Part 9

898 67 1
                                    

Enjoy!

--------------------------------

Varello pov's

Narisha melahap sepiring bakso yang penuh dengan cabai, mengeluarkan keringat di dahinya, sukses bikin gue menahan tawa.

"Lo kenapa sih ngeliatin gue aneh gitu?" Tanya Narisha sambil menglap dahinya.

"Lagian lo lucu"

Muka Narisha bersemu merah.

"Dih blushing, ya ampun Sha lo dibilang lucu aja baper ckckck" kata gue.

Narisha mengerucutkan bibirnya. "Lo taukan-"

"Hai Narisha" sapa cewe yang lewat di depan mejanya.

"Iyaa hai juga" kata Narisha tersenyum ramah.

"Najis sok ramah" ejek gue.

"Yaa you know lah, secara gue itukan famous jadi harus ramah" kata Narisha bangga.

"Yeh gitu aja bang-"

"Hai Sha" sapa segerombolan cewe yang barusan lewat.

Narisha merespon dengan senyuman.

Gue beranjak dari duduk ngeloyor pergi meninggalkan Narisha.

"Eh woy, Rello! Ih tungguin dong"

Dugg.

Gue menengok kesumber suara.

Menatap sinis kejadian barusan, guepun hanya berdiri mematung tanpa ada niat sedikitpun untuk menghampiri Narisha yang menabrak Kak Ray, entah kenapa gue gak suka liat Narisha ngobrol atau bahkan dekat dengan Kak Ray.

Narisha meringis kesakitan, lalu mendongakkan kepala. "Maaf yak Kak, gak sengaja" kata Narisha dengan wajah menyesal.

Dengan baju yang basah dan muka kena tumpahan jus alpukat, Kak Ray tersenyum tipis. "Its okay"

"Gue bersihin ya?"

Mata Kak Ray langsung berbinar. "Iyaa"

Narisha pun berlalu pergi seraya menggandeng tangan Kak Ray, gue mengamati kejadian barusan dengan senyum lesu dan berjalan pelan menuju kelas.

Sesampainya dikelas, terlihat sudah ada guru yang mengajar. Gue mengetok pintu pelan, berharap diizinkan masuk.

"Permisi pak, maaf saya telat"

"Ya sudah, cepat duduk"

Sudah hampir 30 menit Narisha belum juga kembali ke kelas, masa ngebersihin gitu doang lama sih? Aneh.

Baru aja gue mikirin Narisha, tiba-tiba orangnya sudah menduduki bangkunya.

Gue melirik sekilas. "Lo kemana aja?" Tanya gue pelan.

"Bersihin baju Kak Ray, udah ah dengerin guru tuh di depan" kata Narisha cuek.

Gue mendengus kesal, kenapa tiba-tiba Narisha jadi jutek gini?.

"Varello Albar, hadir?"

Gue mengacungkan tangan.

"Yak, maju kedepan dan kerjakan soal ini"

Gue melongo lebar, sedangkan satu kelas sudah ketawa terbahak-bahak.

"Gak ngerti pak"

"Kalau begitu, keluar" kata Pak Joy santai.

"Tap-"

"Silahkan keluar"

Gue menghembuskan nafas.

***

Disinilah gue sekarang, duduk dipinggir lapangan basket ditemani Narisha. Sekarang udah jam pulang, dan entah kenapa gue mengajak Narisha untuk duduk sebentar.

"Rell, lo mau tau sesuatu ga?" Kata Narisha senyam-senyum gak jelas.

Gue nengok dan menaikkan alis. "Apa?"

"Gue dicium Kak Ray"

Gue melotot. "Dibagian mana?"

"Kening, itu katanya tanda kalau seseorang sayang sama kita ya? Emang bener Rell?"

Gue menelan ludah susah payah dan mengangguk.

Tiba-tiba Narisha bangkit dari duduknya. "Tungguin gue bentar ya, gue ada rapat OSIS dulu.. okay?" Narisha memasang puppy-face.

Gue mengangguk.

Sepeninggalnya Narisha, gue hanya diam saja memikirkan perkataan Narisha barusan.

Apa Ray serius sama Narisha?

Kok gue ga ikhlas gitu ya?

***

Narisha pov's

Tok tok tok

Gue mengetok pintu ruang OSIS pelan, lalu membukanya perlahan dan terlihat para anggota OSIS sudah duduk ditempatnya masing-masing.

Gue tersenyum kikuk. "Sorry telat"

Kak Ray sebagai ketua OSIS, mempersilahkan gue masuk.

"Oke, kita mulai rapat dengan doa berdasarkan agamanya masing-masing"

Lalu kamipun berdoa dalam hati, dan setelah itu memulai rapat.

Rapat berlangsung dengan baik, dan sekarang rapat udah selsai. Gue mengransel tas gue lalu bersiap keluar dari ruangan, tapi tiba-tiba aja tangan gue ditahan.

Gue mengerutkan kening. "Kenapa kak?"

Kak Ray menghela nafas. "Lo balik bareng Rello ya?" Tanya Kak Ray dengan wajah sedih.

Gue mengangguk.

"Ya udah deh, gue duluan"

Gue bingung dengan sikap Kak Ray, dia itukan awalnya jutek banget sama gue, lalu sekarang sikapnya berubah 180 derajat. Aneh.

"Woy, malah bengong sih. Ayok ah pulang, bosen tau nungguin lo" gerutu Rello yang tiba-tiba saja datang.

Gue menuruti apa kata Rello.

***

Dengan wajah lesu gue memasuki rumah, melepas sepatu gue dan melemparnya tak tentu arah.

"Bibi!" Teriak gue.

Bibi datang dengan lari tergopoh-gopoh. "Iya non? Ada apa?" Kata bibi dengan nafas memburu.

"Papa mana?"

"Tuan ada tugas diluar kota sebulan, dan tuan bilang dia minta maaf karena gak pamit sama non.. soalnya ini mendadak"

"Yahh, okelah" guepun naik keatas dan masuk kamar lalu mengunci pintu.

------------------------

HAI GUE KAMBEK HE HE HE

Sejujurnya gue lg gamood nulis makanya kalau misalkan part ini jelek, SORRY BANGET:')

Dan gue sempetin update karna tadi temen gue nanya 'kapan update' ya ya ya, guetuh tau sebenernya dia ngefans sm gue tp gengsi:p

Happy reading, tinggalkan jejak ya:*





Broken Home (ON HOLD & ON EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang