Bab 22 ❤

19K 514 8
                                    

Amir Lufias menghampiri Tun Qhalesya yang sedang menjamu selera bersama-sama Teena dan anak-anaknya di McDonald.

" Hi, Isya. " sapa Amir Lufias.

Tun Qhalesya dan Tun Qhisteena terkejut.

" Eh! Abang Amir! " jerit Qhisteena sambil bersalaman dengan Amir Lufias. Tun Qhalesya hanya memandang mereka sahaja.

" Hi Teena. " ujar Amir Lufias.

Isya menunjukkan reaksi wajah terkejut kerana Amir Lufias Sudah mula mengingati adiknya.

" Hiiii. Duduk lah sini. " balas Tun Qhisteena. Lalu Amir Lufias duduk bersebelahan Tun Qhisteena dan berhadapan dengan Tun Qhalesya.

" Teena, tolong belikan Abang set Spicy Chicken McDeluxe. " ujar Amir Lufias sambil menghulurkan duit sekeping yang bernilai lima puluh ringgit Malaysia.

" Okey. " Balas Qhisteena lalu pergi ke arah kaunter memesan makanan.

" Sayang . . . " ujar Amir Lufias sambil memegang tangan isterinya. Tun Qhalesya menarik semula tangannya.

" I'm back." kata Amir Lufias.

Tun Qhalesya mendiamkan diri.

" Sayang, Abang janji takkan tinggalkan Sayang lagi. Ini janji Abang. Maafkan Abang sebab dah tinggalkan Sayang hampir dua tahun. " kata Amir Lufias lagi.

" Abang dah nak kahwin. Buat apa cari Isya lagi? Mama pun dah benci Isya. Abang pergi lah dekat Airyna tu. " balas Tun Qhalesya.

" Hati Abang hanya untuk seorang perempuan yang bernama Tun Qhalesya Muhammad Irfan. Bukannya untuk orang lain macam Airyna Sofea tu. " kata Amir Lufias lagi.

Tun Qhalesya mendiamkan diri lagi.

" Abang nak hidup dengan keluarga Abang. Dengan Isya and anak-anak kita. " kata Amir Lufias sekali lagi.

" Oh. " balas Tun Qhalesya.

" Hmmm. Anak-anak kita nama apa? " soal Amir Lufias.

" Tun Norain Nazihah. Tun Noraslinda Hanisah. " balas Tun Qhalesya sambil menyuapkan fries ke mulut anaknya itu.

Amir Lufias mendukung Ain.

" Ainnnn, anak Walid. " kata Amir Lufias sambil bermain dengan hidung anaknya itu.

Ain gelak ketawa melihat reaksi ayahnya itu. Ain sukakannya ! Lalu Amir Lufias meletakkan Ain semula dan mengambil Linda pula.

" Lindaaaa. Alolololo. " kata Amir Lufias sambil memberikan riak wajah yang comel.

Linda jugak gelak ketawa melihat reaksi ayahnya itu. Amir Lufias memberikan susu botol kepada Linda, sementara Tun Qhalesya sedang memakan makanan yang telah dipesan.

" Abang Amir, nah ni dia. " kata Tun Qhisteena sambil membawa sedulang makanan yang berisi burger, air dan fries.

" Ini baki. "

" Buat duit belanja sekolah. " kata Amir Lufias.

" Thank you, Abang Amir! " balas Tun Qhisteena.

" My pleasure. " balas Amir Lufias.

____________________________________________

" Isya. . . " sapa Airyna Sofea sambil membuka kaca matanya yang melihat Tun Qhalesya bersama anak-anaknya berada di taman.

" Yes? Oh Cik Airyna Sofea. Ada apa eh? " soal Tun Qhalesya yang terus berdiri apabila melihat Airyna Sofea di hadapan matanya.

" Kebetulan you ada sini. I nak bagi invitation card. My wedding dengan Amir. " hulur Airyna Sofea sekeping kad yang bersampul.

Tun Qhalesya membukanya dan membaca setiap ayat di kad tersebut.

" 9 April 2018? " soal Tun Qhalesya.

Airyna Sofea mengangguk.

" Don't forget to coming okay? Bye. " balas Airyna Sofea lalu terus pergi. Airyna Sofea berpatah selangkah ke belakang semula dan melihat Tun Qhalesya.

" Oh ya, I nak you datang masa akad nikah sekali. Okey? Thank you. " kata Airyna Sofea. yang terus berlalu pergi.

Tun Qhalesya terdiam dan terduduk. Air mata Tun Qhalesya mula turun sedikit demi sedikit. Hatinya sebak.

____________________________________________

" Mummy, look at this. " kata Tun Qhalesya sambil menghulurkan kad undangan perkahwinan Amir Lufias dan Airyna Sofea.

" Apa ni? " soal Fatin Kamariah.

" Tengoklah. " kata Tun Qhalesya yang duduk di hadapan Mummynya di meja makan.

" Kad Perkahwinan Amir Lufias dan Airyna Sofea. " baca Fatin Kamariah. Dia terkejut.

" Amir nak kahwin? Next week?! " soal Fatin Kamariah.

Tun Qhalesya mengangguk sambil bangun.

" Serious? " soal Fatin Kamariah lagi sekali.

" Yes, Mummy. Isya dah tak boleh halang diorang dah. Diorang tetap akan melansungkan perkahwinan tu. " balas Tun Qhalesya yang mengambil cawan untuk membancuh air milo.

" Mummy taktahu apa-apa. Jangan salahkan Mummy. " balas Fatin Kamariah.

" Not your fault. Takpelah Mummy. Isya redha. Mungkin Isya bukan isteri yang perfect buat Amir." balas Tun Qhalesya sambil membancuh air milo. Lalu Fatin Kamariah bangun dan memeluk anaknya itu.

" Sabar okey Sayang? Isya kuat, Mummy tahu. " kata Fatin Kamariah.

Tun Qhalesya mengalirkan air matanya lagi.

____________________________________________

" Emmm, Airyna. " panggil Amir Lufias yang melihat Airyna sedang membaca majalah di ruang tamu.

" Oh, yes? Kenapa ni Sayang? " soal Airyna Sofea yang meneruskan pembacaannya.

" I nak cakap something. " kata Amir Lufias.

" What is it? " tanya Airyna Sofea sambil meminum air jus oren yang diberikan oleh orang gaji Amir Lufias.

" I nak batalkan our wedding. " kata Amir Lufias.

Gelas yang berisi air oren yang diminum oleh Airyna jatuh ke lantai. Airyna Sofea menukarkan riak wajah terkejut. Dia terus bangun dan melihat ke arah Amir Lufias.

" But why?! Our wedding Sabtu ni. Takkan nak sia-siakan? I dah spend banyak duit untuk our wedding. How could you? " kata Airyna Sofea.

" I cintakan Isya not you. Please understand me. " balas Amir Lufias.

" Oh. You dah ingat semula your wife? Wow! Interesting! " kata Airyna Sofea sambil menepuk tangan.

" Now, you nak tinggalkan I after I dah laburkan semua duit I untuk wedding kita? " jelas Airyna Sofea lagi.

" I tak berniat pun. . . " belum sempat menghabiskan kata-katanya Airyna Sofea mencelah.

" Stop it, Amir. I balik dulu. Bye. " Airyna terus mengambil beg tangannya dan terus keluar daripada rumah itu.

Amir Lufias terus duduk di atas sofa sambil mengurut-urut kepalanya yang pening.

____________________________________________

Suamiku Guru Tuisyen?Where stories live. Discover now