Ribuan prajurit Midgar dikerahkan Revan Aldonis untuk menghancurkan Tresta.Tapi Aryan sudah siap menghadang. Pasukan lapis pertama sukses dibuatnya kocar-kacir dengan hantaman sarang lebah beracun dari hutan Selvander, sarang-sarang besar itu ditutupnya dengan kain, lalu saat akan dilontarkan, penutupnya dibuka dan dengan cepat dilempar dengan pelontar. Lebah memang tak bisa menembus baju besi, akan tetapi kuda dan gajah tak bisa terkendali saat lebah menyerang. Pasukan lapis kedua takluk oleh bubuk racun yang tersebar bersama angin, Aryan sudah memperkirakan arah angin bertiup ke pasukan musuh, racun itu sekejap bisa membuat mata pedih dan nafas sesak, kesempatan itu digunakan para pemanah menembak sasarannya dengan tepat di saat mereka lengah. Revan sangat geram melihat pasukannya berkali-kali gagal menyentuh Tresta. Akhirnya tiga gelombang besar pasukan dia kerahkan membobol Tresta, meski harus bersusah payah menaiki Tebing Tresta dan menggunakan tangga panjang untuk melampaui tembok benteng. Di sana pun sudah menunggu berbagai jebakan yang menghadang. "Kau sungguh licik Aryan...tapi hari ini, meskipun aku kalah, aku akan membunuhmu, meski pasukanku habis, asalkan kau mati, aku sudah puas". Lalu dengan kekuatan sihirnya, dilampauinya tembok benteng menuju tanah lapang, di balik benteng, di sana sudah menunggu pasukan Illeanos. Kedatangan Revan sudah ditunggu Aryan, dia tahu, Revan bisa melampaui semua jebakan yang dirancangnya. Di belakang Revan, prajurit Midgar yang tersisa mulai berdatangan bagai air bah, menyerbu pasukan Illeanos yang menunggu. Panah-panah berdesingan dan gemerincing pedang beradu mewarnai hari yang mulai memanas. Aryan mengangkat pedangnya tinggi, dan memberi semangat pasukannya. "Seraaang! Demi negara kita! Kita harus menang! Kita harus yakin, karena kita terlahir untuk menang!", teriaknya. Mereka bersama-sama maju menyambut pasukan Midgar. Perang berlangsung lama. Seolah musuh datang tak ada habis-habisnya, Revan benar-benar sudah mengerahkan seluruh pasukannya, dia bertaruh dengan seluruh pasukannya hanya demi menaklukan Tresta.
"Kau hanya bisa meneruskan jalanmu sampai di sini saja, Revan, kau takkan bisa melampaui Benteng Selatan", teriak Aryan. "Aku tahu, aku tidak memikirkan menaklukan Illeanos sekarang, aku hanya ingin membunuhmu, karena membunuhmu berarti menaklukan Illeanos dan isinya, kau begitu bodoh, kau sendiri menghadapiku...". "Karena hanya dengan jiwaku, kau baru akan mengerahkan seluruh pasukanmu, kalau aku tak ada di sini, kau tentu tak akan mengerahkan seluruh pasukanmu, bukan?". Pedang mereka beradu. "Jadi, kita sama-sama bertaruh hal terbesar yang kita miliki, bukan?. Itu sangat adil...dan aku yang akan memenangkan pertarungan ini...", teriak Revan. Kali ini tak hanya pedang, tapi kekuatan sihir hitamnya dia arahkan pada Aryan. "Demi kegelapan ... akan kuhancurkan kau...dan akan kukuasai negerimu Aryanrod!". Dengan ketrampilan dan ketangguhan Aryan, mereka menjadi seimbang, akan tetapi Revan dengan licik selalu menggunakan ilmu sihirnya dan mendesak Aryan. Saat Aryan lengah, Revan berhasil menepis pedang Aryan dan melukai lengan Aryan. Aryan berguling mengambil pedangnya, tapi terlambat, Revan menginjak dadanya dan menghantam keras kepalanya, lalu mengarahkan pedangnya ke leher Aryan.
Tiba-tiba sebuah anak panah melesat mengenai pergelangan tangan Revan. Seorang prajurit mendesak maju ke arah mereka, mengacungkan panahnya ke arah Revan. Raja Midgar itu memandang sosok prajurit berkuda putih itu dengan heran. "Siapa kau? Seharusnya sihirku melindungi aku dari setiap serangan, kekuatanku tak bisa dikalahkan pria setangguh apapun...",geramnya. Prajurit itu melepaskan panahnya tapi meleset, Revan dengan gesit menghindar. Tapi pemanah asing itu tak menyerah, anak panah keduanya berhasil melukai kaki Revan. Tapi raja Midgar tak selemah itu, dia melontarkan beberapa mantera yang membuat kuda putih prajurit itu lumpuh dan jatuh. Tak ada jalan lain, sang ksatria misterius itu turun dari kudanya dan menyerang dengan pedangnya.
Aryan menyeka darah di bibirnya dan memandang pertarungan itu, dilihatnya sesuatu yang tak asing, pedang yang dipakai prajurit itu...bukankah itu...Aryan menajamkan pandangannya, hatinya tercekat, bagaimana mungkin?. Revan menghantam kepala Prajurit itu dengan pedangnya, tapi luput, hanya helm sang prajurit yang terlempar.
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Nights Broken Wings
FantasíaMaunya sih niru 1001 malam, tapi Aryan terlalu 'beda' dengan Syahriar...gue ngerasa sayang kalau Aryan jadi jahat...jadinya karakternya nggak terbentuk sempurna, ehm, agak ber'setting' 1001 malam ya? Maaf, habis waktu nulis ini emang gw baru nonton...