Enjoy!
-----------------------------
Anya pov's
Hari ini. Hari terakhir gue di SMA Inter School, padahal baru dua hari gue menikmati sekolah disini. Bahkan seminggu aja belum, tapi gue udah harus angkat kaki dari sekolah ini.
Tentu gue punya alasan yang kuat.
Dan jujur, gue gak tau harus mulai darimana untuk jelasin ke Rello.
Untuk sekolah aja hari ini gue udah males banget.
Baru aja gue keluar dari ruang guru untuk mengurus surat pindahan, terlihat Rello dan Narisha diujung koridor.
Begitu jarak gue dan Rello udah deket, gue tersenyum. "Hai Rell"
Ia tersenyum. "Hai"
Lalu tatapan gue beralih ke Narisha. "Hai Sha"
"Hai"
Narisha menggaruk tengkuknya yang kemungkinan gak gatel. "Gue duluan aja ya kali ya? Bye"
Sepeninggal nya Narisha, diantara kita --gue dan Rello-- gak ada yang memulai topik pembicaaan.
Gue menghela nafas panjang. "Pulang sekolah boleh ngomong? Di Cafe Geraldy"
"Bolehlah. Apa yang ngga buat kamu? Kalau gitu, sampe ketemu sayang"
Punggung Rello perlahan menjauh, dada gue naik-turun air mata mulai berjatuhan.
Bagaimana bisa gue harus merelakan cowo yang sangat gue sayang?
Isakan tangis gue semakin terdengar.
"Maafin gue Rell" kata gue lirih.
***
Narisha lagi asik menikmati Bakso nya, begitu bel jam istirahat bunyi Narisha langsung memekik kegirangan. Sedangkan gue gelisah menunggu jam lulang sekolah.
Berulang kali gue mengusap telapak tangan gue satu sama lain.
Alis Narisha bertaut menjadi satu. "Lo kenapa sih daritadi?" Katanya jengkel.
"Anya ngajak ketemuan" kata gue heboh.
Tawa Narisha pecah. "HAHAHAHAHA astaga, lo udah sering kali ketemuan sama dia palingan juga dia kangen. Lebay nya kumat deh!"
"Tapi gue punya feeling gak enak Sha!" Kata Rello memukul meja.
Sontak seisi kantin nengok kearah kami, dan memberikan tatapan sinis.
"Shuush, tuh kan pada kesel gak usah gebrak meja gitu napa! Udah positive thinking aja"
Rello mendecak sebal. "Lo ngeselin banget sumpah?!"
Narisha melongo bingung. "Kok lo marah-marah sih?! Ah bete gua, duluan deh" kata Narisha meninggalkan Rello sendirian.
Melihat Narisha yang baru aja meninggalkan meja Rello, gue memutuskan untuk nyamperin Rello.
"Rell" sapa gue pas baru aja duduk.
"Eh Anya, kenapa?" Katanya tersenyum manis.
Sangat manis.
Sanyum yang kemungkinan dalam waktu lama gak akan gue liat lagi, senyuman tulus yang selalu terukir buat gue.
"Nanti kan sore tuh ketemunya, jangan ngaret loh!"
Rello tertawa kecil. "Janji deh. Aku jemput kamu ya?"
Dengan cepat gue menggeleng. "Ga. Gak usah. Kita ketemuan aja"