Bonus Chapter: I Do

1.2K 63 10
                                    

Roxy POV:

Tiga tahun kemudian.

Jumat terakhir bulan September. Aku dan Harry sedang duduk di dapur rumah kami menghadap jendela lebar yang terbuat dari kaca. Daun-daun yang berwarna cokelat, merah dan oranye menghiasi halaman belakang rumah kami yang luas. Musim gugur akan selalu menjadi favorit-ku dan Harry yang kini menikmati teh hangat sambil berangkulan erat dengan sebuah selimut menutupi bahu kami berdua.

"Sudah jam berapa ini? Kenapa Maddy dan Lucas belum sampai juga?" Tanya Harry sambil mengecup puncak kepalaku.

"Oh, entahlah. Apa perlu aku menelponnya?"

Harry mengangguk cepat. "Aku khawatir dengan bayi-nya jika mereka tiba terlalu sore."

Aku tertawa. Harry benar-benar terobsesi dengan bayi milik Maddy dan Lucas yang kini berusia sepuluh bulan. Maddy dan Lucas memutuskan untuk menikah saat mereka mendapati Maddy telah hamil dua bulan sebelumnya. Well, Maddy awalnya menolak. Aku ingat betapa hancurnya hati Lucas yang telah menyiapkan kejutan untuk melamar Maddy dan berakhir ditolak oleh gadis itu. Aku yang saat itu sedang berada di Portland untuk urusan bisnis langsung kembali ke London begitu mendengar kabar itu. Tanpa basa-basi aku menyentakkan pintu kamar Maddy dengan keras dan langsung berteriak tentang betapa bodohnya dia karena telah menolak Lucas.

"Kau mau membesarkan bayimu seorang diri?" Teriakku penuh emosi saat itu.

Maddy hanya menghela nafasnya. "Tentu saja tidak, walaupun aku bisa. Aku hanya tidak ingin terlibat ikatan pernikahan dengannya, Roxy. Kalau aku menikah dengannya, itu artinya kami akan tinggal serumah dan bagaimana jika ternyata kami tidak cocok pada akhirnya? Kau pikir mengurus perceraian itu mudah? Pasti banyak masalah lain yang akan menyusul."

"Maddy, selama ini aku pikir kau jauh lebih pintar dariku, ternyata kau lebih bodoh!"

Maddy membulatkan matanya. "Kau saja yang bodoh tidak memikirkan sampai jauh ke sana."

Aku menggeleng-gelengkan kepala dan menarik tangannya, mengajak duduk di ujung kasurnya. "Maddy, Kau mencintai Lucas?"

Maddy mengangguk sambil menatapku.

"Dan Lucas juga mencintaimu. Itulah mengapa dia melamarmu."

"Apa bukan karena bayi ini?" Maddy menunjukkan perutnya yang tampak sedikit buncit.

Aku tersenyum. "Bayi ini adalah alasan yang memperkuat niat Lucas yang mungkin saja sudah berniat sejak lama menikah dengan denganmu." Maddy menundukkan kepalanya. "Lagipula Maddy The Grass, untuk apa mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi?"

Maddy mengangkat kepalanya. "Kau tahu, Roxy. Aku hanya seorang gadis yang baru berusia 21 tahun. Aku tidak tahu apakah ini keputusan yang tepat dan aku tidak yakin akan siap."

"Don't be silly, honey. Usia tidak menentukan apakah kau sudah siap atau belum dengan keputusan ini."

"Apakah buruk?"

Aku menatapnya bingung. "What?"

"Kau tahu, tinggal berdua dengan laki-laki yang meskipun kau cintai setengah mati tapi pasti ada sifat dan kebiasaannya yang sulit diterima?"

Aku hanya tertawa. "Tentu saja tidak mudah. Tapi kau pasti bisa mengatasinya dan semuanya bisa dibicarakan, Maddy. Berdasarkan pengalamanku yang setahun ini tinggal bersama Harry, tidak buruk-buruk amat kok. Hanya saja, jika ditambah kehadiran seorang bayi, aku tidak tahu, karena aku belum pernah mengalaminya."

"Roxy, maukah kau berjanji sesuatu padaku?"

"Sure." Jawabku yakin.

"Kau akan selalu ada dan membantuku menghadapi semua ini?"

Fate & Love (h.s) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang