[Part 9] One step closer

9.9K 913 15
                                    

Jika suatu saat nanti ada yang membaca naskah ini dan berminat membukukannya, pengen deh ada peta Midgar jaman Kuno.....hahaha dan nanti bukunya dilengkapi gambar digital yang menarik kayak games!!!!! nah lho...mimpi boleh kan! Aryan dibuat versi gamesnya, hayo reader, ditunggu komennya...supaya karya ini semakin sempurna....Arigatou!


_____

"Akan diadakan pesta dansa ...", Aryan membaca gulungan undangan yang dibawakan pelayan. "Aku paling benci pesta dansa...bagaimana kalau kau saja yang datang?", ditatapnya Syahra. Gadis itu memandang Aryan yang hanya bertelanjang dada, lukanya malah menambahnya semakin gagah. Syahra membalut tubuhnya yang telanjang dengan selimut, digesernya tubuhnya, membaca tulisan indah yang tertulis di undangan itu. "Berpakaian formal...apa maksudnya?". "Memakai pakaian kebesaran kerajaan, biasanya Dion dan Keysa sudah menyiapkannya, aku akan menyuruh pengawal mengambil di kereta barang. Sekarang sebaiknya kita segera mandi, kau harus memakai gaun yang sewarna dengan pakaian resmiku...ugh, benar-benar menyebalkan...". "Kenapa anda sepertinya tak berkenan?". Aryan tak menjawab.

Syahra menahan tawa setelah tahu penyebab keengganan Aryan mengikuti pesta itu. Dia harus memakai pakaian formal yang dibencinya. Kali ini pria itu juga terlihat seperti boneka. Baju sutra putihnya yang bersulamkan naga berwarna hitam membuatnya gagah, tapi penampilannya benar benar berbeda, belum lagi mahkota kerajaan menghiasi rambut hitam sebahunya yang diikat benang perak dengan rapi dan tongkat raja yang harus dibawanya. "Aku terlihat seperti orang idiot...aku yakin, Asvashoka akan tertawa seminggu melihatku seperti ini...". "Tidak seburuk itu, anda sangat tampan...", hibur Syahra, dia berusaha untuk tidak tertawa.

Saat melihat Syahra harus memakai korslet yang membuatnya terlihat ramping tapi sangat menyiksa, dan Syahra berkali-kali mengatakan nafasnya sesak, gantian Aryan yang tertawa. "Ternyata kau lebih menderita...", lalu ditepuknya punggung Syhra. "Aduuuh...paduka,jangan!". Lalu para Dayang memakaikan gaun putih yang mengembang. Syahra merasa pusing melihat gaun yang berjumbai dan berenda itu, belum lagi mantel dari bulu rubah putih yang menutupi lehernya. "Hamba tak bisa bergerak, bagaimana kita bisa berdansa?". "Siapa yang akan berdansa? Aku hanya akan duduk menonton orang-orang konyol itu...". Syahra melihat pelayan membawakan sepatunya. Meski bentuknya indah dan cantik, sepatu bersulam benang emas itu membuatnya sulit berjalan.

Aryan menunggu sampai Syahra selesai berpakaian dan dirias. Dia tak meragukan kecantikan istrinya itu. Kadang gadis itu terlihat tangguh, tapi di saat dia berpakaian seperti itu, rambutnya tergelung dan dihias mawar, beberapa helai ikalnya terjuntai di dekat telinga, lehernya yang jenjang terlihat anggun, dia tampak rapuh seperti setangkai mawar, sebuah tiara kecil terpasang anggun di kepalanya. Syahra menyambut lengan Aryan dan mereka berjalan bersama keluar dari kamar. "Kenapa kau menempel seperti itu? Berjalanlah yang tegak!". "Hamba tak bisa, sepatu ini terlalu tinggi...kalau hamba tak bersandar, pasti jatuh...aduh, rambutku...kenapa tiara ini seperti menggigit kepalaku...", gumamnya pada dirinya sendiri. Aryan hampir tertawa, tapi ruangan dansa sudah dekat. Pelayan mengumumkan kedatangan mereka. "Raja Aryanrod dari Illeanos dan putri Syahradza". Tak lama ruangan mulai penuh, banyak raja, pangeran dan bangsawan dari berbagai negara yang hadir. Mereka berpakaian sesuai negaranya masing-masing, bahasa mereka pun aneh. Syahra heran, saat mendengar Aryan berbicara dengan seorang pria berambut merah dengan bahasa yang tidak dia mengerti. Seorang raja ternyata harus menguasai banyak hal, tak hanya strategi dan senjata, bahasa dan kebudayaan banyak negara pun harus dipelajari. Tata krama kerajaan yang berbelit dan cara berpakaian yang harus mereka patuhi. Bahkan Aryan yang terkesan tak takut oleh apapun itu masih mematuhi hukum dan aturan yang ada. Syahra jadi ingat saat menemani Aryan di ruang pustaka, banyak sekali buku yang telah dipelajari Aryan, dari seni dan sastra sampai aljabar, tulisannya pun sangat bagus, dia menulis sebaik memegang pedang, bahkan pria itu bisa menulis dengan pedangnya!.

1001 Nights Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang