Chapter 13

14.3K 812 4
                                    

AUTHOR

Rintik hujan masih membasahi bumi pertiwi ini, termasuk wilayah ibu kota. Tampak seorang gadis, tidak mungkin sudah bukan lagi. Wanita cantik berdiri di depan cermin mematut dirinya.

Dress hitam selutut dengan selendang hitam yang menutupi sebagian rambutnya. Hari ini tepat dimana anak anak sedunia merayakan hari besar. Hari besar dimana mereka bisa mngapresiasikan atau lebih tepatnya mengungkapkan.

Mengungkapkan persasaan mereka pada malaikat tanpa sayapnya. Ibu! Ya, hari ini tepat pada tanggal 22 desember, tepat pada hari kelahiran ibundanya dan hari ibu.

"Siap sweety?" suara maskulin itu membuyarkan bayangan prilly dibmasa lalunya. Masa dimana saat keluarganya masih utuh, masa dimana saat masalah itu mulai muncul, masa dimana saat ibundanya berjuang demi hidupnya, masa dimana saat ia harus benar-benar rela ditinggal sang bunda selamanya.

Prilky hanya menganggukkan kepalanya, sesekali menyeka kristal bening yang nakal ingin turun. "Ssst.. Hei lihat aku, percaya mama di atas pasti lagi tersenyum bahagia. Kamu tahu kenapa?"

Prilly menggeleng tapi menyiratkan tanda tanya. "Karena princess nya yang cantik ini sekarang sama pangeran tampan tak terkalahkan". Sedikit tak nyambung memang, tapi mau bagaimana lagi niat ali hanya ingin menghibur hati istrinya.

************

Suasana TPU sepi tak ada lalu lalang orang yang menyambangi. Tanah yang ditumbuhi rumput rapi itu tampak basah. Bau khas pemakaman pun menyeruak di indra penciumannya.

Nisan marmer yang di ukir indah bertuliskan nama sang bunda.

"Assalamualaikum ma" satu butir, dua butir kristal bening itu tiba tiba merosot ingin keluar, berdesakan di mata.

"Mama apa kabar? Pasti baik" prilly tersenyum di tengah tangisnya, menoleh ke arah suaminya yang duduk id sebelahnya.

"Selamat ulang tahun dan selamat hari ibu ma" tak bisa lagi prilly menahan, tumpahlah kristal bening itu, deras bak aliran sungai.

"Ma, kenalin ini ali suami prilly. Sejak dia hadir, dia nge-rubah pemikiran prilly tentang laki laki. Dia juga yang yang mengangkat prilly dari pahitnya masa lalu" .

Prilly diam sejenak menyeka air matanya yang tak kunjung surut.

"Assalamualaikum ma, mungkin ini pertama kalinya ali kesini, ngomong sama mama. Maafin ali ma, belum sempet kesini. Disini ali cuma minta do'a buat rumah tangga ali ma, ali juga mau ngucapin selamat hari ibu ma dan makasi mama udah ngelahirin, ngebesarin, nge didik putri mama sampai sehebat ini".

Ali tahu ia pria dewasa yang harus bisa mengontrol diri. Terutama dalam hal, seperti ini, ia yang harus menguatkan istrinya bukan malah ikut menangis. Ia harus kuat.

"Mama tahu, sekarang papa kembali lagi ma. Papa udah sadar, papa kembali seperti dulu lagi ma". Prilly menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Maaf ma, prilly mengingkari janji yang pernah prilly ucapkan di depan pusara mama. Mungkin saat itu prilly terlalu kalut, terlalu marah dengan keadaan. Yang berakibat prilly mengeluarkan kata kata hina itu".

Ali tahu, tentang prilly. Mungkin baru, semenjak acara tempur menempur, tembak menembak kemarin, paginya prilly menceritakan semuanya tentang nya, masa lalunya. Ia sadar, ia butuh sandaran, ia butuh penguat.

"Sekali lagi, selamat hari ibu ma. Maaf kalau selama ini prilly selalu nge cewain mama, selalu nyusahin mama. Tapi asal mama tahu prilly amat sangat menyayangi mama. Prilly sama ali pulang dulu ya ma, assalamualaikum".

Selama perjalanan mereka hanya diam, hening seperti enggan membuka pembicaraan.

Ali bukan enggan, hanya saja ia tahu istrinya perlu waktu.

Drowning in the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang