[Part 3] Cold Hearted

13.1K 1K 11
                                    

Aryan membuka matanya, tak ada seorangpun di sampingnya. Apakah semalam hanya mimpi? Apakah dia menikahi seorang bidadari yang esok harinya pergi meninggalkannya?. Tapi saat dilihatnya bercak darah di ranjangnya, dia tahu, semalam bukanlah sebuah mimpi. Lalu dimana Syahra? Apa gadis itu kabur? Takut?. Dengan jengkel disibakkannya selimut dan diambilnya kain panjang menutupi pinggangnya yang ramping, dengan marah Aryan menuju balkon, hendak dipanggilnya pengawal untuk menangkap Syahra, hidup atau mati!.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Syahra masuk bersama beberapa dayang, membawakan sesuatu dalam baki. "Selamat pagi,paduka, maaf, hamba tak tega membangunkan anda...". lalu diletakkan baki di atas meja. "Apa itu?". "Masakan yang hamba racik sendiri, hamba harap paduka bersedia mencicipinya". "Apakah ini sebuah rayuan untuk kehidupanmu?".Syahra tersenyum. "Tidak, hamba hanya menjalankan apa yang biasa dilakukan para istri...setelah ini, hamba siap menjalani hukuman hamba".

Masakan yang dihidangkan oleh Syahra ternyata sangat lezat. Aryan sedikit tersenyum. "Baiklah, kuakui masakanmu sangat lezat, selain menyanyi dan memasak, keahlian apa lagi yang kau miliki?. Kau kuizinkan hidup sampai aku melihat seluruh kemampuan yang kau miliki". "Hamba...bisa menari dan mendongeng...sejak kecil, banyak sekali hal yang diajarkan ibu hamba, beliau menginginkana hamba dan kakak-kakak hamba menjadi seorang istri yang baik dan dapat melakukan apa saja". "Apakah menurutmu ibumu sangat baik?". "Ya...beliau adalah ibu yang paling baik...saat ibu meninggal setahun yang lalu, kami sangat kehilangan, bahkan saat itu untuk pertama kalinya hamba melihat ayah hamba menangis". "Sungguh keluarga yang bahagia...tidak seperti aku, ibuku meninggal saat melahirkan aku, aku dibesarkan oleh ayahku...aku tidak ingat seperti apa ibuku...", Aryan menghela nafas. "Pantas dia tak bisa menghargai wanita...", pikir Syahra sedih.

Malam kedua, Syahra menyajikan suatu tarian yang indah untuk Aryan, gadis itu tidak berbohong, dia benar-benar pandai menari...setelah itu dia bernyanyi dengan petikan harpa yang lembut dan memukau.Bagai seorang peri yang lincah dan menawan hati...mata Aryan tak lepas memandangnya. Tapi itu hanya sekejap, saat diingatnya Bilqish, sorot matanya kembali kelam. Dahulu Bilqish begitu baik dan mencintainya, tapi pada akhirnya wanita itu menghianatinya, Syahra melakukan semua ini hanya untuk kehidupannya...seandainya dia diberi kesempatan, dia akan melakukan hal yang sama...dan Aryan tak ingin jatuh cinta, tak ingin dikhianati untuk kedua kali, ditepisnya perasaan yang mulai menghangatkan hatinya. Syahra hanya seorang gadis yang pandai merayu, itu saja. Dengan dingin Aryan memandang gadis itu sejenak dan meninggalkan ruangan itu. Syahra terkejut melihat perubahan Aryan. Tapi dia tak berani mengikuti kemana pria itu pergi.

"Ada apa paduka? Apakah ada sesuatu yang mencemaskan anda?", Asvashoka memandang heran Aryan yang tiba-tiba memasuki ruangan strategi. Mereka sedang merancang untuk membangun benteng pertahanan di sebelah selatan Illeanos. "Kalian keluarlah dahulu, kecuali kau, Asvashoka". Para perancang bangunan dan juru hitung keluar ruangan, Asvashoka memandang rajanya yang terlihat aneh malam ini. "Rencana kita hampir berhasil, paduka, kami sudah memulai membangun benteng dan parit. Kalaupun Midgar menyerang dari arah selatan, mereka akan meghadapi dahulu lereng yang terjal, kami telah...". "Kita bahas itu nanti, aku sedang ingin meminta pendapatmu tentang hal yang lain...". "Baik, paduka...".

Lama Aryan terdiam dan menimbang apa yang ingin dia bicarakan. "Sebenarnya, ada masalah apa sehingga paduka raja sangat cemas seperti ini? Hamba rasa seluruh keadaan dapat kita tangani". "Ini bukan masalah Midgar ataupun benteng selatan...". "Ya?". "Tapi...ini tentang istriku". Asvashoka mengernyit. "Ada apa dengan putri mentri Govala? Hamba rasa dia gadis yang baik dan santun...". Aryan memandang Asvashoka. "Kau mengenalnya?". Asva menghela nafas. "Benar paduka, sebenarnya...". "Ada apa...apakah ada yang kau sembunyikan dariku?". "Kami pernah bertemu beberapa kali, dia adalah sahabat Aisha...kekasih hamba...". Aryan mengernyit. Asva yang selalu serius dan pekerja keras, ternyata memiliki seorang kekasih? Kenyataan itu sangat mengejutkannya. "Kau ...sejak kapan kau...". "Ah, hamba dan Aisha sebenarnya hanya dijodohkan oleh orang tua kami, mulanya hamba tidak berkenan, tapi Aisha gadis yang baik dan penyayang, nah, bagaimana dengan anda sendiri, apakah Putri Syahra...melakukan hal yang tak berkenan di hati anda?. Dia sudah bertahan satu hari...hamba dengar dari para pengawal, anda memberikan satu hari kesempatan padanya". "Begitulah, dua hari aku bersamanya, aku merasa senang, tapi perasaan ini juga membuatku resah, aku marah padanya, aku tak ingin dia mengubah semua pendirianku selama ini". "Maksud anda?". "Aku harus membunuhnya malam ini, semakin lama dia berada di sampingku akan semakin sulit aku melepaskannya".Asvashoka memandang Aryan dan menggeleng sedih. "Paduka, apakah tidak sebaiknya Putri Syahra menjadi istri anda untuk selamanya? Putri Syahra sangat pandai, sungguh sayang kalau dia harus mati, banyak hal yang bisa dia lakukan...hamba dengar dia pandai melakukan banyak hal...".

1001 Nights Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang