AUTHOR
Sudah seminggu sejak kejadian itu prilly tak mau bertemu siapapun, bahkan ali pun hampir angkat tangan menanganinya. Bukan hanya ali, revan yang notabennya ayah kandungnya pun tak mampu membuat gadis cantik itu luluh dan keluar dari masa lalunya.
Kali ini, hari ini, dan saat ini ali berada di depan kamar kekasihnya. Tuhan semoga hari ini keberuntungannya. "Sayang.." satu ketukan satu panggilan sampai beberapa kali akhirnya engsel pintu itu bergerak.
Dan hey! Lihatlah betap mengerikannya gadisnya ini. Mata bengkak, hidung merah, kantung mata yang jelas terlihat, dan wajah yang...ahh sudahlah tak bisa ia jelaskan lagi dengan kata kata.
Tiba tiba tubuh ali limbung, untung saja ia sigap saat gadisnya tiba tiba memeluknya. "Hey...hey..ssst tenang ada aku sayang". Perlahan ali menggiring prilly menuju ranjangnya. Di dudukkannya prilly, tapi tetap saja ia tak mau melepaskan pelukannya.
Merasa kemejanya mulai basah ali mengangkat wajah prilly, sungguh ia tak sanggup melihat pemandangan seperti ini. "Hey, apa yang membuatmu seperti ini? Pembicaraan papa? Atau aku?".
Prilly menggeleng lemah, ia tak tahu harus mulai dari mana. Semalam ia bermimpi bertemeu almh.ibundanya, beliau mengatakan sudah saatnya prilly lepas dari trauma masa lalunya. Sudah saatnya ia bangkit, melepaskan semua pikiran yang dulu pernah menghantuinya.
"Aku mau menikah denganmu" satu kalimat yang keluar dari bibir tipis itu mampu membuat ali terkejut sekaligus bahagia. Tapi bukan seperti ini yang diinginkannya. Lamaran romantis yang tak terlupakan mungkin, tapi begini jug lebih asik.
Prilly mendongak menatap ali yang hanya diam saja tak ada respon. Ditepuknya pelan pipi ali, "hah? Apa?" ck! Prilly mencebikkan bibirnya lucu. Tanpa aba aba ali langsung mengecup bibir tipis namun menggoda itu.
Ali tersenyum kemudian menarik nafas panjang, "kalau kamu belum siap, aku nggak maksa sayang". Prilly terlihat berfikir sejenak kemudian menggeleng tegas. Ia merasa keputusannya sudah bulat tak dapat diganggu gugat. "Aku yakin, bahkan sangat yakin!".
Hey, beritahu ali sekarang laki laki mana yang tak bahgia jika gadisnya mau menikah dengannya? Siapa? Katakan, kurasa tak ada. Sungguh! Tak bisa dilukiskan dengan apapun kebahagiaan ali saat ini. Prilly, gadisnya mau menikah dengannya.
"Secepatnya kita urus pernikahan kita sayang" prilly menggeleng lagi, membuat kerutan di dahi ali muncul. "Kenapa?" prilly tersenyum sebelum mengutarakan kalimatnya "aku memang mau menikah denganmu tapi tak secepat itu sayang, aku juga perlu persiapan kamu juga".
Oh, sekarang ali mengerti menagapa gadisnya tadi menggeleng. Memang benar apa yang dikatakan gadisnya tadi, tapi bukankah hal yang baik bila dilaksnakan lebih cepat semakin baik?
"Sayang..." ali kembali dari lamunannya, huh, semoga ini jalan yang terbaik untuk kedepannya. Ali hanya tersenyum lantas mengecup kening gadisnya lama. Membisikkan mantra pemekar bunga hati.
"Ya, aku tahu. Tapi kita sudah cukup dewasa untuk memulai semuanya" kini giliran prilly yang tersenyum lantas membalas ucapan kekasihnya itu "ya, aku juga paham. Tapi kita tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bukan? Jadi bagaimanapun persiapan itu penting, terutama mental".
Sejenak prilly menghela napas kemudian melanjutkan kalimatnya "terutama pada mental, dalam rumah tangga tak selamanya harmonis, akan banyak batu terjalan di depan sana. Pernikahan bukanlah akhir dari semuanya namun awal dari semuanya, awal hidup baru, awal masalah baru, awal penyelesian baru, awal pemikiran baru, dan semunya".
Sungguh speechles ali mendengarnya, siapa yang akan menolak pesona gadis didepannya ini, ali yakin bahkan pria koma pun jika mendengar penuturannya akan membuka matanya demi melihat bidadari yang menjelma manusia ini. Lebay! Ali merutuki pemikiran bodohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drowning in the past
FanficDia beda, sangat berbeda. dingin, angkuh, tapi saat aku mendekatinya rona merah itu muncul. entah bagaimana masa lalunya, yang kutahu aku terobsesi padanya. sungguh! Ali Stuart Habbian Dia beda memang berbeda. tapi tetap saja semua laki laki di m...