Roxy POV:
Aku tahu ini sangat memalukan dan mengesalkan ditolak mentah-mentah oleh Harry. Kalau aku tidak cinta mati padanya, aku tidak tahu bagaimana nasib Harry. Aku harus banyak-banyak bersabar kalau ingin berhasil mendapatkannya. Aku telah menceritakan semua detail hari pertamaku bekerja sebagai intern pada Maddy. Gadis itu membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang telah aku lakukan ketika memaksa Harry setuju keluar bersamaku.
"Kau tahu, Roxy, yang kau lakukan ini sudah tidak sehat sama sekali."
Aku mendengus. "Aku tidak peduli. Kalau tidak seperti itu, bagaimana caranya Harry bisa menyadari keberadaanku. Bagaimana caranya dia bisa tahu bahwa aku mencintainya?"
Maddy tertawa. "Kau benar-benar gila. Roxy, kalau kau seperti itu yang ada Harry malah merasa ngeri dan dia malah membencimu nantinya."
Aku mengerucutkan bibirku. "Tidak, itu tidak mungkin. Harry tidak akan pernah membenciku, tidak ada yang boleh membenciku."
Maddy menggigit bibir bawahnya.
"Apa? Yeah, aku tahu ada beberapa orang yang membenciku, tapi itu terjadi karena aku juga membenci mereka. Tapi Harry kan beda, aku mencintainya. Jadi dia harus mencintaiku juga."
"So, apa rencanamu selanjutnya?"
Aku memegang daguku. "Tentu saja harus berhasil membuatnya setuju pergi keluar denganku."
"Kau benar-benar pantang menyerah ya."
Aku mengangkat bahuku. "Baru ditolak satu kali mengapa harus menyerah? Kau tahu, aku tidak pernah memperjuangkan sesuatu atau seseorang sebelum ini. Jadi, rasanya aku sangat bersemangat jika akhirnya aku punya seseorang yang harus aku perjuangkan."
"Baiklah, asalkan jangan sampai terlalu menyusahkan hidupmu."
"Tenang saja, kan ada kau yang akan selalu membantuku."
Maddy mengerutkan dahinya. "Siapa bilang aku akan membantumu?"
Aku merangkul Maddy. "Ah, Maddy The Grass..."
"Kau memanggilku rumput?"
Aku tertawa. "Itu panggilan sayangku untukmu sekarang. C'mon Maddy The Grass."
Maddy mendengus kesal. "Sudahlah meminta tolong dan sekarang nama panggilanku ada embel-embel rumputnya?"
"Tidak semua orang loh aku kasi nama kesayangan. Jadi, sebagai ucapan terima kasihku karena kau akan membantuku nanti, maka kau aku anugerahi nama indah itu."
Maddy menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sejak kapan kau tahu cara berterima kasih?"
Aku nyengir. Aku memang tidak terbiasa mengucapkan terima kasih setelah mendapatkan bantuan dari orang lain, kecuali orang itu adalah dad.
"Well, sudah kubilang, itu anugerah terbesar dariku karena kau pasti akan membantuku kan?"
Maddy memutar bola matanya. "Baiklah, baiklah. Aku harus menolong apa?"
"Besok, kau harus menemaniku bekerja dan menjadi asistenku. Ada mini konser yang harus dihadiri para the boys. Aku yakin, kau akan senang karena akan bertemu mereka, kan?"
Maddy menatapku bimbang. "Tapi besok aku ada kelas. Lagi pula aku bukan fans kelas berat mereka. Lain kali saja aku membantumu ya."
"Maddy, siapa lagi yang harus aku mintai tolong kalau bukan kau? Pokoknya kau harus mau. Besok aku jemput pagi-pagi."
"Eh, tapi-tapi..."
"Nah, sekarang kau pulang saja. Sampai bertemu besok, daahh!" Aku mendorong Maddy keluar dari kamarku dan segera menutup dan mengunci pintu. Kalau tidak seperti ini Maddy akan makin banyak alasan menolak ajakanku besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate & Love (h.s) ✔
Fanfiction"Aku pasti bisa membuat seorang Harry Styles menyadari bahwa aku ada di dunia ini, oh well, lalu aku akan membuatnya jatuh cinta dan bertekuk lutut padaku!" ― Roxy "Aku tidak pernah menduga bahwa gadis itu sangat gila dan mampu merusak hari-hariku...