15

10 0 0
                                    

Emir POV

Oke, jadi mereka sepupuan. Mereka itu dua orang cewek yang pernah dan sedang mengisi hati gue. Mungkin ada yang lupa atau masih inget. Kalo cewek yang pernah ngisi hati gue itu namanya Ghea. Ya, dia orang yang bikin gue agak jauh dari rokok dan sebagainya. Dan yang sekarang ngisi hati gue itu, lo semua taulah ya. Gue ga takut kalo misalnya Ghea dateng tiba-tiba. Gue yakin rasa yang dulu ada buat dia udah lenyap dari hati gue.

"Mir!" Gue tersentak dari lamunan dan menoleh ke arah sumber suara.

"Kenapa, Qil?" Tanya gue saat gue liat dia yang manggil gue.

"Lo ngelamun terus. Kenapa sih?"

"Gue ga ngelamun kali, gue mikirin lo." Kilah gue sambil nyubit pipinya Qilla.

"Apa sih? Dasar, gombal aja terus."

"Gue pulang ya, udah sore nih." Pamit gue.

"Uhm, iya. Yaudah, gue anter sampe depan ya!"

"Iya, sayang." Goda gue yang berhasil bikin pipinya Qilla merah.

"Apa sih, Mir? Udah ayo." Gue cuma ngangguk dan gandeng tangannya Qilla.

Qilla POV

Gue masih berdiri didepan teras rumah sampe punggung Emir ga keliatan lagi. Gue masuk ke dalem rumah lalu duduk di sofa ruang keluarga. Gue masih mandangin album foto yang tadi Emir liat. Apa yang salah dari album foto itu, terutama sepupu gue. Kenapa kayaknya Emir kenal banget sama Ghea. Atau mereka dulu kenal? Yaudahlah ya, kalo mereka kenal juga kenapa sih, Qil? Gue berlalu dari ruang keluarga dan masuk ke dalem kamar mandi yang ada di dalem kamar gue. Setelah menanggalkan baju yang terpakai di badan, gue langsung nyalain shower dan mulai mandi serta konser kecil. Hehe. Kenapa gue bilang konser kecil? Karena aku sayang kamu. Ga. Karena kalo gue konser besar kayak penyanyi papan atas diluaran, pastinya makan banyak waktu, sedangkan gue cuma nyanyi satu lagu full. Tapi kadang-kadang bisa sampe 3 laguan sih. Oke ini ga penting banget buat dibahas.

***

"Qilla, sekarang kamu kan lagi liburan. Nah, besok free dong ya? Besok kamu jemput Ghea ya di bandara." Pinta Mama.

"Free, Ma. Emang ngejemputnya jam berapa?" Tanya gue sambil makan roti isi coklat.

"Jam 2 sore."

"Oke."

Lumayan deh, gue ada temen ngobrol kalo Papa sama Mama lagi sibuk kerja. Emir? Ya dia juga bisa aja sibuk sama keluarganyakan? Gue ga mau egois. Dia punya keseharian yang bukan buat gue doang. Sebagai pacarnya, gue harus ngertiin dia juga. Btw, besok gue jemput bareng siapa ya? Bawa mobil sendiri aja kali ya.

***

Gue sekarang udah ada di bandara, tepat sebelum jam 2. Gue ke sini bawa mobil sendiri. Biarlah gue yang nungguin sepupu cantik gue itu. Sekarang gue lagi di kedai kopi yang ada di bandara. Gue menyesap caramel machiatto yang baru aja sampe 3 menit yang lalu. Setelah satu gelas caramel machiatto, gue segera keluar dan mulai nyari Ghea.

"Tali sepatu pake lepas lagi." Gue langsung ngiket tali sepatu gue.

Setelah gue ngiket tali sepatu, bahu gue ditepuk pelan sama orang yang ada dibelakang gue. Saat gue nengok ke belakang. Ternyata orang itu.

"Qilla, maaf lama ya, lo jadi nungguin gue deh." Ujar cewek yang jadi tujuan gue ke sini.

"Gue kira lo siapa, Ghe. Nyantai aja kali. Yuk ke mobil!" Ajak gue.

Setelah nyampe parkiran, gue langsung tancep gas buat pulang ke rumah.

"Gimana sekolah lo, Ghe?" Tanya gue untuk ngilangin sepi.

"Uhm, biasa aja, Qil, ga ada yang seru. Lo sendiri gimana?" Tanya dia balik.

"Lumayan serulah. Lo di Jakarta berapa lama?"

"1 minggu. Selama gue disini, gue pengen ditemenin sama lo ya." Pinta si sepupu gue.

"Boleh, boleh."

Setelah sampai di rumah tercinta, gue pun langsung memarkirkan mobil dan ngajak masuk Ghea tentunya.

"Ma, Qilla sama Ghea udah nyampe nih." Teriak gue dari ruang tv.

"Suruh Ghea istirahat dulu di kamar tamu, Qil."

***

"Bawel lo, Mir!"

"Awas ya, gue dateng lo harus udah siap, ga boleh lama!" Banyak omong ini anak.

"Iya, Tuan Emir yang ganteng. Udah ah, bye!" Gue pun memutuskan sambungan telepon.

Tadi itu Emir nelepon gue dan ngajakin gue jalan. Dia bilang gitu terus sekitar 20 kali. Pengeng ga tuh kuping? Gue sih iya. Gue juga bilang kalo mau ngajak Qilla dan boleh. Besok rencananya kita mau muter-muter Jakarta. Gue keluar dari kamar dan jalan ke arah kamar tamu yang sekarang ditempatin Ghea.

"Ghea!" Panggil gue setelah mengetuk pintu kamarnya.

"Kenapa, Qil?" Dia keluar dengan rambut yang ditutupin handuk.

"Besok jalan yuk! Tapi bertiga sama pacar gue, mau kan?"

"Bertiga ya? Nanti gue jadi obat nyamuk dong."

"Ah, lo suka gitu, ga akan kok, tenang aja." Kata gue meyakinkan.

"Oke, jam berapa?" Akhirnya dia mau!

"Uhm, jam tiga sore. Kalo gitu gue balik ke kamar dulu ya."

"Okay!"

***

Tin... Tin...

Pasti Emir. Tumben on time. Gue pun keluar kamar dan menuju ke arah Ghea berada.

"Yuk, Ghe!" Ajak gue.

Kita berdua pun jalan keluar rumah. Orang tua gue lagi pada ga ada dirumah, padahal ini hari libur. Setelah sampai didepan gerbang, Emir menghampiri gue dan mukanya agak kaget setelah liat Ghea, sama kayak Emir, Ghea ga kalah kagetnya.

"Ghea?"

"Emir?"

Gue yang bingung pun berujar, "kalian saling kenal?"

"Ghea itu temen smp gue." Kata Emir terus terang.

"Iya. Jadi ini pacar lo, Qil?" Tanya Ghea.

"Iya, Ghe. Siwer ya mata gue, bisa suka sama orang aneh kayak gitu?"

"Gue ga aneh, mata lo juga ga siwer." Emir mendelikan matanya ke arah gue.

"Jalan yuk!"

***
Akhirnya ngepost lagi wkwk. Setelah 2 tahunan ga ngepost di wattpad, cuma baca cerita orang. Padahal udah bikin part ke 15 dari 2016.
Buat yg mau ngasih saran, komen yaaa, jgn lupa di vote, makasih calon istri emir

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang