Undecided

791 41 0
                                    

Roxy POV:

Malam sudah menunjukkan pukul 12 dan aku masih sibuk mengerjakan sisa desain yang harus segera aku selesaikan karena Caroline memintaku menyerahkannya besok. Tiba-tiba aku mendengar suara bel flatku. Aku segera bangkit dan berjalan menuju pintu.

"Hai." Aku agak kaget begitu melihat wajah Harry yang sedang tersenyum di depanku.

"Well... Ada apa Harry?"

"Aku tidak bisa tidur dan tiba-tiba ingin bertemu denganmu."

Aku mengerutkan dahiku kemudian tersenyum. "Kau mau masuk?"

"Tentu saja." Harry kemudian masuk ke dalam flatku. Aku mengangkat bahu kemudian berjalan mengikuti Harry ke dalam.

Aku kembali duduk di depan meja kerjaku yang penuh dengan tumpukan desain sementara Harry masih berdiri sambil melipat kedua tangannya menatapku.

"Kenapa kau tidak bisa tidur?"

"Entahlah. Aku..."

Aku membalikkan badanku dan menatap Harry. "Kau ingin mengatakan sesuatu?"

Harry mengangkat bahu dan tampak bimbang.

"Kalau tidak ada yang ingin dikatakan lebih baik kau pulang saja." Aku akhirnya berkata melihat keadaan yang menjadi sangat awkward saat ini.

"Bukan begitu." Harry protes.

"Ya sudah, ayo katakan sekarang." Aku berdiri kemudian berjalan mendekati Harry.

"Aku umm..." Harry berhenti lagi.

Aku menghela nafas. "Jujur saja aku bingung melihat kita berdua sejak... Well, sejak malam itu. Kau tahu, kita menjadi awkward kemudian berusaha bersikap sopan antara satu dengan yang lainnya. Benar-benar bukan diri kita ya."

Harry tersenyum. "Yeah, itulah yang ingin aku katakan."

Aku mengerutkan dahi. "Hanya itu?" Aku terkejut mendengar nada kecewa yang keluar dari bibirku. Aku sebenarnya berharap Harry menjelaskan lagi apa yang sedang terjadi antara kami berdua.

Harry hanya tertawa mendengar pertanyaanku. "Kau berharap aku akan mengatakan apa?"

"Err... Maksudku..." Aku tidak menyelesaikan ucapanku karena Harry buru-buru menciumku. Aku kaget karena ciuman iba-tiba yang diberikan Harry. Tapi akhirnya aku tersenyum dan membalas ciumannya. Aku tidak tahu berapa lama kami berciuman tapi aku merasa kecewa ketika akhirnya Harry melepaskan ciumannya. Aku terengah sedikit.

"Harry..." Aku memanggil Harry pelan. Harry menatapku dan merengkuh kedua wajahku. Bibirnya seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya.

"Well, aku akan kembali ke flatku. Lebih baik kau tidur sekarang." Kemudian Harry pergi meninggalkanku dan keluar menuju flatnya.

Aku masih berdiri diam tak bergerak. Kenapa begitu sulit baginya untuk mengatakan perasaannya padaku? Padahal aku sudah berusaha memancingnya untuk bicara tadi. Harry benar-benar payah. Sepertinya besok aku akan langsung bertanya padanya agar semuanya menjadi jelas. Dasar Harry menyebalkan! Sekarang aku jadi tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan desainku. Lebih baik aku tidur saja.

Aku segera melangkah menuju kamarku dan bersiap untuk tidur. Tapi tetap saja aku kesulitan menutup kedua mataku untuk tidur. Pikiranku masih berkecamuk dan penuh dengan Harry, Harry, dan Harry. Rasanya aku ingin mendobrak pintu flatnya sekarang dan meminta jawaban untuk semua pertanyaan yang ada. Tapi rasanya sekarang bukan saat yang tepat mengingat malam semakin larut dan aku tidak ingin mengganggu Harry. Nah, lagi-lagi keinginan untuk bersikap sopan itu muncul lagi. Aku tidak tahu kalau jatuh cinta yang sebenarnya akan sulit seperti ini. Aku membalikkan tubuhku dan menutup kepalaku dangan bantal, berharap rasa kantuk datang dan malam cepat berlalu.

Harry POV:

Aku merasa begitu bodoh dan tidak berguna. Entah mengapa sulit sekali mengaku dan mengatakan perasaanku yang sebenarnya pada Roxy. Aku jatuh cinta padanya dan aku ingin dia tahu. Tapi setiap aku ingin mengatakan padanya, rasa bingung menyerangku. Saat aku tidak berada di hadapannya seperti sekarang, aku sangat yakin bahwa dia lah yang aku inginkan. Tapi saat aku berada di depannya dan bersiap mengatakan semuanya, aku tidak yakin. Aku masih merasa terlalu cepat jika harus mengatakan semuanya sekarang. Aku merasa, bagaimana jika perasaanku pada Roxy tidak sebesar yang aku kira? Maksudku, lihat saja perasaanku pada Val, setelah sekian lama ternyata aku bisa dengan mudah berpaling pada Roxy. Bagaimana dengan Roxy yang belum begitu lama aku kenal?

Aku tidak ingin mengatakan apapun hingga aku yakin bahwa Roxy lah yang paling aku inginkan. Tapi bodohnya mengapa aku malah mencium dia lagi? Aku tidak bisa mengatakan apapun padanya tapi aku juga tidak bisa menahan diriku untuk tidak menciumnya. Aku tahu, Roxy pasti membutuhkan kepastian untuk semua yang telah terjadi dianatar kami berdua. Aku tahu aku pengecut. Tapi sungguh, aku masih butuh waktu untuk memikirkan semuanya.

Dan tentang Val, pertama, aku harus mengatakan semuanya pada Val. Aku tahu bahwa saat ini Val mulai menyukaiku dan membalas perasaanku selama ini. Pasti sangat sulit jika harus mengatakan semuanya pada Val. Aku pasti akan sangat melukai perasaannya. Aku mungkin saja bisa menyalahkan Val karena dia begitu lama menerima perasaanku sehingga akhirnya aku berpaling pada Roxy. Tapi apa itu akan membuat semuanya bisa diterima dan menjadi baik-baik saja? Aku kira, tidak bijak jika menyalahkan Val dalam keadaan ini. Mungkinkah ini salahku juga karena jatuh cinta pada Roxy? Apakah salah jika akhirnya perasaanku berubah? Apakah salah jika akhirnya aku mencintai Roxy?

Aku bangkit kemudian duduk sambil mengacak rambutku frustasi. Aku benar-benar bingung dan merasa bimbang. Apa yang harus aku lakukan? Apakah sekarang waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya pada Val? Aku harus segera menyelesaikan semuanya dan membuat keputusan. Aku kembali menghempaskan tubuhku di atas tempat tidur dan segera memejamkan kedua mataku. Semoga malam cepat berlalu.

Fate & Love (h.s) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang