Once Upon A December

909 48 2
                                    

Harry POV:

“Jadi kau akan pulang ke Holmes Chapel besok?” Roxy bertanya padaku sambil menyendok ice cream ke mulutnya. Gadis ini sedang berada di flatku, seperti biasa masuk tanpa izin dan entah mengapa akhir-akhir ini aku malah tidak terganggu lagi dengan kehadirannya. Malah aku merasa senang. Dunia memang sudah terbalik sekarang.

Aku menganggukkan kepala. “Yeah, aku pulang besok pagi.”

“Sendiri?”

“Umm… Yeah.” Ya Tuhan, mengapa aku harus berbohong padanya? Kenapa aku merahasiakan padanya bahwa aku akan pergi bersama Val? Aku tidak ingin Roxy tahu tentang aku dan Val. Aku hanya ingin dia tahu bahwa kami hanya berteman biasa. Saat ini, aku belum bisa jujur pada Roxy. Aku masih bingung mengartikan perasaanku yang aneh ini padanya. Sejujurnya aku ingin membatalkan janjiku mengajak Val merayakan natal bersama keluargaku, tapi itu akan sangat melukainya karena dulu aku yang memaksanya untuk ikut. Val juga sangat bersemangat membuat bingkisan cookies dan hadiah natal lainnya untuk keluargaku. Semuanya dulu terasa sempurna sebelum perasaan anehku pada Roxy muncul. Hal ini membuatku merasa sangat buruk. Aku tidak ingin mengecewakan mereka berdua.

“Kenapa kau seperti menyembunyikan sesuatu?” Roxy menatapku curiga.

“Eh, tidak, hanya perasaanmu saja... Roxy itu ice cream mu tumpah dan mengotori sofaku.”

“Ups, sorry...”

Selanjutnya aku ngomel-ngomel tidak penting karena sofaku kotor sedikit, yeah sangat sedikit sebenarnya. Tapi aku berusaha mengalihkan pembicaraan agar aku tidak perlu lagi merasa bersalah karena harus menjawab pertanyaan Roxy.

“Ya, ya, ya, akan kau bersihkan. Kau ini sok bersih sekali.” Roxy beranjak dari sofa untuk mengambil tissue di atas meja kemudian membersihkan noda bekas ice creamnya tadi.

“Well, kau akan memberikan hadiah natal untukku kan, Harry The Bear?” Roxy kembali duduk di sampingku.

“Mh… percaya diri sekali aku akan memberikan hadiah natal untukmu.”

“Kita kan teman. Bukankah seharusnya seorang teman memberikan hadiah natal untuk temannya?” Roxy memainkan kedua alisnya.

“Tidak, tidak ada hadiah natal untukmu.”

“Kau bohong! Aku sudah lihat kau membuat cookies untukku. Toples kacanya kau balut dengan pita warna  merah dan bahkan ada kartu ucapan dengan tulisan tanganmu.”

Aku menatap Roxy tak percaya. “Kau…”

“Yeah, aku sudah lihat. Kau menyimpannya di kamarmu.”

“Bagaimana caranya kau masuk ke… Ah sial!”

Roxy tergelak. “Aku tidak menyangka kau akan bersikap manis begitu padaku.”

Aku memberengut kesal. “Padahal aku ingin memberikan kejutan dengan meletakkan toplesnya di depan flatmu. Karena sudah ketahuan ya tidak jadi sajalah. Oh ya kau juga jangan terlalu kepedean, aku tidak hanya membuat cookies untukmu. Louis, Niall, Zayn, dan Liam juga aku buatkan…”

“Tapi tanpa hiasan pita dan kartu ucapan personal.” Roxy terus tertawa membuat aku menunduk malu.

“Lain kali jangan masuk ke kamar orang sembarangan.”

“Nanggung. Aku sudah terbiasa masuk ke flatmu sembarangan. Jadi tidak ada salahnya kan langsung masuk ke kamarmu sekalian.”

Aku mendecakkan lidah dengan kesal. “Dasar tidak tahu sopan santun.”

“Oh ya, kau masih boleh kok meletakkan toplesnya di depan flatku. Anggap saja aku tidak tahu apa-apa. Nanti aku akan pura-pura terkejut begitu melihatnya. Kemudian aku akan bilang ‘ya Tuhan, berkatilah Harry yang akhirnya jatuh cinta padaku dan buatlah dia mengakuinya.’ Bagus bukan?”

Fate & Love (h.s) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang