Five

26 3 0
                                    

------
- Miranda Pov -
Setelah itu, Satu jam pelajaran selesai bel pulang berbunyi.

Kringgg!!!!!

"Mi, gue anter ya" Ajak Matt.

Saat Matt mengajakku pulang, Twan sedang lewat, dia menghampiri ku dan Matt.

"Yaampun, abis putus sama gue. Lo udah deket sama cowok lain, dasar cewek murahan" Ucap Twan.
Dan langsung pergi.

Kata-kata itu membuat ku sakit.
Air mataku mulai turun.
Matt pun langsung mengantarku pulang.

- Matt Pov -
Tadinya saat Twan berkata seperti itu gue ingin menonjoknya lagi, tapi gue gak mau buat Miranda sedih lagi, walaupun tadi gue liat dia nangis.
Saat di mobil, Miranda menangis.

"Mi, lo gak boleh kayak gini. Lo harus kuat. Twan pergi. gue ada disini buat lo, gue janji gak bakalan ninggalin lo" Omong gue sambil memelukknya agar lebih tenang.

"Thanks Matt, you are my best friend" Jawabnya.

Walaupun dia hanya menganggapku sebagai sahabatnya, tapi ini udah lebih dari cukup.

"Yaudah Matt, gue masuk dulu ya, makasih. bye" Kata Miranda sambil melambaikan tangannya.

"Bye! jangan lupa makan!" teriakku dari dalam mobil.

Huh, semoga besok dia udah gak sedih lagi deh.

- Miranda Pov -
Sampai dirumah. Gue masih sedih, gue nangis kejer. Karena Twan adalah pacar ku yang paling aku sukai. Sekarang.. Kami sudah ancur.

Orang tua gue kemana sih!!! Kenapa kalian cuman bisa ngurusin pekerjaan kalian!!! Gue butuh curhat!!. Gue tak henti-henti nangis sampai semua barang dikamarku, ku lempari semua.

Gue udah bener-bener sayang sama Twan, kenapa dia ngelakuin itu!!

Gue melempar semua barang dikamar gue. Gue bener-bener kacau.
Gue ingin pergi ke luar, dan tiba-tiba gue menyenggol cangkir yang bersi air, gue terjatuh. Tangan gue mengenai beling-beling cangkir yang jatuh tadi dan mengeluarkan darah banyak.

"MATT!! Help me!" teriakku sambil memanggil Matt.

- Matt Pov -
Filling gue kok gak enak ya?
Jangan-jangan!
Gue beralri dan mengganti baju ku.

"Mom! I have too go!"

"What's wrong" tanya mom.

"Miranda!" Jawabku.

Mom terkejut khawatir, dan dia tidak melarangku.

Aku pergi, dengan kecepatan tinggi.
Filling gue hanya ke Miranda.
Ya tuhan! ada apa dengannya?
gue sampai di rumah Miranda.
Pintu rumah nya tidak dikunci.

"MIR! Where are you?" tanya ku.

"HERE! MATT! HELP ME!!"

Suara Miranda berteriak dari atas.
Gue mengarah ke kamarnya, dan berusaha membuka pintu kamarnya, tapi pintunya terkunci. Dan gue mendorbrak pintu kamarnya.

Gue melihat Miranda terbaring di lantai dengan darah banyak keluar dari tangannya. Dia hampir ingin pingsan.

"Matt.. please help me" Kata Miranda lemah.

Gue menggendong nya ke mobil, dan membawanya ke rumah sakit.
Saat di mobil, dia masih bisa bertahan. Gue panik.

Sampai di rumah sakit....

"Mir, bertahan." kata ku sambil mengelus kepalanya.

Dia tidak menjawab, dia sudah pingsan.
Saat sampai diruangan, gue ingin masuk, tapi dilarang oleh suster.

"Maaf silahkan tunggu diluar."

Gue duduk, sambil menahan tangis ku, kenapa ini bisa terjadi? kenapa harus Miranda? gue mengacak-ngacak rambut ku.

Gue melihat dari kaca pintu, Miranda tidak sadarkan diri, dia pingsan. Dokter berusaha membuatnya agar tetap sehat, tapi dia sudah tidak kuat. Karna darah yang keluar begitu banyak.

Air mataku sudah tidak bisa ditahan. Gue kehilangan orang yang gue sayang. Gue mengacak-acak rambut gue.
Dokter pun keluar, dan memberitahu keadaan Miranda.

"Gimana dok?" tanya gue ingin tau.

Dokter menghela nafas.

"Dia...."

--------

gimana guys part yang ini? jelek ya? Tapi makasaih ya yang udah baca part ini!
Lanjut gak? kalo mau lanjut

! VOMMENT !

Stay with meKde žijí příběhy. Začni objevovat