Part 2

1.9K 107 2
                                    

Enjoy!

-------------------------------

Ray pov's

Pertama kali liat cewe yang ternyata namanya Narisha, kayaknya gue emang tertarik, tapi tentu saja gue selalu mengelak, sampai akhirnya temen gue yang sebenernya lebih mirip setan, nantang gue buat bikin tuh cewe jatuh cinta sama gue.

Dan bodohnya, gue tertarik.

Baru aja cewe itu pergi meninggalkan pekarangan sekolah dengan mobil jazz merah yang dikemudikan seorang cowo, dan kemungkinan besar cowo itu bisa jadi penghalang antara gue dan Narisha.

"Gimana? Tertarik ga?" Kata temen gue dengan wajah menantang.

"Siapa takut" kata gue gak kalah sengit.

"Inget ya, lo gak boleh jatuh cinta beneran sama tuh cewe.. karen ini semua cuma permainan"

Deg.

Dengan susah payah gue telan ludah. "Oke. Kantin kuy laper nih, bayarin ya?" Kata gue dengan cengiran khas layaknya kuda.

"Yehh ini nih yang paling malesin, ganteng tapi kismin! Ya udah ayo deh"

***

Narisha pov's

Dengan lesu ia memasuki rumah, wajahnya yang kelihatan gak semangat membuat satpam rumahnya melongo kebingungan.

"Pak ada mama ya di dalem?"

"Iya non" katanya seraya tersenyum sopan.

Bahunya semakin melemas mengetahui fakta tersebut.

Dengan langkah terseok-seok ia membuka pintu rumah, benar saja mama nya sedang asik menonton diruang tv sambil memakan kuaci.

"Assalamualaikum" ucap gue pelan.

Mama nengok. "Udah balik kamu?"

Gue hanya menggumam lalu menaiki anak tangga menuju kamar gue diatas.

"Gak salim sama mama?"

Akhirnya gue turun lagi, dan mencium tangan mama.

Lalu, naik lagi.

Terlihat diujung sana ada pintu bertuliskan 'Narisha room' dengan banyak bintang-bintang menghiasi pintu tersebut, gue memasuki kamar lalu melempar tas gue asal tak tentu arah.

Kamar yang luasnya tak terkira dengan balkon yang terbilang cukup luas, bahkan lemari besar ralat --sangat besar-- saja hanya untuk menyimpan pakaian, koleksi tas dan sepatunya terpisah di ruangan kecil khusus.

Siapa sih yang gak mau punya kamar segede ini?

Dengan lampu-lampu yang menghiasi dinding kamar setiap malamnya akan menyala-nyala, tentu saja membuat gue semakin ingin berlama-lama di kamar ini.

Berbagai macam foto berjejer di meja atau bahkan di tempel di dinding dengan wooden clip.

Guepun mencoba membawa diri gue terlelap ke alam mimpi, hingga akhirnya berhasil.

***

Selepas bangun dari tidur, guepun langsung bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sejenak --yoi bahasanya manchay--.

Kira-kira 15 menit mengeluarkan bunyi byaar-byuur, guepun keluar dengan handuk yang masih membalut tubuh gue ini. Membuka lemari, gue memilih hotpants dan croptee.

Melihat jam yang ternyata masih menujukkan pukul 17.00 gue memutuskan mengajak Rello ke Starbucks untuk nongski, guepun membuka pintu balkon dan memanggil Rello dengan vara melempar kerikil kecil ke balkonnya.

Pintu diseberang sana terbuka perlahan.

"Kenapa?"

"Starbucks kuy" ajak gue.

"Kuy. Naik sepeda aja ya?"

"Yahh males banget elah" rengek gue dengan puppy face.

"Sekalian olahraga sore. Ayolahh" bujuk Rello.

Gue menghela nafas kasar. "Fine! Ayo"

Karena gue bakal sepedaan alhasil gue memakai nike running shoes.

Dengan headset menggantung di leher gue menuruni tangga sambil bersenandung kecil.

"Mau kemana nak?" Tanya mama.

Panggilan mama barusan untuk gue sukses membuat gue membeku.

Namun secepat kilat, gue berusaha kembalo terlihat normal.

"Starbucks. Kenapa? Oh iya, kok mama belum balik?"

For your information, mama tinggal di apartment semenjak cerai sama papa.

Mama tersenyum lembut. "Ya udah sana berangkat, atiati"

Gue hanya mengangguk singkat.

Begitu gue keluar sambil menenteng sepeda fixxy --btw gue gak tau tulisannya gimana ngiahaha--, terlihat Rello sedang asik bersiul sambil mengeluarkan sepedanya juga sama seperti gue.

"Woy"

Ia mendongak.

"Balapan kuy. Yang duluan sampe starbucks, di traktir takoyaki sama yang kalah" tantang gue.

"Kuy"

Keduanya pun bersiap menggoes sepedanya sekencang mungkin.

***

"HAHAHA gue tuh udah tau, pasti gue yang bakal menang!" Kata Rello sombong sambil asik menikmati kitkat frappucino-nya.

Sedangkan dari tadi gue asik ngedumel gak jelas.

"Inget ya, takoyaki! HAHAHAHA"

"Iye bacot" kata gue kesal.

"Pulang yuk" ajak Rello. "Udah jam setengah lapan nih!"

Gue hanya mengangguk.

Sambil menggoes sepeda santai gue bersenandung kecil.

"Sha" panggil Rello.

Gue hanya menggumam.

"Gue kok kayak punya feeling gak enak gitu ya" katanya.

"Tentang apa?" Tanya gue tetap fokus kejalanan.

"Anya" katanya.

"Maksud lo?"

"Ah udah deh lupain" katanya lagi.

"Lo sayang gak sih sama Anya?"

Wtf, pertanyaan itu terlontar begitu aja tanpa disaring. Bodoh banget.

Siap-siap galau deh nih.

"Sayang mah pasti, banget malah"

Gue mendengus kesal. "Terus si Anya gak marah apa kalau kita deket banget kayak gini?"

Ia tertawa kecil. "Nggak lah, dia mah santai. Lagian gue seneng bisa ngabisin waktu sama lo"

Begitu melihat rumah sudah dekat gue pun mengerem sepeda dan menentengnya masuk, tetapi sebelum masuk gue menoleh dan berkata.

"Iyalah. Guekan sahabat lo" kata gue dengan penuh penekanan dibagian kata sahabat.

----------------------

Jangan lupa tinggalkan vomments dan vote ya, terimakasih

Broken Home (ON HOLD & ON EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang