4

197 4 0
                                    

Aku tak bisa membohongi perasaanku bahwa aku menyukai............................... Aly dan Emir. Tapi aku nyaman saat berada dengan Emir.

'Tok...tok...tok...'

"Ya, masuk!" Aku segera duduk diatas kasurku.

"Ayo ke bawah! Makan malam!" Ajak seorang laki-laki yang sedang berada ditengah pintu kamarku.

"Oke, aku akan segera menyusul, Kak!" Balasku sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Tak usah konser dikamar mandimu itu!" Pesannya sembari menutup pintu kamarku. Namanya Kak Azriel.

Kakakku satu-satunya. Aku segera mandi dan memakai piyama milikku yang bermotif Rilakkuma. Aku turun dari kamar dan menuju ruang makan. Disana sudah ada Papa, Mama, dan Kak Azriel.

'Drrtt' Handphoneku bergetar dari atas meja riasku. Aku mengecek handphoneku, ada satu pesan dari Aly.

'Terserah kau mau menjawabnya kapan, aku akan selalu menunggumu.'

Aku ingat saat kami berada di Candi.

"Ghe, aku....sudah lama ingin memberitahu hal ini. Aku....suka kepada.....mu. Would you be mine?" Kalimat itu yang terucap dari bibir Aly.

Dan aku tak percaya saat Aly memberitahuku bahwa Emir.................

perokok.

"Apa kau tahu Emir yang asli seperti apa?" Aly bertanya sebelum ia mengungkapkan perasaannya.

"Aku tahu, memangnya ada apa dengan Emir?" Aku menaikkan alisku.

"Kau tahu bahwa Emir seorang perokok?" Aku tak menyangka.

"Em....ir pe...rokok?" Aku terbata mengucapkan kata-kata itu.

"Iya, Emir seorang perokok." Jelas Aly dengan mata yang melirik Emir sinis.

Aku sungguh tak percaya Emir seperti itu. Emir yang selama ini kukenal adalah Emir yang baik, pintar, dan tak seperti yang Aly bilang.

Emir POV

Apa maksud Aly melihatku dengan tatapan sinisnya tadi? Apa dia memberitahu Ghea bahwa aku...................seorang perokok. Aku harus tak peduli, harus. Biarkan saja Aly membongkar rahasiaku. Jika Ghea benar menyukaiku pasti ia akan menerima kekuranganku. Biarkan saja, toh itu memang aku yang asli. Aku menyukai Ghea sejak aku pertama kali bertemu dengannya di koridor sekolah. Ia murid pindahan. Saat kami baru naik kelas 8.

Ah, hari ini adalah hari perpisahan sekolahku. Aku sudah duduk dikursi barisan kelasku. 9 B. Disebelah kiriku sudah ada Aldo. Aku duduk diujung kanan dekat jalan untuk ke arah panggung. Aku melihat Ghea dan aku juga melihat Aly sedang duduk bersamanya. Huh. Acara sudah sampai dipengalungan medali.

"Nah, sekarang saatnya pengalungan medali. Di mulai dari kelas 9 A." Tetanggaku, maksudku kelas 9 A segera baris menuju panggung. Satu persatu dikalungi medali oleh Bapak kepala sekolah. Sekarang giliran kelasku. Giliranku dikalungi medali oleh Bapak kepsek. Semua kelas sudah dikalungi medali. Aku melihat ke arah mereka berdua -Aly dan Ghea-, tapi Ghea tidak ada disebelah Aly. Kemana Ghea?

"Eh, Mir!" Seseorang menepuk pundakku.

Aku segera menengok ke arah orang yang menepukku tadi. Ternyata........

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang