Ini bab nya saya edit ya....hehehe....yg pernah baca mungkin ngerasa ini agak beda dari yang dulu....moga watty nggak error dan Bab ini bisa dibaca edidi revisinya, kalau error yaaa......maaf lahir bathin hahaha
---
Aryan membaringkan Syahra di tempat tidur dan mengecup lembut leher istrinya. "Bagaimana kalau besok kita pulang?". Syahra tersenyum. "Benarkah? Hamba sudah tidak tahan lagi berada di sini". "Kenapa? Bukankah ini negeri yang indah?", perlahan dilepaskannya tali gaun Syahra. "Tapi, negeri kita lebih indah", Syahra membantu melepaskan jubah Aryan. "Syahra..., negeri ini membuat pipimu lebih kemerahan ...", Aryan mencium pipi Syahra dan menelusuri leher gadis itu dengan punggung tangannya, lalu perlahan bibir Syahra yang merekah, menyambut, meminta, memberi. Siang itu sangat panas, semakin panas dan tak ada jarak lagi memisahkan mereka. Aryan melepas seluruh pakaian yang tersisa dari tubuh istrinya dan mengagumi ketelanjangan Syahra. Sejenak mereka saling berpandangan dan kembali bersatu dalam cinta. Syahra merasa, Aryan memberikan Surga padanya saat bibir pria itu tak henti menyebut namanya.
---
Ternyata Demos menahan mereka lebih lama. "Besok akan ada festival kerajaan, kalian nikmatilah tiga hari kedepan dan setelahnya boleh pulang, festival ini hanya diadakan setiap empat tahun, akan ada banyak tontonan menarik", bujuk Demos. Aryan memandang Syahra. "Tiga hari", bisiknya. Pagi itu istrinya tampak pucat dan tidak sehat. Syahra hanya mengangguk lemah, lalu saat Demos mengajak mereka untuk jalan-jalan, Syahra merasa kepalanya begitu pening dan meminta izin pada suaminya untuk istirahat di kamar saja. Aryan hanya mengiyakan dan menyuruh salah seorang dayang menemani istrinya.
Sepulang dari jalan-jalan bersama Demos meninjau persiapan Festival, Aryan menghampiri Syahra yang terbaring pucat di ranjang. "Kau baik-baik saja? Kalau keadaanmu seperti ini, kita memang harus menunda kepulangan kita". "Jangan ... hamba ingin pulang ...", Syahra mengernyit lalu bangkit dari tidurnya. Perutnya terasa mual, seorang dayang mengambilkan sebuah cawan dan Syahra muntah. Aryan terkejut. "Apakah dia sudah diperiksa tabib?". "Hamba tidak apa-apa, paduka jangan khawatir ...". "Diam kau, gadis bodoh, kau selalu begini, dayang, kau pangil tabib yang terkenal di sini untuk memeriksa istriku ...". "Baik paduka".
---
"Mungkin dia masih memiliki luka dalam waktu bertarung dengan Revan dulu, saat dia terlalu lelah, dia kembali lemah", pikir Aryan sambil memandang Syahra yang tertidur, tabib sedang memeriksa denyut nadi istrinya. Wajah Syahra sangat pucat. Tabib itu berdiri dan memandang Aryan. "Bisa kita bicara di luar, baginda?". Aryan mengangguk dan meninggalkan ruangan diikuti sang tabib. "Apakah keadaannya begitu parah?", tanya Aryan, ada kecemasan dalam suaranya. Tabib hanya tersenyum dan menunduk hormat. "Putri akan mengalami sakit dan mual selama beberapa waktu, hal ini akan berlangsung cukup lama". "Apa sebabnya? Apa karena luka dalam?".
Tabib tersenyum menenangkan dan menunduk hormat. "Selamat baginda, putri Syahradza sedang mengandung ... sudah beberapa minggu". Aryan tertegun. "Mengandung...?". "Benar, paduka...". Aryan mengernyit, tak percaya dia akan menjadi ... seorang ayah?. "Kau boleh pergi", katanya pada sang tabib.
"Aku akan punya seorang anak?", Aryan memasuki ruangan tempat istrinya terbaring. Syahra masih tertidur. Dibelainya pipi istrinya yang kemerahan. Dikecupnya perlahan kening Syahra. Sebuah perasaan baru membuncah dalam hati Aryan, hangat dan indah, entah perasaan apa ini, suatu rasa yang menyenangkan dan membuatnya ingin selalu melindungi si cantik yang terlelap ini. Bulu mata Syahra bergerak, pandangan matanya bertemu dengan tatapan mata Aryan yang lembut. Syahra merasakan jantungnya berdebar, belum pernah suaminya memandangnya selembut itu. "Baginda...", bisiknya pelan. Aryan mencium lembut bibir Syahra lalu berbisik "Kau tahu, kau akan menjadi seorang ibu ...".
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Nights Broken Wings
FantasyMaunya sih niru 1001 malam, tapi Aryan terlalu 'beda' dengan Syahriar...gue ngerasa sayang kalau Aryan jadi jahat...jadinya karakternya nggak terbentuk sempurna, ehm, agak ber'setting' 1001 malam ya? Maaf, habis waktu nulis ini emang gw baru nonton...