki laki di m...