Enjoy this part
**********
"Maaf lama" ujar Pieter setelah keluar kamarnya.
Vanilla mengangguk lalu menata bukunya diatas meja. Memang kemarin mereka sepakat akan belajar dirumah Vanilla, tetapi entah kenapa Vanilla membatalkan kesepakatan itu. Jadi berakhirlah dirumah Pieter. Pieter duduk disamping Vanilla yang sedang menulis.
"Aku akan membuat soal untuk melihat seberapa mengertinya kaka tentang materi ini," Pieter mengangguk.
Sejujurnya ia malas belajar fisika seperti ini. Tapi apa dayanya jika berhubungan dengan Mr. Robert. Ia tak bisa mengelaknya.
Setelah selesai, Vanilla memberikan buku tulis yang berisikan soal-soal. Pieter melongos. Ia tak mengerti semua soal ini.
"Kenapa susah sekali" gumam Pieter menatap soal-soal itu.
"Kerjakan dulu sebisa kaka"
"Baiklah," akhirnya Pieter mencoba menjawab soal itu. Tetapi selalu salah. Bahkan ia tak mengerti rumus apa yang digunakan.
Ia mengacak rambutnya frustasi. Baru 1 soal yang dapat ia jawab. Betapa bodohnya ia dalam pelajaran fisika.
Ia menoleh ke arah Vanilla yang sedang membaca bukunya. Ia memandangi Vanilla dari samping. Ia lihat bulu mata yang lentik, hidung yang mancung dan bibir pinknya. Vanilla yang cantik.
Ia jadi teringat saat Vanilla membuat kepalanya terkena sepatu. Ia mengingat senyumnya. Vanilla bahkan tidak pernah lupa dalam ingatannya.
Vanilla menyadari bahwa ia sedang diperhatikan. Ia langsung kembali menatap buku tulis nya.
"Lama sekali kak" gerutu Vanilla.
"Hm...gue gak ngerti" Vanilla mengendus kesal. Lalu ia mendekat ke arah Pieter dan duduk disampingnya.
"Jadi yang nomor satu kaka mesti cari tekanannya.......blablabla"
Berjam-jam berlalu. Setelah selesai menjawab semua soal, ia menyerahkan nya kepada Vanilla.
Vanilla mengoreksi jawaban Pieter dan great-. Nilainya tidak terlalu jelek menurutnya.
"Hm... Pieter mungkin aku harus pulang, sudah sore" ujar Vanilla menatap Pieter.
Pieter pun melihat jam tangannya dan ya.. sudah sore.
"Baiklah biar gue antar"
"Tidak usah kak, aku bisa pulang sendiri" protes Vanilla.
"Tidak ada penolakan"
Vanilla pun mengangguk ragu. "Baiklah"
Suasana di dalam mobil membuat Vanilla tak nyaman. Mereka bahkan tak berbicara dari tadi.
Hening
Vanilla melirik cowok disampingnya yang terlihat serius mengendarai mobil. Pandangan nya lurus. Vanilla hampir berfikir bahwa Pieter adalah orang yang jarang berbicara.
Tapi ia selalu memerhatikan Pieter di sekolah, bahkan Pieter selalu tertawa bersama teman-temannya. Dan Pieter terlihat banyak berbicara.
Tapi mengapa sekarang ia banyak diam?.
Jujur saja, Vanilla tak suka dalam suasana seperti ini. Akhirnya Vanilla mengalah.
"Aku nyalain lagu ya, kayanya kita awkward banget" ujar Vanilla dan Pieter tersenyum mengangguk.
***********
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls And Boys
Teen FictionDisetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Disetiap perpisahan pasti ada kenangan. Kenangan itulah yang membuat kita 'dulu' bersama. Persahabatan memang selalu ada masalah, tapi apakah mereka bisa menyelesaikannya? Disaat semuanya egois dan tak mau m...