[Part 12] This Love

11.4K 929 11
                                    

---

"Sudah dua hari kau pingsan ...", Aryan duduk di ranjang dan memandang Syahra.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, gadis bodoh?".

Syahra memandang Aryan dengan bingung, "Paduka, bagaimana bisa ... bukankah hamba ...".

"Terjun dengan konyol ke dasar jurang? Apa yang ada di kepala bodohmu itu sehingga kau nekat terjun?".

Syahra memalingkan wajahnya dengan malu dan sedih, "Orang itu ... maafkan hamba, paduka, dia ... dia hampir menghancurkan kehormatan paduka, jika dia sampai menyentuh hamba, maka hamba tak bisa memandang paduka lagi, lebih baik hamba mati daripada mempermalukan diri hamba dan paduka ...".

Aryan tercekat, selama ini dia merasa semua wanita sama saja seperti Bilqish, tapi perkataan Syahra menyadarkan dirinya, membuka segel kebencian yang pernah menumpuk dalam hatinya, membuang segala kebencian yang pernah tertumpuk, menggantinya dengan kepercayaan tentang suatu hal, hal yang selama ini dihindarinya.

---

"Kenapa kau berkorban sejauh itu untukku?", tanya Aryan tajam.

Syahra memalingkan wajahnya, menghindari tatapan suaminya, "Karena itu kewajiban seorang istri, kesetiaan adalah segalanya, itu yang diajarkan ibu hamba ...".

"Jadi, kau melakukannya hanya karena kau merasa itu kewajibanmu?".

Syahra megernyit, "Apa maksud paduka?".

"Kau melakukannya hanya karena kau merasa wajib? Demi kehormatan, demi keluarga kerajaan, demi negara?, bukan karena aku pribadi? Begitukah ?".

Gadis itu perlahan mulai mengerti arah pembicaraan Aryan. Dengan berani ditatapnya wajah pria angkuh itu, "Juga karena ... hamba ... mencintai paduka .. itu alasan paling sederhana", gumam Syahra pelan.

Aryan tercenung. "Cinta?".

"Ya ..".

"Sejak kapan kau mencintaiku?".

Gadis itu merasa wajahnya semakin memanas melihat Aryan hanya dingin saja menanggapi perasaannya. Pertanyaan tegas yang terlontar seperti Aryan sedang mengintrogasi penjahat saja.

Perlaha air mata mengalir di pipi Syahra, "Sejak pertama hamba memandang paduka, sejak malam pertama kita ...", gadis itu tertunduk. "Ya, mungkin perasaan dari seseorang seperti hamba tidak begitu berharga, mungkin paduka juga merasa perasaan seperti ini tidaklah penting, tapi paduka tidak bisa melarang hamba mencintai paduka ...".

Aryan menghela nafas lalu tersenyum, ditengadahkannya wajah istrinya, Syahra terpana, baru kali ini dia melihat senyuman Aryan yang polos tanpa kesinisan menghiasi wajahnya. Senyum itu terlihat tulus.

"Aku tidak bisa melarangmu mencintaiku, karena aku memiliki perasaan yang sama terhadapmu ...", Aryan menggenggam tangan Syahra dan mengecupnya. Gadis itu tertegun, tak percaya dengan pendengarannya.

Akhirnya, setelah sekian lama mereka bersama, setelah begitu banyak malam berlalu, dari bibir Aryan terucap kata-kata itu.

"Eh? ", Syahra menggeleng tak percaya.

"Apa yang paduka katakan tadi?".

Aryan mengernyit, "Apa?".

"Hamba mohon, ulangi kata-kata tadi ...".

"Yang mana?", goda Aryan.

Syahra mengerang manja, "Paduka ... hamba mohon ...", pintanya dengan wajah tersipu-sipu.

"Aku mencintaimu Syahra ... aku mencintaimu", kata Aryan sambil mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya yang memerah, diciumnya lembut bibir istrinya, tak lama keduanya saling berpelukan dan melepas perasaan masing-masing yang selama ini terpendam. Tak ada lagi rahasia dan keangkuhan yang membatasi cinta diantara mereka.

1001 Nights Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang