Hai, gue balik lagi bawa part baru *soasik* Kalo ga nyambung, nyambungin aja cerita ini yak!
Hope u like this part, guys!
-----------------------------------------------
Emir POV
Sekarang gue sama Qilla lagi ada di Forest cafè. Dari namanya aja udah ketauan kalo temanya hutan gitu. Jadi disini tuh ruangan yang dindingnya dihiasin wallpapper pohon-pohon. Dibeberapa sudut juga ada pohon asli sama pohon palsu. Tempat duduknya juga dari kayu. Pokoknya hutan banget! Lagi asik-asiknya gue ngobrak-abrik tas buat ngambil buku biologi, Qilla nyodorin laptop sama buku tulis biologinya. Gue liat wallpapper laptop itu dengan seksama. Ada dua orang anak cewek yang umurnya kira-kira 10 tahun. Gue kenal sama salah satu dari cewek itu! Dia......
"Mir? Emir?" suara cewek yang lagi ngejentikin jarinya ngebuyarin fokus gue.
"Uh, ehm, kenapa?" gue berusaha senormal mungkin.
"Hah? Lo yang kenapa, Mir? Lo kok bengong? Katanya mau ngerjain tugas makalah akhir semester," cewek ini keliatan bingung.
"Oh, gue gapapa. Uhm, gue boleh nanya ga?" gue beraniin buat nanya 'dia' sama Qilla.
"Nanya aja, gratis kok,"
"Ini foto lo?" gue muterin laptopnya ke arah Qilla.
"Oh, ini. Iya, ini foto gue sama almarhumah temen kecil gue..." air muka Qilla langsung berubah jadi sedih, aduh gue ga bermaksud. Gue juga sedih sebenernya.
"Dia...dia meninggal waktu kelas 7 semester dua. Pas dia meninggal gue belum sempet ketemu dia. Gue dikabarin sama Mamanya." cewek yang sekarang lagi ada dihadapan gue ini menunduk dalam.
Aduh, gue ga tahan liat cewek nangis. Gue berinisiatif untuk pindah tempat duduk ke sebelahnya.
"Qil? Are you okay?" Qilla madepin badannya ke arah gue yang lagi dipinggir kirinya.
"Gue, gue gapapa. Cuma keingetan dia aja, udah lama ga ketemu dia." entah dorongan darimana gue langsung ngerangkul bahunya dan ngusapin punggungnya.
Gue tau yang Qilla maksud itu...
"Tarra, gue kangen." cewek disebelah gue ini nangis secara perlahan.
"Udah, La, jangan nangis. Dia udah tenang diatas sana, pasti dia sedih liat lo kayak gini," tangan kiri gue yang kosong langsung ngusap air mata yang turun ke pipi tirusnya Qilla.
"Gue, gue, kangen, Mir." sama Qil, sama. Gue kangen Tarra.
"Udah, jangan nangis. Pesenannya udah dateng tuh." gue pun nunjuk ke arah pelayan yang mau ke meja kita.
"Ehm, i-iya."
Setelah itu mba pelayannya langsung nurunin pesenan kita di atas meja. Selang 30 menit gue sama Qilla udah selesai makan plus ngerjain tugas.
"Ehm, Qil, sebenernya gue juga kenal sama Tarra," gue nundukin kepala.
"Hah? Lo kenal Tarra? Lo.....siapanya Tarra?" Qilla langsung ngeliat ke arah gue.
Gue mendongakan kepala gue dan natap Qilla.
"Ng...gue, gue sahabatnya dia. Gue sahabatnya dari tk sampe Tarra ga ada. Apa lo tau kalo Almarumah Tarra suka clubbing?" gue liat air muka Qilla berubah jadi kaget. Apa dia ga tau?
"Gue ga tau, Mir. Kita lost contact semenjak gue pindah rumah dari sebelah rumahnya. Sampe sekarang pun gue ga tau kenapa dia meninggal. Apa lo tau?" Qilla mulai netesin air matanya.
"Tarra meninggal karena dia overdosis alkohol sama rokok. Gue ga becus sebagai sahabat, La. Gue sering anterin dia ke club. Tapi, gue ga ngelarang dia, La, ga pernah larang dia. Gue biarin dia. Gue ga pantes jadi sahabatnya dia." gue ga ngeluarin air mata, cuma aja gue nyesel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
FanficGue dan lo ga bakal terpisah. Meskipun lo dengan yang lain. Meskipun lo udah ga ingin perasaan itu hadir lagi. Tapi itu semua percuma! Gue tau lo masih memendam rasa itu dan gue harap lo kembali bersama gue menjadi satu-satunya untuk selamanya.