Udah di update nih
Jangan lupa di vote:v
Please bangetHappy reading
*********
Justin diam, lalu ia kembali berbicara. "Karna gue cinta sama lo"
Leona mematung. Ia terkejut dengan ucapan Justin. Tapi dalam dirinya juga sedih, kenyataan berbeda.
"Lo ga boleh cinta sama gue"
Justin menaikan alis nya."kenapa?"
************
Setelah pulang dari sekolah, Giselle pergi ke rumah Kevin. Well, disana hanya ada pembantu dan Kevin saja. Tapi saat ini Kevin belum berada dirumah.
"Bi, aku bantuin Bibi masak yah" Bibi itu pun mengangguk.
Ia pun memasak masakan yang bibi buat. Saat masih Kecil ia selalu diajarkan memasak oleh ibunya.
Setelah selesai makanannya pun disiapkan di meja makan. Bersamaan dengan bunyi pintu dibuka.
"Kevin" sapa Giselle.
Kevin kaget. Mengapa Giselle selalu datang kerumah nya. Entah itu alasan mengerjakan pr bersama, atau hanya mampir.
"Vin, liat hand-"
"Lo ngapain disini" Kevin terlihat kesal.
"Ngambil handphone"
"Handphone lo di kamar gue, setelah itu lo enyah dari rumah gue"
Giselle menatap mata Kevin. Menatap mata penuh kekesalan. Ia pun ikut bersedih karna perlakuan Kevin.
"Jadi lo ngusir gue" mata Gisele berkaca-kaca.
Kevin mengangguk antusias. Tangannya dimasukan disaku celananya. Wajahnya masih terlihat tampan.
"Jadi ini balesan lo atas semua perlakuan yang gue lakukan buat lo"
Kevin terlihat bingung. Maksud perkataan Giselle tadi apa.
"Gue selalu ada disamping lo saat lo sedih, gue selalu rawat lo saat lo sakit, gue selalu bantuin apapun yang menurut lo sulit, selama ini gue selalu care sama lo" Air mata yang tertahan pun keluar.
"Lo ngebentak gue, gue ga peduli, gue sedih Vin, lo pikir selama ini gue bahagia, gue hanya bahagia jika bersama lo doang, keluarga gue pun sama sekali ga peduli" air matanya tambah keluar.
Kevin diam mematung. Sekarang ia mengerti apa maksud perkataan Giselle. Ia tak menyangka akan seperti ini.
"Dan apa sekarang, lo ngusir gue, fine! Gue bakalan pergi bahkan pergi dari kehidupan lo, tapi satu yang perlu lo tau, GUE CINTA SAMA LO, tapi lo ga ngehargain itu"
Kevin pun merasa bersalah. Bersalah atas semua perlakuannya. Entah mengapa ia turut bersedih tentang perkataan Giselle tadi.
"Sekarang gue akan pergi, tenang aja Vin gue akan pergi dari hidup lo" Giselle mengambil tasnya dan menaiki tangga menuju kamar Kevin.
Kevin pun mengejar Giselle kekamarnya. Sesudah mengambil handphone nya, Giselle kembali kebawah.
Kevin mencekram tangan Giselle. "Lepas"
"Kita bisa ngomong baik baik kan Sel" Kevin memohon.
"Lepas, gue akan enyah dari hidup lo biar lo bahagia Vin, good bye"
Kevin pun melepas cekramannya dan menatap Giselle keluar dari rumahnya dengan sedikit berlari.
"Damn" teriak Kevin.
"Tuan makanan sudah siap" kata bibi dengan wajah khawatir menatap Kevin.
Kevin menghiraukannya dan berniat kekamar. "Tapi semua makanan non Giselle yang masak"
Kevin berhenti. Ia kembali ke meja makan dan memakan makanannya.
*************
Ia masih memikirkan perkataan Leona. Ini semua karena Selena. Selena telah mengancam Leona untuk menjauhi dirinya agar ibu Leona tidak menjadi korban. Selena itu sudah gila. Untuk apa dia melakukan semua ini.
Bahkan ia sudah bilang berkali kali bahwa ia tak mencintai dirinya. Tapi Selena tetap mendekatinya dan memohon cintanya.
Ia pun mengambil handphone untuk menelfon Selena.
"Saya perlu bicara"
**************
"Aku hanya ingin kamu"
"Kamu sudah gila"
"Aku gila karna kamu"
"Shut the fuck up"
"Jika kamu mengancam Leona lagi, ga segan segan saya akan membatalkan perjanjian ayah kamu dengan ayah saya, mengerti"
Selena diam. Tak menyangka Justin akan memperlibatkan nya dengan perjanjian ayahnya."Dan jika saya melihatmu lagi didepan saya, saya akan lebih mempermalukan mu, sudah saya masih ada perlu, camkan itu"
Justin pun pergi meninggalkan Selena yang hanya diam.
Setelah keluar dari cafe, mata Justin tak sengaja menemukan seorang gadis yang sangat familiar dimatanya. Merasa ada getaran aneh yang menerjang tubuhnya.
Serasa ingin sekali memeluknya, menghilangkan kerinduan yang amat sangat ia cintai.
Gadis itu tambah cantik dan tambah tinggi. Tak sadar Justin menarik bibirnya ke atas. Sebuah senyuman kerinduan.
Tapi rasa bersalah merasuki dirinya. Ia tak berani untuk mendekatinya. Tak berani menatapnya. Tak berani berbicara dengannya. Tak berani memeluknya.
Ia berasa ingin mengeluarkan air matanya yang ia tahan. Ia pun disini hanya mematung menatap gadia itu. Sudah 5 tahun ia meninggalkannya.
Dengan keberanian ia pun berjalan mendekati gadis itu.
**************
Update again
Sorry telat, maaf banget yak
Kalo masih banyak typo itu adalah kebiasaan:v
And akan tetap update....
Wait yak...Hazza_sft
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls And Boys
Teen FictionDisetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Disetiap perpisahan pasti ada kenangan. Kenangan itulah yang membuat kita 'dulu' bersama. Persahabatan memang selalu ada masalah, tapi apakah mereka bisa menyelesaikannya? Disaat semuanya egois dan tak mau m...