Mentari tampak malu malu menampakkan dirinya tapi lain hal nya dengan gadis berparas bidadari ini. Seperti sangat sibuk hingga menimbulkan suar aneh dan mengganggu tidur papanya.
"sedang apa princess?" prilly terkejut hampir saja jantungnya turun ke usus huh! "hanya sedang merapikan pesanan pelanggan pa" pria yang disebut papa tadi menautkan alisnya heran "mengapa harus kamu?" prilly bingung harus menjawab apa, mana mungkin ia menjawab,
Karena yang memesan gaun ini adalah ibu dari pria yang berkeliaran di otaknya.
tidak! tidak! hey, yang benar saja mana mungkin prilly menyukai pria es pemain. penggoda, dan pecinta wanita seperti dia? mustahil!
"mm..karena pelanggannya ingin prilly yang mengemas dan mengantarnya langsung" papanya mengangguk tanda mengerti. huh! hampir saja.
prilly lagi lagi berkutat pada kesibukannya mengabaikan pria paruh baya yang saat ini memegang perutnya menahan lapar. "bisakah princess papa meninggalkan pekerjaan itu sebentar dan membuatkan papa sarapan hm?" sontak prilly menepuk jidatnya, menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
sesegera mungkin prilly melesat menuju dapur dan kembali ke ruang kerjanya membawa sepiring sandwich favorit papanya "wow! tidak usah terburu buru, seperti ingin menemui seseorang saja". papanya berlalu sambil tertawa terbahak bahak puas mengerjai putrinya hingga menimbulkan rona merah di wajahnya.
"papaaa" teriakan kencang nana melengking itu mengintrupsi papanya berhenti namun bukan berhenti alih alih papanya berlali menuju meja makan.
**************
Prillu berdiri didepan rumah mewah bergaya eropa klasik itu. hendak masuk namun bagaimana? membangunkan satpam yang masih setia oada mimpinya? menerobos masuk? entahlah mungkin jalan keluar terbaik saat ini adalah memencet bel.
sekali....dua kali...tiga kali "hey, siapa kau? pagi pagi datang bertamu?" suara bariton itu mengintrupsi prilly seolah mengenal suara itu, menoleh dan!
oh tuhan! sungguh indah ciptaanmu. pria dihadapannya tampak dua kali lipat lebih tampan saat berkeringat. Prilly menggelengkan kepalanya kuat kuat.
Tidak tidak! Sadar prilly, mana mungkin kau bisa membuka hatimu untu pria brengsek seperti dia?
Ali! Ya pria itu adalah ali. Ali menatapnya bingung "kau sakit kepala?" prilly mendongakkan kepalanya menatap ali sangsi. Bagaimana bisa laki laki dihadapannya ini mengatakan ia sakit kepala? "Tidak" prilly kembali pada raut wajahnya yang dingin menutupi rasa malunya.
"Masuklah" ali membuka pagar lalu mempersilahkan prilly masuk. "Tunggu, ku ambil gaunnya dulu" ali mengangguk dan meninggalkan prilly sendiri.
Huh! Dasar pria aneh, saat di telepon saja menggoda sok manis. Giliran bertemu malah seperti es. Aneh!
Gerutu prilly sambil berjalan. Tak terasa ia telah memasuki rumah mewah itu. "Hai cantik, mommy pikir kau lupa" prilly terkekeh mana mungkin ia lupa. "Mana mungkin aku lupa" wanita paruh baya didepannya tersenyum manis.
Setelah lama berkutat dengan gaun barunya, Gita atau mommy ali mengajak prilly makan siang "ah, sudah siang mom, prilly harus kembali ke butik" Gita menggeleng pertanda prilly tak diperbolehkan beranjak dari rumahnya. "Makan siang disini saja, biasanya ali juga akan pulang kalau jam makan siang".
Prilly mengerutkan keningnya. Mengapa ia pulang? Biasanya boss akan menyuruh sekertarisnya membeli makan siang. Entahlah!. "Ali nggak biasa makan diluar, apalagi lewat sekertaris. Kurang pas kalo bukan mommy yang masak katanya" seolah dapat membaca apa yang dipikirkan prilly, gita mengeluarkan kalimatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Drowning in the past
FanfictionDia beda, sangat berbeda. dingin, angkuh, tapi saat aku mendekatinya rona merah itu muncul. entah bagaimana masa lalunya, yang kutahu aku terobsesi padanya. sungguh! Ali Stuart Habbian Dia beda memang berbeda. tapi tetap saja semua laki laki di m...