Chapter 14

14.8K 721 9
                                    

Prilly membelalakkan matanya tak percaya. Bagaimana bisa? Ali, suaminya, mengajaknya di tempat yang tak pernah terlintas di otaknya.

MESIR!

Bagaimana bisa negara gurun pasir ini menjadi destinasi honeymoon mereka. So creative.

"Gimana?" prilly melongo mendengar pertanyaan dari suami tampannya itu. Apanya yang bagaimana? Prilly kembali menatap sekitar. Banyak manusia berparas cantik dan tampan disana, mulai dari wanita yang tak berjilbab sampai wanita berjilbab yang tampak santun.

Ahh...jangan sampai suaminya kepincut sama salah satu wanita disini. Wajah kombinasi eropa arab yang uh! Sungguh sempurna!

"Yuk" prilly hanya mampu menganggukkan kepalanya. Yang ia tahu, kota yang aktif dengan segala kecanggihannya itu adalah ibu kota mesir, Kairo!

"Indah, kok bisa sih kebayang mau ngajak kesini?" prilly mulai mengajukan pertanyaan yang sedari tadi mengganjal hatinya.

Ali tersenyum lantas menjawab "dulu, aku pernah besar disini, maksudku hanya bebrapa tahun. Aku tahu tempat tempat indah disini, dan aku ingin membaginya denganmu. Mungkin suatu saat nanti dengan anak kita".

Ali mengerling nakal, membuat pipi gembil itu bersemburat merah. Ahh! Senangnya ia bisa menggoda prilly.

"Sampai" prilly lepas dari lamunannya, menyammbut uluran tangan ali. Hotel mewah di tengah kota. Pasti mahal! Pikirnya.

Memasuki lift yang mengantarkan mereka ke kamar tempat istirahat.

*******

213 nomor yang menempel di pintu berukir layaknya pintu kerajaan itu. "Bener ini kamarnya?"

Ali hanya menganggukkan kepalanya, prilly mendengus. Suka kadang kadang ini suaminya. Kadang kadang baik, kadang kadang romantis, kadang kadang juga kayak es. Nyebelin! Memang, tapi prilly begitu mencintainya.

Bah! Ini kamar hotel atau istana? Ck! Prilly berdecak tak berhenti. Bisa bangkrut suaminya kalau kayak gini.

Prilly menggeleng menepis pikiran konyolnya. "Kamu nggak lagi pengen nge-miskinin diri kan sayang?" ali tertawa kencang tak berhenti. Pertanyaan macam apa yang dilontarkan istri cantiknya itu.

"Iya, ntar kalo aku udah miskin. Tinggal punyamu, di pake deh jadinya kita miskin bareng" prilly melototkan matanya tak percaya. Hey! Bagaimana bisa ali berpikiran seperti itu?

"Aliiiiiii...!!!!!" prily berlarian mengejar ali mengitari ruang tv. "Enak aja! Miskin ngajak ngajak!" ali berhenti menatap prilly "biarin lah, dimana mana itu enak bareng bareng".

"Huh..capek " ali mengangguk menyetujui. "Mending capek olahraga ranjang, nah ini capek kejar kejaran". Pernyataan ali barusan membuat prilly melototkan matanya lebar lebar.

"Kenapa?" ah! Ini prilly yang salah pilih suami apa gimana? Gini amat. "Gapapa!" ali mengangguk lantas menjawab "oh". Oh! Oh! Tuhan..cobaan macam apa ini?

**************
Matahari mulai kembali keperaduannya. Pasangan yang sedang di landa romantisme ini mulai saling diam.

Karna apa? Karena ali menyembunyikan bra milik prilly, alasan spele ali hanya ingin malam ini prilly tak mengenakan bra. Bagaimana bisa?

"Balikin nggak?"
"Iya, tapi satu, terus yang ini" bra hitam yang niat prilly dipakai jika kepepet, nah ini? Astaga!

"Dua"
"Satu"
"Ok tapi yang lain"
"Nggak, yang ini. Bagus kok, lebih seksi" ali mengerling nakal.
"Yaudah terserah yang penting dikantongin" .
"Pake tangan aku aja kalo gitu"
"Aliiiiii!!!"
"Hahahahhaha"

Drowning in the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang