ENJOY
*******************
Tok tok tok
Gadis itu mengetuk pintu dengan gugup. Entah perasaan apa yang ia rasakan. Ia sungguh sangat rindu dengan ayahnya. Juga dengan adik kecilnya. Entah sudah berapa kali ia berfikir apa yang akan ia katakan kepada ayahnya nanti.
Lamunannya terbuyar mendengar bunyi pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya membuka pintu dengan wajah terkejut melihat dirinya.
"Non Giselle," wanita itu memeluk dirinya cukup erat. Giselle hanya tersenyum dan membalas memeluknya.
"Bibi apa kabar?"
"Baik non, aturan bibi yang nanya kaya gitu sama non, ya Allah non bibi kangen banget sama non"
"Giselle juga kangen sama bi Inah"
"Ibu di London juga ya non?" Giselle mengangguk.
"Oh ya Nisha ada dirumah?"
"Non Nisha masih disekolah, mungkin sebentar lagi pulang" Giselle hanya ber'oh'.
Giselle pun langsung duduk disofa sambil melihat sekelilingnya. Tak ada yang berubah. Masih sama persis sebelum ia pergi meninggalkan rumah ini.
"Bibi buatkan minum ya non" Giselle mengangguk.
Mata nya tak sengaja melihat figuran foto yang berjajar diatas meja dan yang dipajang di dinding. Giselle pun berjalan mendekati figuran foto itu.
Giselle ambil salah satu foto ia dan keluarganya. Ia tersenyum miring. Terlihat sekali keluarga difoto itu terlihat sangat bahagia. Tersenyum sangat lepas bahkan senyum kebahagiaan.
Giselle ingat dulu ia dan keluarga piknik bersama ditaman. Ia dan Nisha sangat senang karna bisa bermain ditaman. Disana kami tertawa bersama-sama. Ia dan Nisha sering sekali menjahili Dad. Dan Dad membalasnya dengan mengelitik tanpa ampun.
Ia bahkan sangat ingat.
Tapi apa sekarang ia dapat merasakannya kembali. Merasakan kehangatan keluarga seperti dulu. Berkumpul bahkan mengobrol bersama.
Tanpa sadar butiran air mata jatuh membasahi pipinya.
"Giselle" Merasa terpanggil Giselle menoleh dan terkejut melihat pria itu.
"Dad" ujar Giselle memandangnya dengan sendu. Ia hapus air mata yang sedari tadi jatuh dipipinya.
Pria itu berjalan mendekati Giselle lalu memeluknya erat. Berasa tak ingin melepaskannya pergi lagi.
"Sayang, Dad kangen banget sama kamu"
Giselle terdiam. Ia belum bisa untuk membalas pelukan ayahnya.
"Me too" gumam Giselle.
Giselle melepas pelukannya lalu memalingkan wajahnya. "Aku kesini hanya ingin menjemput Nisha"
"Selle please-"
"Dad aku gamau Nisha berada dilingkungan yang membuatnya sedih setiap saat"
"Sekarang Mom dan Dad sudah bercerai, biarkanlah Nisha tinggal denganku dan Mom di London. aku ingin ia tersenyum setiap hari bukan bersedih setiap hari.
"Please Dad biarkan Nisha bahagia bersama kami jika Dad mengelak aku akan tetap membawa Nisha bersamaku" Tegas Giselle menekan kata katanya.
Pria itu terdiam. Mencerna perkataan demi perkataan yang Giselle ucapkan. Ia juga merasa semenjak Giselle dan mom nya meninggalkannya, Nisha menjadi pendiam. Bahkan ia dan Nisha jarang bertemu dirumah jika ia benar benar sibuk dikantor dan pulang larut malam. Ia mengendus berat.
"Baiklah jika itu untuk kebahagiaan Nisha, Dad harap dengan membawa dia bersama mu dia akan tersenyum kembali" Giselle menghembuskan nafas lega.
Terdengar bunyi pintu rumah terbuka. Dilihatnya gadis kecil sambil menenteng tasnya. Gadis kecil itu tersenyum melihat Giselle. Begitupun dengan Giselle. Gadis kecil itu berlari mendekatinya. Giselle pun berjongkok untuk dapat memeluk gadis kecil itu.
"Kak, Nisha kangen banget" ujar Nisha disela isak tangisnya.
"Kaka juga kangen kamu sayang" Giselle mencium rambut dan kening Nisha. Memeluknya erat dengan air mata kerinduan.
"Kamu mau kan tinggal sama kakak dan mom" Nisha mengangguk semangat.
"Yaudah kakak bantuin beberes baju kamu ya" Giselle menggandeng tangan Nisha menuju kamarnya.
***************
Suasana meja yang mereka tempati membuat murid-murid lain terganggu. Pasalnya suara gelak tawa mereka membuat suasana kantin terdengar ramai dan berisik. Lelucon Mastin, Justin dan Pieter membuat yang lain tertawa terbahak-bahak.
Semua sudah berkumpul dimeja makan, kecuali Giselle. Mata Kevin sesekali melirik Skayla dan Luke yang sedang tertawa. Bahkan sekarang dirinya sudah mencoba melupakan Skayla dan berpaling ke Giselle.
Dan ia juga sudah berusaha untuk melupakan masalahnya dengan Luke. Sebenarnya Luke juga tidak bersalah. Bahkan tidak ada yang salah.
Hanya Skayla yang memilih. Dirinya atau Luke. Dan sekarang dia sudah memilih.
"Eh denger-denger kalian bakalan tanding basket" ujar Leona kepada para cowok.
"Iya...dan pasti kita yang bakal menang" ujar Mastin sambil tersenyum sombong.
"Najis pede" cibir Angel.
"Eh Jus emang bener si nenek lampir itu mantan lu?" tanya Leona.
Justin mengangguk. "Mantan gila"
Leona terkekeh. "Gila gila tapi mantan"
"Luke, si Bastian dkk bakal ikut tanding ya tahun ini?" Perkataan Pieter membuat yang lain menghentikan kegiatan mereka.
Luke mengendikkan bahu. "Gue harap sih engga"
"Loh kenapa engga" tanya Skayla bingung.
"Mereka itu kalo main gak pake perasaan, yang mereka pikirin tuh cuma menang doang, sekalinya main kasar banget" Jelas Justin dengan nada jengkel.
"Kalian tau kak Marcel?" Wings mengangguk. Yang mereka tau kak Marcel kakak kelas mereka tetapi dia cacat. Ke sekolah selalu menggunakan tongkat atau kursi roda.
Justin melanjutkan "Kak Marcel cacat itu gara-gara Bastian dkk"
Wings membulatkan matanya. Terkejut. Mereka berdelik ngeri.
"Pokoknya hati-hati aja sama mereka" tambah Mastin.
Terdengar keributan lain memasuki kantin. Siapa lagi jika bukan Selena and the genk. But, wait sejak kapan Sophia berteman dengan Selena. Dandanan mereka sangat menggangu pemandangan.
"Eh ada babe Justin" seru Selena dengan nada centilnya. Justin memutar bola matanya malas. Menggangap tidak ada Selena disini.
"Hai pieter" sapa Sophia. Pieter tak menjawabnya. Ia berdecak kesal.
"Ngapain sih lo kesini nenek lampir" Angel menekan kata nenek lampir.
"Mau ketemu pacar gue, kenapa lo?" ujar Selena tak kalah sewot dengan Angel.
"PACAR? MANTAN KALI AH" cibir Angel diiringi tawa yang lain.
Selena memanyunkan bibirnya kesal. Lalu pergi meninggalkan kantin.
**********
A/N: jangan lupa vote ya, comment juga gapapa ko, salam cinta :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls And Boys
Teen FictionDisetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Disetiap perpisahan pasti ada kenangan. Kenangan itulah yang membuat kita 'dulu' bersama. Persahabatan memang selalu ada masalah, tapi apakah mereka bisa menyelesaikannya? Disaat semuanya egois dan tak mau m...